Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Selain Microsleep, Pengemudi Diimbau Waspada Automatic Behavior Syndrome
2 Mei 2022 6:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pendiri sekaligus Instruktur Senior Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, mengatakan setiap pengemudi disarankan untuk rutin beristirahat setiap 2 jam sekali.
Ini penting supaya menghindari terjadinya Automatic Behavior Syndrome atau ABS. Lebih lanjut, Jusri menjelaskan ABS merupakan suatu kondisi yang disebabkan kekurangan tidur atau melakukan aktivitas yang berlebihan seperti menyetir tanpa beristirahat.
“Yang paling fatal kalau sudah masuk ke ABS, itu nggak bisa disikapi seperti microsleep, sederhananya ABS itu kelelahan yang sangat berat,” ucap Jusri kepada kumparanOTO beberapa waktu lalu.
Biasanya, ABS ditandai dengan rasa kantuk yang sangat besar, bahkan melakukan pola istirahat tidur singkat 15 menit hingga 30 menit atau power nap, minum kopi, makan permen, hingga menggosok-gosok mata sudah tidak ampuh lagi.
ADVERTISEMENT
Apabila pengemudi sudah melihat tanda-tanda keletihan yang berat seperti ABS, disarankan untuk berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan. Sebab, dikhawatirkan akan menimbulkan potensi kecelakaan yang lebih besar.
Mengatasi Automatic Behavior Syndrome
Satu-satunya cara untuk mengatasi ABS, kata Jusri, adalah dengan melakukan istirahat penuh atau tidur minimal 6 jam. Jadi, disarankan untuk mencari tempat yang aman atau penginapan untuk beristirahat.
“Perlu diketahui, istirahat yang berkualitas tidak ada yang lain selain tidur, jadi kalau sudah masuk kondisi ABS satu-satunya itu tidur,” terang Jusri.
Namun apabila masih ingin memaksakan untuk melakukan perjalanan, Jusri menyarankan untuk membawa pengemudi lain yang bisa menggantikan. Sehingga bisa beristirahat dan perjalanan jadi lebih aman.
“Ingat, ketika dalam kondisi sangat letih, sama saja seperti orang mabuk, kemampuan persepsi turun, akhirnya motorik turun, peluang kesalahan semakin tinggi, artinya margin keselamatan turun,” tutup Jusri.
ADVERTISEMENT