Begini Cara Museum Zoologi Bogor Merawat Jutaan Koleksi Hewannya

28 Agustus 2019 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerangka hewan menyambut kehadiran pengunjung di Museum Zoologi Bogor. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kerangka hewan menyambut kehadiran pengunjung di Museum Zoologi Bogor. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
ADVERTISEMENT
Museum Zoologi Bogor atau Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) kini telah memiliki lebih dari 2,7 juta spesimen fauna Indonesia. Jutaan koleksi spesimen itu tersimpan rapi di dua tempat yang berbeda. Pertama, di gedung lama museum untuk kepentingan pameran yang menampilkan 122 display dan 954 spesies fauna. Sedangkan sisanya tersimpan di Gedung Widyasatwaloka, Cibinong Science Center-Botanical Garden, untuk penelitian.
ADVERTISEMENT
Koleksi spesimen fauna itu terbagi menjadi beberapa kelompok hewan, yakni mamalia, burung, ikan, reptil, amfibi, moluska, krustasea, serangga, dan invertebrata. MZB sendiri mendapatkan spesimen-spesimen tersebut melalui beragam cara, mulai dari ekspedisi lapangan, pemberian dari sesama peneliti atau masyarakat, saling tukar, titipan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam, atau bahkan barang sitaan dari tindak kriminal.
Gedung Widyasatwaloka, Cibinong Science Center-Botanical Garden. Foto: Hesti Widianingtyas/kumparan
Ruliyana Susanti, Kepala Sub Bagian Kerjasama dan Informasi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menjelaskan bahwa ada cara-cara tertentu dalam merawat serta menyimpan koleksi yang ada di MZB dan Science Center-Botanical Garden.
Menurut Ruliyana, setidaknya ada tiga tahap yang harus dilalui dalam proses penyimpanan koleksi spesimen. Pertama, penerimaan spesimen, kemudian diproses sesuai dengan takson masing-masing, dan yang terakhir, spesimen disimpan di ruangan dan dilakukan perawatan.
ADVERTISEMENT
“Koleksi yang sudah diterima dan masuk ruangan tersebut kemudian diawetkan. Cara pengawetan koleksi itu dibedakan jadi dua cara, yaitu koleksi basah dan kering dengan membedakan karakter morfologinya,” ujar Ruliyana, saat mengisi rangkaian acara Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-125 MZB, di Cibinong, Bogor, Selasa (27/8).
Museum Zoologi Bogor dikelola oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Sebagai contoh, burung dan mamalia masuk dalam kelompok satwa yang diawetkan secara kering. Sedangkan jenis ikan dan reptil masuk dalam koleksi basah dengan alasan hewan-hewan tersebut bisa mengkerut jika tidak disimpan di dalam cairan.
Untuk menyimpan koleksi kering, beberapa spesimen akan dikeringkan dan ditusuk menggunakan jarum. Sedangkan, untuk menyimpan koleksi basah, spesimen akan disimpan di dalam sebuah tabung dan direndam menggunakan alkohol 70 persen.
ADVERTISEMENT
Museum Zoologi Bogor juga punya koleksi hewan laut. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Diorama interaksi hewan di Museum Zoologi Bogor. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Proses penyimpanan koleksi spesimen tersebut juga harus diperhatikan. Antara lain, suhu ruangan penyimpanan harus memiliki suhu 18-22 derajat Celsius. Begitupun dengan kelembapan ruangan yang harus ada dalam angka 45-60 persen.
Menurut Ruliyana, suhu dan kelembapan udara ini sangat berpengaruh pada keawetan koleksi. Jika keduanya tidak diperhatikan, maka koleksi akan cepat rusak dan berdebu.
Proses perawatan lain yang mesti diperhatikan adalah volume alkohol pada koleksi basah. Alkohol ini harus cepat diganti jika cairan tampak keruh atau berkurang. Begitupun dengan koleksi kering, seperti kupu-kupu dan serangga yang menggunakan jarum, jarum itu harus diganti jika sudah berkarat.
Luwak, salah satu koleksi binatang di Museum Zoologi Bogor. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Koleksi hewan yang diawetkan di MZB guna penelitian LIPI. Foto: Habib Allbi/kumparan
Salah satu koleksi kering di Museum Zoologi Bogor yang cukup menarik perhatian adalah spesies burung baru yang ditemukan pada 2017 lalu. Burung ini memiliki nama unik yang mirip dengan Ibu negara RI Iriana Joko Widodo, yakni Myzomela irianawidodoae. Menurut Hidayat Ashari, peneliti burung di LIPI, burung M. irianawidodoae ini merupakan hewan endemik Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
Burung kecil ini memiliki panjang tubuh sekitar 11,8 sentimeter dengan berat 32,23 gram. Panjang paruhnya sekitar 1,79 sentimeter dengan bentangan sayap 17,2 sentimeter dan panjang sayap 5,8 sentimeter.
Burung ini merupakan burung penyerbuk, yakni pemakan nektar atau cairan manis yang terdapat pada bunga. Kini, burung M. irianawidodoae dikategorikan sebagai burung yang dilindungi.