Simak 4 Hal Ini Sebelum Nekat Menerjang Banjir

23 Desember 2019 7:14 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menerjang Banjir di Kemang. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menerjang Banjir di Kemang. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Tingginya curah hujan dalam beberapa hari belakangan ini, membuat beberapa ruas di jalan Jakarta banjir tiba-tiba. Repotnya bila kita yang sedang mengendarai mobil, terjebak pada kondisi tersebut.
ADVERTISEMENT
Iya taruhannya kemudian, apakah nekat menerabasnya atau ikhlas menunggu sampai genangan air menyurut?
Merespons fenomena tersebut, Dealer Technical Service PT Toyota Astra Motor (TAM), Didi Ahadi, coba memberikan 4 bekal penting yang harus dipahami oleh pengemudi sebelum menerjang jalan yang banjir.
Sejumlah kendaraan menerobos genangan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (22/11). Foto: Fanny Wardhani/kumparan
Satu hal yang harus sangat diperhatikan sebelum menerjang banjir tentu adalah ketinggian dari arus banjir tersebut. Bila terlalu tinggi, Didi pun menyarankan untuk tidak memaksakan menerjang banjir.
“Pertama sih perhatikan dahulu tinggi genangannya. Kalau terlalu tinggi, sebaiknya dihindari untuk mencegah air terhisap,” jelas Didi kepada kumparan, beberapa waktu lalu.
Cara mengetahui ketinggian air, bisa dengan 2 cara, yaitu melihat orang di sekitar atau mobil lain yang sedang menerjang banjir. Adapun batasan yang dianjurkan yaitu tidak lebih dari setengah velg, dan tidak sampai seperempat ketinggian bumper.
ADVERTISEMENT
Tampilan Mesin Peugeot 306 N3 sebelum dipasang turbocharger Foto: dok. Istimewa
Hal kedua yang harus dipahami oleh pengemudi yaitu memahami letak posisi air intake mobilnya. Pasalnya, setiap mobil tentu saja memiliki letak posisi air intake yang berbeda-beda. Ada yang sangat di atas, namun ada juga yang sedikit ke bawah.
“Kalau genangan air tersebut sampai terhisap ke intake, potensi terburuknya adalah waterhammer,” tambah Didi.
Bila sudah mengalami waterhammer, maka otomatis pemilik mobil harus melakukan turun mesin. Dan biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan turun mesin pun terbilang cukup mahal.
Genangan di Jalan Jendral Ahmad Yani, Jaktim. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Bila dua poin pertama sudah diperhatikan dan aman, maka selanjutnya pengemudi diimbau untuk melaju dengan kecepatan rendah saat menerjang banjir. Pasalnya, bila memaksakan melaju dengan kecepatan tinggi, selain dapat menyebabkan air masuk ke lubang intake, potensi aquaplanning juga bisa saja terjadi.
ADVERTISEMENT
“Sebaiknya pelan menghindari gelombang air naik dan bisa saja muncul efek aquaplanning yang menyebabkan tapak ban diatas air sehingga kendaraan jadi sulit dikendalikan,” jelas Didi.
Selain itu, dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi, pengemudi jadi bisa mengantisipasi hal-hal yang mungkin saja terjadi, seperti lubang di jalan atau mobil di depan yang berhenti tiba-tiba.
Jaga jarak berkendara 3 detik. Foto: aarp.org
Hal terakhir yang harus diperhatikan menurut Didi, yaitu jaga jarak antar kendaraan. Dengan menjaga jarak dengan mobil depan, pengemudi jadi dapat memantau ketinggian air di depan apakah bertambah tinggi atau tidak.
Dengan menjaga jarak, pengemudi juga bisa mengantisipasi untuk menyalip, apabila mobil di depan mengalami mogok dan mati mesin
Terakhir Didi menyarankan, apabila pengemudi memang ragu untuk menerabas dan memungkinkan untuk memutar balik, sebaiknya lakukan. Pasalnya, menerjang banjir memiliki resiko yang sangat besar.
ADVERTISEMENT