Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pengalaman Geber BYD M6 Jakarta-Bandung PP Baterai Sisa 3 Persen
7 Agustus 2024 6:00 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Ada perasaan menyenangkan ketika pertama kali mengendarai MPV listrik BYD M6 . Ini kami rasakan saat melakoni test drive Jakarta-Bandung pulang pergi, tanpa isi daya lagi di tengah perjalanan.
ADVERTISEMENT
Meskipun bukan menempuh jarak jauh alias road trip tipis-tipis, boleh dibilang BYD M6 sudah lebih dari cukup dapat diandalkan sebagai kendaraan baru untuk keluarga.
Satu daya tariknya adalah opsi konfigurasi tempat duduknya. Konsumen bisa pilih versi 7-penumpang atau 6-seater menggunakan captain seat pada baris tengah. Tinggal sesuaikan kebutuhan.
Oke, lanjut ke cerita pengalaman test drive kami, membawa BYD M6 tipe Superior 7-seater. Memulai start dari BYD Harmony Sudirman pagi hari, kemudian berputar di Bundaran HI lalu masuk tol dalam kota. Daya baterai 100 persen dengan daya tempuh 526 kilometer.
Sebagai pengemudi, pengaturan jok secara elektrik membuat pengaturan effortless. Pengaturan setir baik tilt dan teleskopik juga membantu. Namun makin menarik lantaran ada ventilated seat, bikin jok pengemudi maupun penumpang depan lebih adem.
Bidang pandang ke depan pun luas. Pilar A dengan kaca kecil membantu pengelihatan saat belok atau hendak pindah lajur. Tapi lebih membantu lagi berkat adanya around view monitor atau kamera 360, sehingga untuk memantau sekitar mobil lebih presisi, bahkan untuk area blind spot.
Modenya bisa berubah dua dimensi, tiga dimensi, sisi kiri atau kanan, depan atau belakang, juga secara 360. Operasionalnya bisa dilakukan saat mobil sedang berjalan. Hanya saja untuk mengoperasikan ini hendaknya minta bantuan penumpang depan, supaya kita sebagai pengemudi tetap aware menjaga pandangan ke depan.
Bicara feeling berkendara selayaknya mobil konvensional bertransmisi CVT, terasa halus akselerasinya. Hemat kami pembawaannya serupa Medium MPV pintu geser. Tapi saat akselerator diinjak dalam, barulah hentakan torsi 310 Nm-nya keluar.
ADVERTISEMENT
Mode berkendaranya bisa pilih Eco, Normal, dan Sport, dengan mengaktifkan Eco menurut kami sudah cukup memberikan pengendaraan yang halus. Dan perlu ingat, karena ini berdaya listrik, jangan takut penyaluran tenaganya boyo atau ada jeda. Semua anxiety tersebut sirna.
Merasakan bantingan peredam kejut di jalan tol layang MBZ, suspensi multi-link independent-nya bisa meredam getaran dengan baik. Tidak mental-mentul. Apalagi saat injak sambungan, rebound-nya halus sehingga tidak membuat mual.
Singkat cerita, tibalah di rest area KM 86A. Dari sini, saya melanjutkan perjalanan di kursi tengah.
Konsep kabin yang lapang bisa terjawab di sini. Pengaturan sliding-nya fleksibel. Tapi tidak untuk reclining. Sayangnya pengaturan imi tidak bisa di posisi rendah untuk tiduran. Hanya saja sudah cukup membuat badan rileks, tidak kaku.
ADVERTISEMENT
Pada baris tengah ini terdapat pengaturan AC, kisi-kisi yang berada di sisi samping plafon, juga tak lupa port UBS Type-A dan Type-C. Detail kecil tapi keberadaannya sangat diperlukan, sebab memberikan akses ke semua pengguna ponsel pintar untuk bisa mengisi gawai.
Berwisata di Bandung, baterai BYD M6 sisa 3 persen di Jakarta
Perjalanan lanjut ke Bandung melalui exit tol Subang. Mampir makan siang di resto Asstro Highlands Ciater. Kemudian lanjut ngopi sore di Imago Hills di daerah Dago Pakar. Selama keluar tol sampai titik terakhir didominasi jalan menanjak yang menguras daya baterai.
Hingga akhirnya tiba di penginapan di Dago Atas dan menyisakan daya baterai 52 persen berdaya tempuh 269 kilometer. Kemudian lanjut berkeliling malam hari di Kota Bandung sampai akhirnya sisa baterai 40 persen daya tempuhnya 200 kilometer.
Esok harinya dengan sisa daya tempuh yang ada, kami sempatkan lagi untuk melancong ke berbagai destinasi kuliner seperti Sate Jando Gasibu Bandung, kemudian bertolak ke Mih Kocok Bandung Mang Dadeng di Lengkong.
ADVERTISEMENT
Setelah perut terisi, kami lanjut ke Jakarta via gerbang tol Buah Batu, sampai menyusuri ruas Padalarang, di mana di kawasan ini dari arah Bandung didominasi turunan, sehingga bisa memanen energi lewat renegerative braking.
Hanya saja kondisi tol yang lengang terlebih saat di MBZ, laju BYD M6 sedikit kami pacu lebih cepat, yang membuat dayanya juga ikut berkurang cepat.
Sampai akhirnya baterai menyisakan 5 persen/21 kilometer di jalan tol dalam kota menuju keluar Semanggi. Menariknya di sini tak ada intervensi sistem. Akselerasi masih terjaga, AC juga tetap di suhu paling dingin, dan fitur ventilated seat pun masih bisa diaktifkan.
Bermodal daya baterai yang tiris, kami tiba di BYD Harmony Sudriman lagi dalam kondisi sisa baterai 3 persen untuk jalan sejauh 15 kilometer. Lalu kami isi daya di diler tersebut menggunakan AC charging 7 kW, dengan estimasi penuh selama 12 jam 55 menit.
ADVERTISEMENT
Anyway dari perjalanan yang menghabiskan daya tempuh 511 kilometer ini membuktikan BYD M6 bisa jadi andalan baru bermobilitas. Bahkan untuk melancong Jakarta ke Bandung, bertamasya sambil kulineran, sampai akhirnya balik ke Jakarta lagi tak perlu isi daya.
ADVERTISEMENT