Antisipasi Macet Libur Nataru, Ini yang Harus Dilakukan

14 Desember 2024 11:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan pemudik melintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek di Kabupaten Karawang , Jawa Barat, Sabtu (23/12/2023). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan pemudik melintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek di Kabupaten Karawang , Jawa Barat, Sabtu (23/12/2023). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menyampaikan hasil survei perkiraan lonjakan arus lalu lintas saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) saat Rapat Koordinasi Tingkat Menteri Persiapan Nataru 2024/2025 yang digelar di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK) beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
“Kami sudah melakukan survei. Hasilnya, potensi pergerakan masyarakat saat Nataru 2024/2025 mencapai 110,67 juta orang. Sebagian besar pergerakan terjadi di Pulau Jawa, termasuk aglomerasi. Jumlah inilah yang kami antisipasi,” ujar Menhub Dudy dikutip dari laman resmi Kemenhub.
Prediksinya, puncak arus pergi pertama akan terjadi pada Selasa, (24/12/2024). Sementara prediksi puncak arus pergi kedua terjadi pada Selasa (31/13/2024). Sedangkan prediksi puncak arus balik akan terjadi pada Rabu (1/1/2025) dan Kamis (2/1/2025).
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI Pusat Djoko Setijowarno mengatakan, kemacetan akhir tahun yang sudah diprediksi tersebut harus disikapi dengan bijak.
Suasana di Gerbang Tol Cikampek Utama 1 di Karawang, Jawa Barat. Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara Foto
“Yang perlu diperhatikan sekarang musimnya musim hujan. Nanti bisa jadi ada longsor di jalan atau peristiwa karena cuaca lainnya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, masih kata Djoko saat libur akhir tahun, kebanyakan masyarakat memanfaatkan libur panjang untuk melancong ke berbagai lokasi wisata terkenal.
“Saat Natal ini banyak orang wisata bukan mudik, nah lokasi-lokasi wisata itu daerah-daerahnya sering daerah pegunungan, bukit-bukit Itu juga kalau naik bus wisata harus dipastikan pengemudinya sudah paham jalur yang dilewati,” tukasnya.
Apabila bepergian menggunakan bus pariwisata, pastikan pengemudi dalam kondisi yang prima, siap bekerja, serta pengganti yang kompeten. Bukan tidak mungkin, potensi kepadatan lalu lintas hingga macet, membuat jam kerja lebih panjang.
“Yang tidak kalah penting, KIR-nya harus jelas, ada atau tidak, kemudian perizinannya harus ada. Sekarang itu banyak juga ditemukan bus-bus lama tapi di-mock up lagi jadi bagus seolah-olah baru, seperti kasus di Subang beberapa waktu lalu,” ujarnya.
ADVERTISEMENT

Persiapan fisik dan kendaraan

Senada dengan Djoko, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana bilang, selain mudik banyak juga masyarakat yang memanfaatkan libur Nataru ke beberapa daerah untuk berwisata.
“Yang harus diwaspadai adalah cuaca ekstrim di perjalanan, perubahan yang tiba-tiba sering kali mengganggu perjalanan dan potensi bahaya semakin mengintai jika persiapan diabaikan,” kata Sony kepada kumparan belum lama ini.
“Jadi persiapkan kendaraan secara detail dan mandiri. Seperti ban, suspensi dan mesin. Bila ada yang tidak normal segera bawa ke bengkel untuk diperiksa,” lanjutnya.
Sony mengingatkan, persiapan fisik untuk menghadapi perjalanan panjang sangat penting. Selama perjalanan usahakan istirahat yang cukup, berkala dan optimal.
Tujuannya untuk mengurangi efek lelah berkendara serta menjaga emosi tetap stabil. Lalu, Jangan pernah memaksakan diri di tengah kemacetan, atur ritme perjalanan dengan mengatur waktu istirahat.
ADVERTISEMENT
“Istirahat harus disesuaikan dengan kondisi fisik, maksimal berkendara 3 jam. Karena di kondisi tersebut sirkulasi oksigen di dalam darah sudah mulai mampet dan tubuh mengalami dehidrasi,” katanya.
Untuk menghindari kemacetan, pemudik bisa mempersiapkan waktu keberangkatan dan kepulangan lebih awal. Tujuannya agar lebih efisien dan menghemat waktu di perjalanan.
“Sekarang skema pemudik sudah banyak yang berangkat lebih awal. Karena untuk menghindari macet di puncak arus mudik susah ya. Jadi boleh dilakukan (berangkat lebih awal) tujuannya untuk safe energy,” ujar Sony.