Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, tren produksi makanan dan minuman instan terus mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah sampah plastik yang ditemukan, mulai dari kemasan makanan, produk perawatan diri dan rumah tangga, hingga sampah-sampah non-merek seperti kantong plastik atau styrofoam.
ADVERTISEMENT
Lembaga pemerhati lingkungan, Greenpeace Indonesia, telah melakukan audit merek yang berkontribusi terhadap sampah di Indonesia pada 2019. Hasilnya terungkap, salah satu penyumbang sampah plastik terbesar berada di industri makanan dan minuman, sebuah kategori industri yang terus berkembang setiap tahunnya mengikuti pertumbuhan populasi dan tingkat daya beli masyarakat.
Banyaknya temuan sampah plastik bermerek ini salah satunya ditengarai oleh kurangnya kesadaran masyarakat dan perusahaan akan bahaya sampah bagi lingkungan, terlebih bagi para produsen yang kini justru gencar menjual produk dalam kemasan ekonomis, seperti kemasan sachet.
“Ketika industri terus bertumbuh, volume sampah plastik pun akan meningkat, karena industri masih mengandalkan plastik sekali pakai sebagai kemasan,” ujar Muharram Atha Rasyadi, Juru kampanye Urban Greenpeace Indonesia dalam konferensi pers yang dilakukan di Jakarta Pusat, Selasa (11/12).
Di tahun 2019 sendiri, tiga merek makanan dan minuman penyumbang sampah plastik terbanyak diduduki oleh Indofood, JS, dan Danone. Sementara untuk keseluruhan tahun 2016 hingga 2019, Danone, Orang Tua, dan Wings selalu berada di peringkat teratas penyumbang sampah plastik terbanyak.
ADVERTISEMENT
Kegiatan audit merek kali ini dilakukan di delapan kota, yakni Tangerang (Banten), Pekanbaru (Riau), Padang (Sumatera Barat), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Yogyakarta, Makassar (Sulawesi Selatan) dan Bali.
Temuan hasil audit merek di Tangerang, misalnya, Greenpeace mencatat sampah Indomie, Kiko, dan Aqua sebagai merek sampah kemasan plastik yang paling banyak ditemukan. Begitupun di Pekanbaru, dengan Muraqua, Royco, dan Indomie menjadi merek sampah kemasan plastik yang paling banyak ditemukan.
Kendati begitu, temuan sampah di Bandung sedikit berbeda ketimbang kota lainnya. Gudang Garam dan Djarum menjadi merek sampah kemasan yang paling banyak ditemukan di Bandung. Di bawahnya ada sampah plastik dari merek Kapal Api.
Hasil keseluruhan audit merek secara nasional yang dilakukan Greenpeace tahun ini, ada lima merek yang teridentifikasi sebagai penyumbang sampah plastik terbanyak yaitu Indofood dengan 724 item sampah, Orang Tua dengan 209 item, Mayora dengan 286 item, JS dengan 222 item, dan Danone dengan 204 item sampah. Indofood menyumbang tiga jenis produknya sebagai temuan paling banyak yaitu produk AMDK (air mineral dalam kemasan), kemasan makanan, dan kemasan mie instan.
ADVERTISEMENT
Menurut Atha, volume sampah plastik yang semakin besar bisa menjadi momok bagi lingkungan dan masyarakat Indonesia. Sebab, daya tampung Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sangat terbatas. Belum lagi, tidak semua sampah plastik bisa didaur ulang.
“Oleh sebab itu pengurangan produksi plastik sekali pakai dan penerapan konsep ekonomi sirkular merupakan solusi utama dari krisis masalah plastik,” ujar Atha.