Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Rencana ini sudah mencuat sejak tiga lalu, pasca Board of Investment (BoI) Thailand menetapkan skema insentif pada Maret 2017, untuk mempromosikan kendaraan ramah lingkungan.
Secara global, Toyota juga menargetkan bisa memasarkan 1 juta unit kendaraan listrik dan berbahan bakar hidrogen, pada 2030.
Melalui persetujuan BoI per tanggal 7 Januari, Toyota harus lebih dahulu memulai produksi dalam waktu tiga tahun, untuk mendapat benefit dari hak istimewa yang diberikan, mengutip dari Bangkokpost.
Hal yang dimaksud salah satunya pembebasan pajak penghasilan perusahaan. Namun, bila Toyota tak melakukannya, taka akan ada hukuman yang akan diberikan. Jadi keputusannya masih ada di tangan Toyota.
"Kami akan memeriksa langkah-langkah yang sesuai dengan ketentuan hak istimewa," kata juru bicara Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing di Thailand.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan detail kapan waktu dimulainya produksi, dan apa saja modelnya, pihak Toyota belum membuka informasinya.
Dapat apa Toyota Indonesia?
Kabar tersebut tentunya bisa mengguncang publik otomotif dalam negeri. Mengingat Toyota juga memiliki basis produksi di sini, melalui Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).
Pertanyaan yang muncul kemudian, lantas Toyota Indonesia akan mendapat apa untuk masuk dalam tren elektrifikasi global?
Terkait hal tersebut pihak TMMIN belum merespons sambungan telepon redaksi kumparan.
Meski begitu, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono, memastikan mereka bakal memproduksi kendaraan berbasis listrik di Indonesia pada 2022.
Ditambah lagi dengan komitmen investasi Toyota Group sebesar Rp 28,3 triliun di sini, termasuk pengembangan Toyota , Daihatsu, dan Hino. Realisasinya dalam periode lima tahun, yakni 2019-2023.
ADVERTISEMENT
Live Update