Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sejak terbitnya Peraturan Presiden (PerPres) No. 55 tahun 2019 terkait Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik berbasis baterai, tak dipungkiri turut memicu para merek otomotif di Indonesia untuk meluncurkan produk-produk elektrifikasinya.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa jenis teknologi elektrifikasi yang ada, teknologi hybrid nampaknya jadi yang paling banyak dipilih oleh para merek otomotif di Indonesia, tak terkecuali Toyota. Ya, jenama asal Jepang tersebut, bahkan sampai meluncurkan 3 mobil berteknologi hybrid-nya di tahun ini, yaitu Camry, C-HR, dan Corolla Altis.
Penggunaan teknologi hybrid sendiri, diakui oleh pihak Toyota bukan tanpa alasan. Setidaknya ada 5 faktor yang menjadi pertimbangan Toyota memilih teknologi tersebut, yaitu efisiensi bahan bakar, ramah lingkungan, infrastruktur, serta biaya perawatan.
Efisiensi
Menyoal efisiensi, mobil bertenaga hybrid jelas harus memiliki keunggulan dalam hal konsumsi bahan bakarnya. Apalagi, efisiensi bahan bakar bisa dibilang menjadi salah satu tujuan dari hadirnya teknologi hybrid.
Untuk konsumsi bahan bakarnya sendiri, memang cukup mengesankan. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan hasil pengujian kumparan beberapa waktu lalu, terhadap lima mobil hybrid Toyota di pulau Bali.
ADVERTISEMENT
Berikut hasilnya:
- Toyota Alphard hybrid – 15 km/liter
- Toyota Camry hybrid – 18 km/liter
- Toyota Corolla Altis hybrid – 26 km/liter
- Toyota C-HR hybrid – 28 km/liter
- Toyota Prius PHEV – 55 km/liter
Adapun pengujian tersebut dilakukan dengan melakukan perjalanan sejauh 150 kilometer, yang terbagi dalam jalan mendatar dan menanjak. Bahkan, dengan konsumsi bahan bakar yang hemat tersebut, dinilai pihak Toyota akan menjadi keuntungan tersendiri bagi negara.
“Kita bisa punya mobil yang konsumsi BBM-nya jauh lebih baik. Itu bukan hanya buat kepentingan kita saja, tapi negara juga merasakannya, impor BBM bisa turun ya,” ujar Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM).
Ya, dengan konsumsi bahan bakarnya yang jadi jauh lebih hemat tersebut, diklaim akan mampu menekan konsumsi BBM tahunan hingga 49 persen. Bahkan, untuk teknologi Plug in Hybrid (PHEV), kabarnya bisa menekan konsumsi BBM tahunan hingga 72 persen.
ADVERTISEMENT
Ramah Lingkungan
Selain menawarkan efisiensi bahan bakar yang baik, penggunaan teknologi hybrid dipastikan akan mampu menekan angka karbondioksida atau CO2. Untuk mobil hybrid sendiri kabarnya hanya menghasilkan CO2 sebanyak 83 g CO2/KM.
Sedangkan untuk PHEV, bahkan hanya menghasilkan gas buang sebanyak 28 g CO2/KM. Angka-angka tersebut jelas jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran internal yang menghasilkan gas buang di atas 100 g CO2/KM.
Infrastruktur
Menyoal infrastruktur memang menjadi poin penting yang membuat mobil elektrifikasi bertenaga hybrid lebih ideal untuk pasar Indonesia. Masih minimnya ketersediaan stasiun pengisian listrik umum, menjadi alasan utama bagi Toyota lebih memilih teknologi hybrid dibandingkan listrik murni.
“Selama ini kan, masalah antara infrastuktur dan produk elektrifikasi ini seperti ayam dan telur, siapa yang muncul duluan. Tapi dengan hybrid kan sebetulnya masalah ayam dan telur tadi selesai. Karena kalau enggak ada charging station, ya orang pakai gasoline, ada charging station kan orang tinggal nge-charge,” jelas Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager PT TAM.
ADVERTISEMENT
Belum lagi, masalah daya listrik rumahan yang harus tinggi, membuat teknologi hybrid jadi hal yang paling rasional. Karena bila dibandingkan dengan listrik murni, maka akan membutuhkan daya listrik rumah di atas 2.200 VA.
Sementara di Indonesia sendiri, kabarnya baru terdapat 6,4 persen rumah tangga yang menggunakan listrik di atas 2.200 VA.
“Rumah tangga yang sanggup mengisi mobil listrik di rumah itu baru 6 persen. Karena bila dayanya di bawah itu (2.200) VA, bisa down,” ucap Agus Purwadi, Ketua Tim Riset ITB saat menguji kendaraan elektrifikasi di Indonesia beberapa waktu lalu.
Biaya Perawatan
Faktor terakhir yaitu menyoal biaya perawatannya. Mobil elektrifikasi bertenaga hybrid diyakini oleh Toyota memiliki biaya perawatan yang tidak jauh berbeda dari mesin pembakaran internal.
ADVERTISEMENT
Bahkan, pada beberapa mobil hybrid Toyota, rupanya memiliki total biaya perawatan yang sedikit lebih murah, bila dibandingkan dengan mobil combustion engine-nya.
“Jadi kalau ada anggapan biaya perawatan versi hybrid akan lebih mahal, saya rasa tidak juga ya. Karena untuk C-HR Hybrid misalnya, berdasarkan hitungan kami justru lebih murah Rp 500 ribu dari yang non-hybrid,” ujar Anton.
Berikut data perbandingan biaya servis mobil hybrid Toyota dengan mobil bermesin bensinnya.
Kebiasaan Pengguna
Ya, faktor kebiasaan pengguna memang tidak boleh dilewatkan. Pasalnya, perubahan teknologi yang signifikan dan instan tidak jarang memerlukan adaptasi yang sulit. Oleh karena itu, mobil bertenaga hybrid diyakini bisa menjadi jembatan penghubung bagi pengguna sebelum menuju mobil bertenaga listrik.
Pasalnya, terdapat beberapa perbedaan antara mobil bermesin pembakaran internal, mobil hybrid, dan mobil listrik murni. Perbedaan yang paling mendasar tentu saja soal suara mesinnya.
ADVERTISEMENT
Ya, tidak jarang beberapa orang memang akan merasa tidak nyaman atau aneh, saat mengendarai sebuah mobil yang tanpa suara sama sekali, seperti mobil listrik. Sehingga, mobil bertenaga hybrid dirasa jadi solusi yang paling pas, bagi mereka yang tidak terbiasa berkendara tanpa suara. Mobil bertenaga hybrid sendiri, memang masih menawarkan suara mesin, meskipun terbilang sangat minim.