Guru Besar Farmasi ITB Rekomendasikan 10 Tanaman Pelawan Sel Kanker

2 Oktober 2018 8:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sel dalam tubuh. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sel dalam tubuh. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Guru Besar Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) I Ketut Adnyana memberikan rekomendasi terkait 10 tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai obat-obatan herbal untuk melawan sel-sel kanker.
ADVERTISEMENT
Kesepuluh tanaman tersebut adalah tapak dara (Vinca rosea), taxol (Taxus sp), lempuyang wangi (Zingiber zerumbet), temu kunci (Boesenbergia pandurata), melinjo/tangkil (Gnetum gnemon), daun sirsak (Annona muricata), bawang tiwai (Eleutherine americana), keladi tikus, biji dari buah anggur, dan propolis, semacam getah yang dikumpulkan lebah madu dari berbagai pohon.
Menurut penjelasan Ketut saat membahas topik mengenai “Masa Depan Obat Herbal Sebagai Terapi Alternatif Kanker” dalam Rapat Pleno Forum Guru Besar (FGB) Institut Teknologi Bandung (ITB) di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah ITB pada Jumat (28/9), kesepuluh potensi obat dari tanaman ini telah melalui berbagai uji coba .
Berbagai uji coba yang dilakukan untuk memastikan bahwa obat dari tanaman-tanaman tersebut benar-benar dapat membunuh sel kanker di antaranya adalah uji kandungan senyawa aktif, uji tingkat sel, uji menggunakan hewan percobaan, dan uji langsung terhadap penderita kanker.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, kesepuluh jenis obat-obatan herbal ini dapat menekan aktivitas sel kanker dan mendapat testimoni positif dari pasien uji coba.
Ilustrasi penelitian. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penelitian. (Foto: Pixabay)
Salah satu tanaman yang sudah banyak digunakan sebagai obat adalah daun sirsak. Saat dibandingkan dengan obat kanker yang standar digunakan, yaitu tamoxifen, senyawa aktif dari daun sirsak ternyata lebih baik untuk menekan sel kanker.
Selain itu, potensi lainnya yang menarik adalah melinjo. Ternyata, biji melinjo memiliki kandungan senyawa aktif yang sangat baik menekan pertumbuhan sel kanker yaitu gnetin C dan trans-resveratrol.
“Bahan ini (melinjo) banyak kita punya di Indonesia, tepatnya biasa kita olah sebagai emping. Jadi budayakanlah makan emping dan sayur lodeh,” ujar Ketut, sebagaimana dikutip dari laman ITB.
ADVERTISEMENT
“Saya sangat yakin dengan potensi obat herbal Indonesia, karena kita punya banyak bahan potensial. Bicara peluang melimpah, tradisi punya, pengolahan murah, pangsa pasar banyak, lalu aman penggunaannya. Tantangan kita hanyalah political will. Kita harus berani memberikan rekomendasi,” tegasnya
Tanaman melinjo (Foto: gbohne/Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tanaman melinjo (Foto: gbohne/Wikimedia Commons)
Di Indonesia sendiri kanker merupakan penyakit yang cukup banyak diderita masyarakat Indonesia. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1,4 per 1.000 orang dan kasus tertinggi terjadi di DIY di mana prevalensi mencapai 4,1 per 1.000 orang.
Itu artinya, di Indonesia ini, jika masing-masing 1.000 di Indonesia dikumpulkan, ada satu sampai dua orang di antara mereka yang menderita kanker.
Di Indonesia, angka penderita kanker pada perempuan masih lebih tinggi daripada laki-laki. Pada laki-laki, jenis kanker tertinggi ditempati oleh kanker paru-paru yang memiliki prevalensi mencapai 25,8 per 100 ribu orang dan angka kematian mencapai 23,2 per 100 ribu.
ADVERTISEMENT
Adapun pada perempuan, jenis kanker tertinggi adalah kanker serviks. Prevalensi kanker serviks pada perempuan jauh lebih tinggi daripada kanker paru-paru pada laki-laki, yaitu 40,3 per 100 ribu.
Wanita penderita kanker paru-paru (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Wanita penderita kanker paru-paru (Foto: Thinkstock)
Pada dasarnya, kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian.
Ketut berharap, ada pihak-pihak di Indonesia yang mampu melihat jauh ke depan sehingga penggunaan obat herbal di negeri nantinya tidak hanya sebagai alternatif dalam upaya melawan sel-sel kanker. Ia berharap ada regulasi yang jelas mengenai penggunaan obat herbal agar masyarakat tidak lagi tersesatkan oleh informasi kurang benar yang beredar mengenai penggunaan obat herbal dalam kaitannya dengan penyakit yang berbahaya ini.
ADVERTISEMENT