Ahli Safety Driving: Lajur Contraflow Risikonya Tinggi

8 April 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan pemudik melintas menuju Gerbang Tol Cikampek Utama di Karawang, Jawa Barat, Jumat (5/4/2024). Foto: Aprilio Akbar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan pemudik melintas menuju Gerbang Tol Cikampek Utama di Karawang, Jawa Barat, Jumat (5/4/2024). Foto: Aprilio Akbar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kecelakaan maut terjadi di lajur contraflow di KM 58+500 Tol Jakarta-Cikampek, Senin (8/4) pagi. Laka lantas ini bermula saat Gran Max mengalami masalah saat berada di lajur contraflow menuju Cikampek.
ADVERTISEMENT
Pengemudinya berusaha menepikan mobil ke bahu jalan sebelah kanan, memasuki jalur B arus lalu lintas mengarah Jakarta. Saat yang sama, dari arah Cikampek datang bus Primajasa, terjadilah tabrakan dan terbakar.
"Selanjutnya juga ada satu Terios yang mengalami dampak dan menabrak bus dan juga ikut terbakar," terang Kapolres Karawang AKBP Wirdhanto kepada wartawan.
Bus Primajasa terlibat kecelakaan beruntun di jalur contraflow Tol Jakarta-Cikampek, Senin (8/4/2024). Foto: Dok. Istimewa

Lajur contraflow lebih berisiko tinggi

Rekayasa lajur contraflow menjadi salah satu solusi memecah kepadatan lalu lintas yang diterapkan baik saat arus mudik-balik, atau jam-jam sibuk di hari kerja.
Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengingatkan, rekayasa tersebut memiliki risiko lebih tinggi dibanding model rekayasa lain seperti ganjil-genap atau one way.
Polisi Lalu Lintas mendorong pembatas jalan menjelang pemberlakuakn contraflow di kawasan Gerbang Tol Cikampek Utama, Karawang, Jawa Barat, Jumat (5/4/2024). Foto: Aprilio Akbar/ANTARA FOTO
Karena secara teknis lajurnya terbatas, dari 3 lajur, hanya 1 lajur untuk contraflow yang biasanya dibatasi oleh cone. Kemudian lantaran cuma melintasi di satu lajur yang umumnya berada di lajur mendahului, maka sudah dipastikan tidak dapat menyalip.
ADVERTISEMENT
"Anda kayak rel kereta api di situ, dan ruang Anda terbatas serta akan berhadapan dengan orang yang mudik dari timur, yang saat itu berbagi jalan dengan Anda, dan dalam kondisi yang relatif mungkin sudah capek juga kecepatan tinggi," kata Jusri kepada kumparan belum lama ini.
Dalam konteks mudik yang rekayasa contraflow-nya lebih panjang, Jusri menyarankan untuk mempertimbangkan melintasi lajur tersebut. Sebab akan sulit mengakses rest area, juga saat mengalami kondisi darurat.
"Saya tidak yakin selama 36 kilometer pemudik di lajur contraflow diperkenankan berhenti di rest area. Pemudik harus menyiapkan agar tidak berhenti dan istirahat di lajur contraflow," terang Jusri.
Contraflow dari KM 55 s.d KM 61 arah Cikampek Ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Foto: Jasa Marga
Bukan perkara sepele, tapi Jusri mengingatkan bahwa sebelum masuk contraflow, pengemudi harus memahami manakala dihadapkan situasi darurat, apa yang harus dilakukan dan bagaimana respons tanggap daruratnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi jangan ikut-ikutan. Sebelum masuk contraflow harus memiliki (ERP) emergency respons plan. Dengan segala risiko sebaiknya pemudik tidak masuk lajur contraflow," imbuh Jusri.
Lalu yang jadi pertanyaan, bagaimana bila di tengah jalan mobil mengalami masalah. Menepinya harus di sebelah kiri atau berusaha ke lajur paling kanan? "Tetap berhenti di kiri, di dekat pembatas jalan atau jalur hijau," katanya.