Alasan Ilmiah Fenomena Air Laut Bersinar Biru di Pantai Lampung

23 Desember 2019 14:30 WIB
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fenomena bioluminescene di sepanjang pantai Pesisir Barat Lampung, Minggu (22/12). Foto: Instagram/riez_aries
zoom-in-whitePerbesar
Fenomena bioluminescene di sepanjang pantai Pesisir Barat Lampung, Minggu (22/12). Foto: Instagram/riez_aries
ADVERTISEMENT
Pantai Labuhan Jukung di Pesisir Barat Lampung punya daya pikat hebat bagi wisatawan untuk berkunjung ke sana di pengujung tahun. Saat malam tiba, pengunjung disajikan fenomena alam langka dari ombak yang memancarkan sinar berwarna biru neon.
ADVERTISEMENT
Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, mengungkapkan fenomena itu terjadi di sepanjang jalur pantai di Pesisir Barat selama hampir sepekan, sejak tanggal 17 Desember 2019, dan masih nampak pada Sabtu malam, 21 Desember.
Fenomena macam ini disebut dengan bioluminesensi (bioluminescence). Menurut penjelasan Agus Setyawan, Dosen Ilmu Kelautan Universitas Lampung, bioluminesensi terjadi ketika makhluk hidup mengalami reaksi kimia tertentu dan mereka menghasilkan emisi cahaya.
Pada biota laut, bioluminesensi ditemukan pada plankton atau fitoplankton, dan ubur-ubur. Bioluminescence terjadi karena adanya reaksi kimia yang melibatkan luciferin. Ini adalah zat kimia penghasil cahaya alami pada sejumlah makhluk hidup.
"Bioluminesensi merupakan hasil dari reaksi kimia alami, produksi dan emisi cahaya dihasilkan oleh energi melalui oksidasi luciferin sebagai substratnya yang dikatalis oleh enzim luciferase," terang Agus saat dihubungi kumparanSAINS, Senin (23/12).
Fenomena bioluminescene di sepanjang pantai Pesisir Barat Lampung, Minggu (22/12). Foto: Instagram/riez_aries
Barang-barang yang menyala dalam gelap pun, termasuk stiker glow in the dark, dibuat agar mengandung luciferin.
ADVERTISEMENT
Makhluk hidup yang tinggal di dasar laut yang gelap juga memiliki kemampuan memancarkan cahaya dari tubuhnya untuk menerangi lingkungan sekitar. Bisa jadi, mereka menyala untuk menarik perhatian pasangannya, membuat mangsanya mendekat, menjauhkan predator, dan berkomunikasi dengan teman-temannya. Semua tergantung kebutuhan setiap makhluk.
Pada makhluk hidup yang hidup di darat, bioluminesensi ditemukan pada beberapa jenis serangga seperti kunang-kunang, ulat (grow-worm), kumbang serta beberapa jenis diptera atau lalat. Mereka semua mengandung luciferin.
"Lebih dari 700 genera mampu menghasilkan bioluminesensi, dan 80% diantaranya adalah organisme laut antara lain ikan, krustasea, bakteri, dan dinoflagellata," imbuhnya.
Pada biota laut, bioluminesensi ditemukan pada ubur-ubur. Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan
Agus menjelaskan bahwa bioluminesensi merupakan fenomena alam yang tak bisa diprediksi kapan terjadinya. Namun, dirinya mencatat, apa yang terjadi di Pesisir Barat Lampung terbilang unik karena fenomena tersebut biasanya terjadi di daerah teluk.
ADVERTISEMENT
“Maka berkaitan dengan hal ini, kami sudah mengirim tim ke lapangan untuk mengambil sampel guna penelitian lebih lanjut," ungkapnya.
Selain di Pesisir Barat Lampung, bioluminesensi juga terjadi di Laut Jepara. Hal ini dijelaskan dalam sebuah penelitian yang telah dipublikasikan di Makara Journal of Science. Dalam studi tersebut dijelaskan bahwa fenomena bioluminesensi yang terjadi di Laut Jepara dihasilkan dari proses pemancaran cahaya pada bakteri Photobacterium phosphoreum yang diisolasi dari cumi laut Jepara Indonesia.
“Cumi-cumi di perairan Indonesia khususnya Jepara diketahui bisa memancarkan cahaya yang membantu cumi-cumi mencari makanan di kegelapan air, sekaligus menjadi alat penyamaran dari hewan pemangsa,” tulis penelitian tersebut.