Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Etilene Glikol, Dietilen Glikol Sering Dipakai di Produk Industri, Ini Daftarnya
20 Oktober 2022 9:45 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan total 99 kematian anak akibat gagal ginjal misterius. Kemenkes untuk sementara melarang dokter meresepkan obat cair untuk anak, karena dicurigai senyawa etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang ditemukan di obat batuk dan flu sirup anak bertanggung jawab atas kasus gagal ginjal akut ini.
ADVERTISEMENT
Berdekatan dengan ini, produsen obat-obatan seperti Kimia Farma menyetop distribusi produk obat batuk sirup anak untuk sementara waktu.
Kasus ini mirip dengan kasus serupa yang di Ghana, di mana WHO menemukan kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) di atas batas ambang pada empat merk obat batuk sirup asal India.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), etilen glikol adalah adalah bahan tidak berbau dan tidak berwarna. Bahan ini umumnya digunakan untuk bahan industri sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Sementara dietilen glikol, seperti namanya, adalah dua gugus etilen disambung menjadi satu senyawa dengan satu atom oksigen di tengah-tengahnya. Dietilen punya deskripsi yang sama dengan etilen glikol dan juga sering digunakan sebagai pelarut.
"Etilen glikol itu sebenarnya secara umum termasuk alkohol," ungkap Ahli Farmasi UGM, Prof. Zullies Ikawati, Ph.D., Apt., Guru Besar Fakultas Farmasi UGM kepada kumparanSAINS.
"Etilen glikol ini saat ini digunakan untuk bahan baku industri tekstil, bahan tambahan cat, anti beku dan sebagainya."
Kedua molekul ini tidak ditujukan untuk produk konsumsi. Hanya saja dalam beberapa kasus seperti pada obat-obatan, etilen glikol digunakan sebagai bahan pelarut. Di sini, jelas Zullies, ada kemungkinan pencemaraan sehingga kandungan EG dan DEG melebihi batas aman.
ADVERTISEMENT
- Ahli Farmasi UGM, Prof. Zullies Ikawati, Ph.D., Apt. -
"Ceritanya dalam sirup obat tidak semuanya bisa larut dalam air, sehingga membutuhkan bahan tambahan berupa suatu pelarut, yang biasanya digunakan itu propilen glikol dan gliserin."
Pun pada penerapannya, harus ada batas aman seberapa banyak EG dan DEG ini digunakan sebagai pelarut atau cemaran.
"Industri farmasi itu harus melakukan tes dan kualitas dari bahan baku sebelum diproses, . . . harusnya sebelum bebas atau minimal dari cemaran etilen glikol dan dietilen glikol."
"Jika industrinya tidak melakukan dengan baik, artinya dia tidak melakukan proses QC dengan yang baik, dan itu dijumpai pada produk yang ada di India itu, yang kemudian diekspor ke Gambia dan kemudian ternyata di sana dijumpai banyak etilen glikol dan dietilen glikol yang melebihi batas yang diterima."
ADVERTISEMENT
Dosis mematikan injeksi etilen glikol dan dieteilen glikol
Profesor Zullies menjelaskan, dari panduan farmasi sendiri tidak ada batas absolut dosis aman-tak aman. Yang tersedia adalah dosis fatal atau mematikan, yakni dosis yang secara klinis sudah terbukti langsung mematikan.
"Beberapa literasi menyebutkan misalnya 1,4-1,6 gram/kilogram berat badan, itu dosis letal (etilen glikol), dosis letal itu dosis mematikan. Sementara untuk dietilen glikol itu dosis yang mematikan 1,1 gram/kilogram," lanjut Zallies.
"Sulit untuk memastikan dosis yang menyebabkan gagal ginjal."
Sementara itu Prof. Muchtaridi, PhD, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran menjelaskan bahwa etilen glikol dan dietilen glikol sudah diketahui beracun khususnya untuk organ ginjal sejak beberapa dekade terakhir.
“Etilen glikol dan dietilen glikol itu sebetulnya sudah diketahui toxic sejak 1938? Keduanya menyebabkan kerusakan ginjal pada tikus, in vivo,” terangnya kepada kumparanSAINS.
ADVERTISEMENT
“Kemudian keracunan pertama itu terjadi di India, itu sama, kasusnya pada obat-obat flu demam, yang isinya sama Paracetamol. Tahun 1998 itu dari 36 kasus kematian, 26 positif dietilen glikol, karena si obatnya itu, 13,5 persen.”
Etilen glikol ini merusak ginjal tidak secara langsung. Melalui proses yang panjang di metabolisme tubuh, etilen glikol dikonversi menjadi asam oksalat. Asam oksalat ini adalah molekul yang sama yang menyebabkan mata perih ketika kita memotong bawang, terang Muchtaridi.
"Asam oksalat itu sukar larut air. Sehingga ketika ada di dalam tubuh bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium oksalat, akan terbentuk kristal," imbuh Muchtaridi.
Fungsi ginjal sebagai organ filtrasi membuat molekul-molekul kristal kasar tersebut mengendap di ginjal, mirip dengan batu ginjal. "Sehingga asam oksalat ini kita kategorikan sebagai racun seluluer, karena masuk ke sel, menyebabkan gagal jantung, paru-paru, asidosis."
ADVERTISEMENT
Asidosis ini nantinya menyebabkan gejala lanjutan seperti jatuhnya sistem saraf pusat.