Warga Keberatan Odong-odong Ditertibkan: Enak, Asyik, Murah

24 Oktober 2019 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Odong-odong. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Odong-odong. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Rencana Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang ingin menertibkan odong-odong di jalanan menuai pro dan kontra. Pelarangan ini karena Dishub DKI menganggap odong-odong tak layak dijadikan transportasi umum.
ADVERTISEMENT
Kebijakan Dishub DKI ini tak sepenuhnya diterima oleh para penumpang setia odong-odong. Sebab, odong-odong kadang dijadikan transportasi harian bagi sebagian kalangan ibu-ibu dan anak-anak.
Nurmi Susilawati (48) misalnya, ibu rumah tangga yang biasa menumpangi odong-odong di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Menurut Nurmi, odong-odong buatnya memudahkan ibu-ibu sepertinya bepergian di dalam cakupan wilayah tersebut.
Salah seorang penumpang odong-odong di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan.
“Ini membantu sekali. Enak kok naik odong-odong. Asyik. Murah juga. Kita ke pasar sini terbantu kan jadinya,” ungkap Nurmi ditemui di Jalan Rawasari Timur, Cempaka Putih, Kamis (24/10).
Nurmi mengaku tidak khawatir menumpangi odong-odong lantaran sudah terbiasa. Ia bahkan akan terus memilih naik odong-odong untuk bepergian jarak dekat karena bisa menghemat ongkos.
“Masa ini berbahaya? Enggaklah. Kita dari dulu naik ini aja enggak ada apa-apa kok, lagian di sini-sini doang kan,” ungkap Nurmi.
ADVERTISEMENT
“Daripada kita naik bajaj ya, bisa Rp 10 ribuan. Lah ini murah, ada Rp 3.000 atau Rp 5.000 mah diterima aja,” imbuhnya.
Odong-odong beroperasi di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan.
Senada dengan Nurmi, penumpang lain, Yenti (38), menganggap odong-odong adalah moda transportasi yang membantu setiap ingin pergi ke basar untuk berbelanja.
“Sering (naik), sudah biasa saya naik ini. Kalau dilarang ya kurang setujulah. Kan memudahkan,” ujar Yenti.
Yenti berharap odong-odong tetap diperbolehkan beroperasi karena dianggap sudah menjadi moda transportasi yang nyaman bagi sebagian masyarakat. Ongkos yang murah menjadi poin penting baginya.
“Ini nyamanlah. Ongkosnya murah, membantu saya dari rumah ke pasar,” katanya.
Odong-odong beroperasi di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan.
Sementara itu, pantauan kumparan di Jalan Rawasari Timur, Cempaka Putih, odong-odong silih berganti melintas. Sebagian tampak berhenti sesaat untuk menaiki turunkan penumpang, kemudian melaju lagi.
ADVERTISEMENT
Odong-odong yang melintas rata-rata dipasangi sound system agar menghibur penumpang. Lagu-lagu yang diputar mulai dari koplo, pop, hingga RnB.
Selain mengangkut ibu-ibu, odong-odong di sore hari juga mengangkut anak-anak, berkeliling dari satu ruas jalan ke ruas lainnya.
Dinas Perhubungan DKI berencana menertibkan odong-odong karena dianggap tak layak dijadikan alat transportasi yang beroperasi di jalanan umum. Odong-odong ini tak hanya diizinkan beroperasi di jalanan protokol, melainkan di perkampungan dan jalur alternatif.