Yoga Ajak Anak TKI Tak Usah Minder dan Terus Berprestasi

8 Juli 2018 12:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Yoga Prasetyo tak pernah merasa minder menjadi anak TKI. Meski kadang kesepian dan sedih datang menghampiri saat rmengingat sang ibunda yang bekerja jauh di negeri seberang.
ADVERTISEMENT
Pemuda asal Tulungagung, Jawa Timur itu berprinsip bahwa kerja keras ibunya harus dibayar dengan ganjaran yang pas, yaitu prestasi. Ibu Yoga bekerja menjadi pekerja rumah tangga di Singapura saat umur Yoga masih dua tahun.
Yoga dan ibunya (Foto: Dokumentasi Yoga)
“Jadi orang tua kita itu perjuangannya sangat besar. Kadang mereka tidak diberi makan cukup, gaji mereka dipotong semena-mena kadang dilecehkan secara fisik, secara verbal, bahkan secara seksual dan semua perjuangan yang sangat besar itu untuk kita semua. Untuk membiayai hidup kita, untuk mengirim uang. ” ungkap Yoga saat berbincang dengan kumparan, Minggu (1/7).
Jerih payah ibu Yoga akhirnya berbuah manis. Yoga tumbuh menjadi pribadi yang berprestasi. Dia lulus dengan predikat cumlaude dari Sastra Inggris Universitas Indonesia dan berkesempatan pertukaran pelajar ke Amerika Serikat dan Singapura.
ADVERTISEMENT
Yoga dan ibunya (Foto: Dokumentasi Yoga)
Kisah perjuangan Yoga dan ibunya difilmkan dan diputar di KBRI Singapura pada awal 2018 lalu. Yoga kini aktif membantu para TKI di Singapura untuk bisa mahir berbahasa Inggris dan menulis sastra melalui komunitasnya bernama Voice of Singapore Invisible Hand.
Pengalamannya yang menginspirasi membuat Yoga kerap kali diundang menjadi pembicara di berbagai forum, baik untuk anak SMA, mahasiswa, maupun umum.
Yoga saat pertukaran pelajar ke Amerika Serikat (Foto: Dokumentasi Yoga)
Bagi Yoga, sudah sewajarnya para anak TKI yang lain jangan minder dan berlarut dalam kesedihan. Perjuangan orang tua justru harus dibalas dengan prestasi gemilang.
“Harapannya nanti kabar itu dapat menjadi obat untuk jerih payah mereka,” sebut Yoga.