Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Para pekerja konstruksi dikejutkan dengan penemuan tulang belulang manusia di Kota Aberdeen, Skotlandia . Peristiwa itu terjadi pada tahun lalu, saat mereka tengah menggali parit di halaman belakang sebuah rumah tua yang telah berusia 200 tahun.
ADVERTISEMENT
Sesuai kebijakan hukum yang berlaku di Skotlandia , penemuan tulang belulang manusia itu kemudian dilaporkan kepada pihak berwajib. Polisi lantas menghubungi arkeolog regional Aberdeenshire, Bruce Mann, untuk memastikan apakah tulang belulang itu milik orang-orang yang baru saja meninggal.
“Beberapa dari tulang belulang yang ditemukan bisa dikenali sebagai bagian dari tengkorak manusia,” papar Mann kepada Live Science, seperti diberitakan Fox News.
Setelah memeriksanya, Mann menegaskan bahwa tulang belulang itu sudah berusia lebih dari satu abad. Temuan lain menunjukkan terdapat beberapa luka aneh pada tulang belulang tersebut yang kemudian memunculkan kecurigaan.
Penemuan tulang belulang ini seolah menjadi titik terang untuk mengungkap sejarah kelam yang pernah terjadi di abad ke-19. Saat itu, marak terjadi penggunaan mayat secara ilegal oleh mahasiswa kedokteran dari Universitas Aberdeen. Mayat itu digunakan untuk praktik cadaver atau bedah anatomi tubuh.
ADVERTISEMENT
Dugaan ini kemudian mendorong para arkeolog untuk melakukan penggalian ulang di halaman rumah yang sama dan berhasil menemukan 115 fragmen tulang manusia yang kemudian diserahkan ke Universitas Aberdeen. Tulang belulang itu kemudian diselidiki lebih lanjut oleh Rebecca Crozier, seorang ahli osteoarkeologi.
Ketika Crozier mengumpulkan potongan-potongan tulang dan menentukan usia mereka dengan penanggalan radiokarbon, ia menemukan bahwa tulang belulang itu berasal dari tujuh manusia berbeda yang mungkin hidup antara tahun 1750 dan 1850. Crozier menyebutkan bahwa dua di antaranya adalah anak-anak.
Menurut hasil penyelidikannya, Crozier mengungkapkan ada bekas luka pada tulang yang menunjukkan telah dilakukan prosedur medis seperti kraniotomi, yakni proses pembedahan otak yang dilakukan dengan membuka tulang tengkorak. Hal ini semakin menguatkan dugaan sebelumnya yang menyatakan bahwa mayat-mayat itu memang dimanfaatkan oleh mahasiswa kedokteran Universitas Aberdeen, sebagai salah satu sekolah kedokteran terbaik di Inggris dan Skotlandia kala itu.
ADVERTISEMENT
Crozier menduga, para mahasiswa kedokteran itu telah diam-diam mengubur ketujuh mayat di halaman rumah pada tahun 1850-an, untuk menghindari hukuman karena menggunakan mayat untuk pembedahan dan melakukan operasi.
"Kita tidak bisa mengatakan dengan pasti bagaimana mereka mendapatkannya (mayat-mayat tersebut)," ujarnya.