Pengemudi Mobil Vs Pemotor, Siapa yang Harus Mengalah?

29 Maret 2020 16:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemotor dan pengendara mobimelintasi jalur sepeda di kawasan Warung Buncit - Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan, Jumat (6/12/2019). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemotor dan pengendara mobimelintasi jalur sepeda di kawasan Warung Buncit - Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan, Jumat (6/12/2019). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemotor dan pengemudi mobil kerap kali terlibat konflik di jalanan. Tak hanya adu mulut, beberapa kasus bahkan berujung baku hantam
ADVERTISEMENT
Masalahnya pun kadang sepele, hanya tak ada yang mau mengalah sehingga saling serobot.
Lalu bagaimana mendamaikan mereka di jalan, dan siapa sebenarnya yang harus mengalah?
Senior instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana mengatakan, terkait penyelesaian konflik sendiri secara undang-undang, baiknya memang ke pengadilan.
Pengendara sepeda motor melintasi Pasar Senen. Foto: ANTARA/Wahyu Putro A
Namun memang baiknya, bagaimana mencegah supaya konflik tersebut tak sampai terjadi. Salah satunya ya mengedepankan etika, saling pengertian dan menghargai.
Sony menyebutkan, dari sisi safety kendaraan kecil harus diberi prioritas. Sehingga mobil besar yang seharusnya berada di posisi mengalah.
"Pengemudi mobil harus pahami dan maklumi, pengendara roda dua itu kepanasan, bila hujan ya kehujanan, kena debu, dehidrasi dan lainnya, pengemudi roda empat sebaliknya kenapa sih tidak dikasih prioritas?" ucap Sony kepada kumparan, Minggu (29/3).
ADVERTISEMENT
Saran Sony terhadap pengendara mobil, sebaiknya berpikir positif dan mengalah terhadap pengemudi lain terutama sepeda motor. Ini salah satu kunci keselamatan.
Motor menabrak mobil di dekat stasiun Cikini Foto: Mirsan Simamorang/kumparan
"Jadi selamat di sini bukan hanya tidak terlibat tabrakan, tapi juga selamat dalam menahan emosi, dan tidak terlibat konflik," tuturnya.
Lalu buat pemotor, kata Sony, hindari provokasi dengan pengendara lain, dengan cara mengemudi defensive, mulai dari jaga jarak, jaga kecepatan, mengalah, sopan, tertib lalu lintas dan lainnya.
"Pengemudi motor berkendara selalu dilajur kiri, dan tidak melakukan manuver yang agresif," kata Sony.

Karakter positif

Dirinya menyebut, apabila cara-cara tersebut sudah dilakukan, tetapi masih juga terjadi konflik, jangan segan-segan meminta maaf dengan cara mengangkat kedua tangan ditutup.
Memang, mengemudi secara defensive itu susah karena melibatkan ego dan emosi. Butuh kesabaran dan ketenangan diri, sehingga aura positif akan selalu melekat pada pengemudi.
ADVERTISEMENT
"Pendek kata, mengubah gaya mengemudi defensive sama dengan mengubah karakter manusia. Jadi kita tidak bisa serta merta menjadi pengemudi yang defensive, bila karakternya sehari-hari tidak diubah," tuturnya.