Es Mencair di Kutub Utara Sebarkan Virus Pembunuh Mamalia Laut

8 November 2019 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi es di Kutub Utara Foto: NASA/Jaros and AS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi es di Kutub Utara Foto: NASA/Jaros and AS
ADVERTISEMENT
Kenaikan suhu global telah menyebabkan es di Kutub Utara mencair. Mencairnya es ini ternyata membuat sebuah virus mematikan menyebar dari Samudra Atlantik ke Samudra Pasifik. Virus yang dimaksud adalah phocine distemper (PDV), yang biasanya menjangkiti anjing laut.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, virus ini hanya ada di Samudra Atlantik. Namun setelah tahun 2004, wabah ini juga menjangkiti berang-berang laut di negara bagian Alaska, AS, yang berbatasan dengan Samudra Pasifik.
Es di Alaska Mencair. Foto: Paxson Woelber/Flickr
Peristiwa ini awalnya membingungkan para ilmuwan. Pasalnya, virus yang terisolasi itu kini menyebar ke seluruh dunia.
Pertanyaan tersebut akhirnya terjawab melalui sebuah studi terbaru yang diterbitkan pada Jumat (8/10) dalam jurnal Scientific Reports. Di dalam riset, peneliti menjabarkan bahwa selama 15 tahun terakhir, pencairan es telah membuka jalur yang sebelumnya terhalang Lingkar Arktika.
Jalur yang terbuka kemudian memungkinkan hewan yang terjangkit PDV bisa dengan mudah menyebarkan virus tersebut dari Atlantik Utara menuju wilayah Pasifik Utara, demikian kesimpulan yang diungkapkan langsung oleh Tracey Goldstein, salah satu peneliti senior dalam riset ini, sebagaimana kepada Business Insider.
Anjing laut leopard. Foto: jodeng via pixabay
Menurut Goldstein, puncak penyebaran wabah PDV terjadi pada Agustus hingga September 2002. Saat itu, lapisan es di Kutub Utara berada di titik terendah.
ADVERTISEMENT
Setiap September, es di Kutub Utara mencapai batas minimum. Semenjak 1980-an, batas minimun tersebut telah menurun sekitar 13 persen per dekade. Penurunan tersebut berlangsung semakin cepat akibat Arktika memanas dua kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain.
Setahun sebelumnya, yakni pada 1979, lapisan es di Kutub Utara tercatat telah menyelimuti sekitar 7 juta kilometer persegi kawasan tersebut. Namun bulan Oktober lalu, luasnya telah menurun signifikan menjadi 4,3 juta kilometer persegi.
Para peneliti dari Badan Antariksa Eropa telah memperingatkan kita tak lama lagi bakal menyaksikan seluruh es di Kutub Utara akan mencair dalam beberapa dekade.
Ilustrasi kutub utara, Arktik Foto: Dok. US Navy
Apabila lautan es di Kutub Utara terus mencair maka akan semakin banyak jalur laut yang melintasi Arktika. Kapal-kapal pun akan memanfaatkan jalur ini untuk memangkas waktu perjalanan mereka. Begitu pula mamalia laut yang juga menggunakan jalur ini untuk menjelajahi lautan.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka menyelidiki wabah PDV, para peneliti di balik studi ini memeriksa sampel data darah dan genetik yang dikumpulkan dari 2.530 mamalia hidup dan 165 mamalia yang telah mati, seperti anjing laut, singa laut, dan berang-berang laut. Pemeriksaan sampel ini dilakukan semenjak tahun 2001 hingga 2016.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa wabah PDV Samudra Pasifik pertama kali menjangkiti berang-berang dekat Kepulauan Aleutian Alaska pada tahun 2003 dan 2004, dengan lebih dari 30 persen dari hewan-hewan itu dinyatakan positif terkena virus tersebut. Hal ini diikuti oleh lonjakan tingkat infeksi pada tahun 2009.
Data yang dikumpulkan Goldstein menunjukkan bahwa mamalia yang diperiksa sampel darah dan genetiknya pada 2004 dan 2009 sembilan kali lebih mungkin terinfeksi virus daripada hewan di tahun-tahun lainnya. Analisis citra satelit dari periode waktu tersebut mengungkapkan bahwa pada tahun-tahun sebelum wabah terjadi di tahun 2002 dan 2008, rute perairan terbuka terlihat antara Atlantik utara dan Samudra Pasifik.
Walrus dan anaknya. Foto: U.S. Geological Survey/Flickr
Para peneliti berpendapat, bahwa pencairan lautan es di Arktika kemungkinan telah memfasilitasi kontak antara spesies yang sebelumnya telah dipisahkan. Ketika mamalia berinteraksi dengan cara-cara baru, virus PDV pun menyebar.
ADVERTISEMENT
Goldstein bersama timnya berpikir hewan pembawa virus bisa saja berpindah dari Atlantik ke Pasifik dengan dua cara. Pertama melalui pantai Rusia utara menuju ke timur, atau berenang ke barat di sepanjang pantai dan pulau-pulau Kanada utara.
PDV menyebar melalui cairan pernapasan ketika hewan berada melakukan kontak di darat atau di laut. Banyak spesies anjing laut dan berang-berang rentan terhadap virus ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda.
Hewan yang menderita demam dan infeksi paru-paru, menurut sebuah studi yang diterbitkan pada Desember 2014 silam, lendir menetes dari mata dan lubang hidung mereka. Mereka juga rentan mengalami kejang sehingga mencegah mereka menyelam atau berenang.
"Mereka mudah terserang penyakit," kata Goldstein. "Virus itu bisa membunuh anjing laut dalam satu atau dua minggu."
Ilustrasi anjing laut. Foto: bhar9070
Pada 2018 lalu, tercatat ada 1.000 anjing laut mati di pantai New England karena penyakit itu.
ADVERTISEMENT
Mamalia yang positif terjangkit PDV telah ditemukan di sepanjang Rusia timur dan pantai Hokkaido Jepang, tetapi Goldstein tidak berpikir virus itu akan pernah menyebar ke selatan khatulistiwa.
Pinniped, kategori hewan yang termasuk anjing laut dan walrus, lebih suka laut yang lebih dingin.
"Pinniped tidak cenderung masuk ke perairan tropis, jadi kita tidak akan melihat hewan yang terinfeksi di Asia Tenggara," katanya.
Namun, Goldstein menambahkan bahwa virus itu dapat mencapai selatan melalui migrasi pelabuhan ke pantai California utara.