Arkeolog Temukan 2 Jasad Bayi dengan Helm Tengkorak

21 November 2019 8:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu helm tengkorak dapat dilihat pada foto b dan c.  Foto: University of North Carolina/Sara Juengst
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu helm tengkorak dapat dilihat pada foto b dan c. Foto: University of North Carolina/Sara Juengst
ADVERTISEMENT
Penemuan arkeologis yang penuh misteri kembali terjadi. Kini para peneliti menemukan dua tengkorak bayi berusia 2.100 tahun yang kepalanya mengenakan “helm” terbuat dari tengkorak anak-anak.
ADVERTISEMENT
Sisa-sisa kedua bayi itu ditemukan bersama sembilan kuburan lainnya, di sebuah situs bernama Salango, di pantai Ekuador tengah. Kuburan pertama kali digali pada tahun 2014 hingga 2016, kendati baru sekarang dideskripsikan dan diterbitkan rinciannya dalam jurnal Latin American Antiquity.
Menurut arkeolog, kasus penemuan bayi menggunakan helm tengkorak anak-anak ini menjadi yang pertama kalinya sepanjang sejarah manusia. Mereka juga belum mengetahui apa penyebab bayi dan anak-anak itu meninggal.
Kepala tengkorak bayi memakai tengkorak kepala anak-anak. Foto: University of North Carolina/Sara Juengst
Hasil penelitian sementara menunjukkan, helm tengkorak yang dikenakan pada kepala bayi dipasang sangat erat. Arkeolog menduga, ketika tengkorak anak-anak itu diubah menjadi helm, kemungkinan besar mereka masih memiliki daging. Sebab, tanpa adanya daging, tengkorak tidak akan bisa disatukan dengan kepala si bayi.
ADVERTISEMENT
“Menariknya, ‘phalanx tangan’ atau sejenis tulang, juga ditemukan terjepit di antara kepala bayi dan helm. Kami tidak tahu siapa pemilik phalanx tersebut,” ujar Sara Juengst, penulis utama makalah yang merupakan seorang profesor antropologi di University of North Carolina, Charlotte.
Ia menambahkan, serangkaian tes DNA dan Strontium isotop akan segera dilakukan untuk mengungkap siapa pemilik tulang itu.
Sampai saat ini, para arkeolog masih kebingungan kenapa helm dibuat dari tengkorak anak-anak dan diletakkan di kepala bayi. “Mungkin ini merupakan upaya untuk berlindung dari jiwa-jiwa ‘pra-sosial dan liar’,” tulis para arkeolog seperti dikutip dari Live Science.
Tengkorak bayi memakai tengkorak kepala anak-anak. Foto: University of North Carolina/Sara Juengst
Selain helm tengkorak, tim juga menemukan patung-patung leluhur yang terbuat dari batu ditempatkan di samping kedua bayi. Temuan ini mendukung gagasan bahwa ini dibuat sebagai upaya berlindung dari marabahaya.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian lain menunjukkan, sebelum bayi-bayi itu dikubur, wilayah tersebut dulunya pernah ditutupi abu vulkanik akibat letusan gunung berapi. Letusan ini mungkin telah memengaruhi produksi makanan, sehingga hasil analisis pada tengkorak bayi dan anak-anak menunjukkan bahwa mereka kekurangan gizi.
"Dari sini, ada kemungkinan proses penguburan kedua bayi adalah bagian dari ritual yang lebih besar dan kompleks sebagai respons dari letusan gunung berapi yang berimplikasi pada lingkungan," tulis para arkeolog. “Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan gagasan ini.”