Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) membukukan ekspor kendaraan utuh (Complete Built Up/CBU) sebanyak 208.500 unit. Rush memberikan kontribusi terbesar dengan persentase 24,12 persen (50.300 unit).
ADVERTISEMENT
Kemudian penyumbang terbesar kedua yaitu Sport Utility Vehicle (SUV) Fortuner, berjumlah 45.300 unit. Selanjutnya ada Vios, yang volume ekspornya di angka 31.000 unit.
Lalu Kijang Innova dan Avanza, yang masing-masing 5.300 unit dan 28.900 unit. Agya 27.800 unit, serta Yaris, Sienta, dan Town Ace/Lite Ace berjumlah 19.900 unit.
Dibanding dengan tahun 2018 lalu (206.500 unit), ekspor Toyota naik tipis 0,9 persen. Perolehan ini sekaligus menorehkan rekor ekspor tertinggi selama 5 tahun terakhir.
Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur TMMIN menyebut, mencapai hasil positif tersebut tak bisa dibilang mudah, karena menyangkut daya saing produk, infrastruktur pendukung, hingga regulasi.
Apalagi di tengah krisis global, yang terasa menghambat laju pertumbuhan ekspor, ganjalan soal skema non-tarif di beberapa negara tujuan ekspor.
“Adanya tambahan negara tujuan baru di kawasan Amerika Tengah, Mekong dan Afrika cukup membantu dalam mengompensasi penurunan volume di beberapa negara terdampak krisis dan negara, yang menerapkan hambatan non-tarif,” kata Warih dalam keterangan resmi yang diterima kumparan, Senin (20/1).
ADVERTISEMENT
Disrupsi digital
Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal TMMIN, Bob Azam menambahkan, industri otomotif perlu waspada soal disrupsi digital, bila tak menyikapinya dengan tepat.
Karena itu, Toyota Indonesia tengah menyiapkan upaya yang salah satunya adalah meningkatkan efisiensi, melalui penerapan teknologi. Namun tetap menjadikan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai 'center of transformation'.
“Kompetisi ekspor yang makin ketat kedepannya, baik antar sesama pelaku industri otomotif, maupun lintas sektor industri hingga persaingan antar negara dan antar kawasan, membutuhkan SDM berkapabilitas tinggi yang mampu menguasai teknologi guna melawan inefisiensi," ujarnya.