Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan dari University of Sydney memperkirakan sudah ada hampir 500 juta hewan, tepatnya sekitar 480 juta hewan, terbunuh karena kobaran api yang dimulai sejak September 2019 lalu. Di antara hewan yang terbunuh, ada 8.000 koala (hampir sepertiga dari populasi koala di New South Wales yang menjadi korban) yang menjadi korban di sepanjang pantai timur negara itu.
"Kami akan tahu lebih banyak ketika kebakaran telah mereda dan penilaian yang tepat dapat dilakukan," ujar menteri lingkungan hidup Australia, Sussan Ley, kepada Australian Broadcasting Corporation, seperti dikutip IFL Science.
Koala merupakan salah satu spesies yang terdampak dari kebakaran hutan di Australia. Ini karena mereka memiliki pergerakan yang sangat lambat dan hidup di antara kawasan hutan yang berangsur-angsur musnah akibat kebakaran. Laporan dari awal Desember 2019 menyebutkan, ada koala dan marsupial asli lainnya yang mengalami disorientasi, dehidrasi, luka bakar parah, dan yang paling buruk hangus terbakar hingga mati.
ADVERTISEMENT
"Kobaran api yang sangat panas telah merambat begitu cepat sehingga menyebabkan kematian pada hewan yang menghuni pepohonan. Terdapat daerah yang terkena dampak begitu besar dari kebakaran yang hingga saat ini masih berlangsung, sehingga kami mungkin tidak akan pernah menemukan mayat," ujar Mark Graham, seorang ahli ekologi.
Selain hewan, kebakaran hutan di Australia juga menyebabkan sejumlah kematian pada manusia, meskipun angka pastinya saat ini masih belum jelas.
Sementara itu, kebakaran hutan terus merambah lebih dari 4 juta hektar (9,9 juta hektar) di lima negara bagian. Kebakaran hutan diperkirakan terjadi setiap tahun selama berbulan-bulan saat musim panas. Namun, musim kebakaran 2019-2020 Australia mengakibatkan kerusakan parah, terutama karena gelombang panas yang suhunya tembus 40 derajat Celsius di enam negara bagian.
ADVERTISEMENT
Menurut pengamatan ahli meteorologi, kondisi ini dikenal dengan sebutan Indian Ocean Dipole (IOD). Sebagai hasil dari naik turunnya suhu permukaan laut di Samudera Hindia bagian barat, IOD dapat memiliki efek knock-on yang signifikan terhadap iklim Australia.