Riset B30 Belum Rampung, Jokowi Sudah Lempar Wacana B100

18 Februari 2019 20:10 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Biodiesel Foto: Reuters/Mike Blake
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Biodiesel Foto: Reuters/Mike Blake
ADVERTISEMENT
Belum rampung perbincangan soal biodiesel B20, kemudian rencana B30, kali ini Presiden Joko Widodo malah melempar wacana baru penggunaan biodiesel sampai ke tingkatan B100. Biodiesel sendiri merupakan campuran solar dengan produk turunan minyak sawit (crude palm oil/CPO).
ADVERTISEMENT
Meski masih belum jelas kapan realisasinya, ini jadi polemik baru, khususnya di pelaku industri otomotif dalam negeri.
Irwan Supriyono, Senior Executive Officer After Sales PT Hino Motors Sales (HMSI) menyebutkan, meski mesin bisa bergerak dengan bahan bakar biodiesel B100 atau green Diesel, mereka masih perlu melakukan penyesuaian lagi. Sebab, ini akan berkaitan dengan performa mesin dan usia dari suku cadang kendaraan.
“Secara prinsip Diesel engine bisa saja running dengan kondisi tersebut (B100) tapi bagaimana dengan performance engine-nya, emisi gas buang dan lifetime part-nya? Itu yang perlu diteliti lagi. Karena mesin didesain dengan kondisi bahan bakar yang sudah ditentukan,” kata Irwan kepada kumparanOTO, Senin (18/2).
Jokowi naik truk di Jalan Tol Trans Sumatera Foto: Dok. Agus Suparto - Presidential Palace
Belajar dari penetapan B20, Irwan menyebut Hino sendiri kurang lebih butuh waktu sekitar 6 bulan, untuk melihat efek bahan bakar tersebut ke mesin, termasuk penurunan performanya. Pola yang sama juga berlaku pada B30 dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
“Ketika akan menggunakan B30 kami harus buat penelitian, yang hasilnya juga belum selesai. Sekarang mau mulai dengan B100. Untuk menjawab itu saya harus konfirmasi ke Principal Hino Jepang terutama engine designer. Jadi B100 secara resmi kami belum bisa kasih pernyataan apapun,” ujarnya.
Beberapa pabrikan otomotif lainnya seperti Toyota dan Fuso, saat dihubungi kumpatanOTO sejauh ini belum memberikan pernyataannya, menyoal wacana B100 yang akan diberlakukan di Indonesia.

B100 Positif, Pemerintah Harus Tegas

Di lain sisi Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Syafrudin, menyambut baik rencana pemerintah tersebut. Hanya saja dirinya sedikit menyentil pemerintah, yang kerap tak serius berlakukan suatu kebijakan.
“Kalau mau dijalani ya bagus-bagus saja, cuma kebiasaan pemerintah kan tak serius begitu. Ini sebenarnya realistis saja, bila pemerintah dan para menterinya tegas,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Syafrudin mengungkapkan, menggunakan biodiesel B100 kandungan sulfur sudah pasti lebih rendah. Begitu juga dengan kandungan emisi lainnya, seperti partikel debu, sulfur dioksida, hidrokarbon, dan nitrogen dioksida yang bakal menurun.
Ia menyayangkan, masih ada sejumlah pabrikan yang pelit keluar dana lebih untuk biaya penelitian dan pengembangan supaya komponennya comply dengan biodiesel. Bila ini masih terjadi tentu saja bakal menghambat realisasi dari program B100 ke depannya.