Fenomena Busa Raksasa Serbu Pantai di Lampung, Mengapa Bisa Terjadi?

24 Desember 2019 12:35 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang warga dengan akun prmithasn di Instagram mengabadikan fenomena busa raksasa di Lampung. Foto: @prmithasn/Instagram
zoom-in-whitePerbesar
Seorang warga dengan akun prmithasn di Instagram mengabadikan fenomena busa raksasa di Lampung. Foto: @prmithasn/Instagram
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setelah disuguhkan fenomena alam langka, di mana air laut memancarkan sinar berwarna biru, kini warga Lampung dapat menyaksikan fenomena alam unik lainnya. Belakangan ini, muncul busa raksasa berwarna putih yang memenuhi pantai di utara dan selatan Lampung.
ADVERTISEMENT
Dosen Ilmu Kelautan Universitas Lampung, Agus Setyawan, mengungkap air laut berbusa itu dipicu oleh terjadinya ledakan alga (algae bloom).
“Busa itu akibat dari kotoran dan mikroalga yang sudah mati, jumlahnya banyak karena sebelumnya terjadi ledakan alga,” ujar Agus saat dihubungi kumparanSAINS, Selasa (24/12).
Ia menambahkan, ledakan alga merupakan peristiwa yang biasa terjadi di ekosistem perairan, baik perairan tawar maupun laut. Fenomena alam ini tidak bisa diprediksi kapan terjadinya, populasi alga bisa melonjak drastis setiap saat asalkan ada faktor pemicunya.
Penyebab ledakan alga ini, antara lain karena besarnya nutrien yang bersumber dari limbah pertanian, peternakan, dan perikanan, adanya pancaran sinar matahari yang dominan, arus laut yang tertutup seperti di daerah teluk, serta adanya upwelling atau naiknya air di dasar perairan yang membawa banyak nutrien ke permukaan.
ADVERTISEMENT
“Serta kemungkinan juga (karena) global warming,” imbuhnya.
Dalam beberapa kasus ledakan alga, permukaan air berubah warna menjadi hijau dan merah kecokelatan tanpa disertai busa. Perubahan warna tersebut menyesuaikan dengan pigmen spesies alga yang mengalami lonjakan populasi. Umumnya, warna hijau disebabkan oleh cyanobacteria, sedangkan warna merah disebabkan oleh dinoflagellata.
Spesies dinoflagellata umumnya terlibat dalam ledakan alga jenis red tide atau pasang merah, salah satu jenis yang beracun (harmful alga blooms/HABs). Ledakan alga ini menyebabkan permukaan air seperti bercampur darah. Dampaknya tak hanya berbahaya bagi biota laut, tapi juga manusia.
“Karena alga tersebut bisa mengeluarkan racun seperti neurotoksin. Kalau sudah terjadi demikian, perlu antisipasi bersama baik masyarakat maupun pemerintah,” tukas Agus.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari jurnal Balai Besar Riset Pengolahan Produk Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, ledakan alga pernah terjadi beberapa kali di perairan Teluk Hurun Lampung antara tahun 2005 hingga 2012. Kasus terparah terjadi pada Oktober hingga Desember 2012, di mana ledakan alga menyebabkan kematian massal ikan kerapu yang banyak dibudidayakan warga.
Setelah diidentifikasi, ledakan alga yang meracuni ikan tersebut datang dari beberapa spesies fitoplankton yaitu Cochlodinium, Polykrikoides, Nocticula scintillans, Pyrodinum bahamase, Phaeocytis, dan Dinophisis.
“Ledakan populasi fitoplankton tersebut dapat menutupi permukaan perairan sehingga selain menyebabkan deplesi oksigen, juga dapat menyebabkan gangguan fungsi mekanik maupun kimiawi pada insang ikan,” tulis penelitian tersebut.