Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Warga Wuhan pertama kali terinfeksi virus pada 12 Desember 2019. Tak sampai sebulan, WHO mengonfirmasi kasus lain muncul di Thailand pada 8 Januari 2020. Seminggu kemudian, giliran Jepang melaporkan penyebaran coronavirus juga telah sampai di negara mereka.
Kasus terbaru yang muncul di Jepang ini menimpa seorang warga negara China berusia 30 tahun yang tinggal di Kanagawa, barat daya Tokyo. Ia baru saja pulang dari Wuhan, sebelum akhirnya jatuh sakit.
Pejabat Kementerian Kesehatan Jepang, Eiji Hinoshita, berusaha meyakinkan masyarakat bahwa risiko penyebaran coronavirus di Jepang sangat rendah meski seorang warga telah terinfeksi.
“Pada titik ini, kami merasa tidak mungkin (kasus) ini akan menyebabkan wabah yang dramatis,” ujar Hinoshita. Ia memastikan kondisi terkini pasien sudah membaik, demam telah mereda dan sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, coronavirus yang terdeteksi di Thailand juga berasal dari seorang turis, yang kini tengah menjalani karantina. Pasien berusia 61 tahun tersebut menunjukkan gejala terinfeksi saat baru saja tiba di Bandara Suwarnabhumi, Bangkok, setelah mengunjungi Wuhan.
Melihat dua kasus di Jepang dan Thailand, coronavirus sama-sama dibawa turis yang baru saja mengunjungi Wuhan, lokasi pusat wabah. Berkaca dari peristiwa tersebut, seluruh negara perlu bersiap menghadapi risiko penyebaran, termasuk dengan memperketat pemeriksaan turis di pintu-pintu masuk negara.
Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan RI menyatakan beberapa sektor akan diperkuat, termasuk tenaga kesehatan, rumah sakit, pemantau, serta pintu-pintu masuk bandara dan pelabuhan. Hal itu dinyatakan lewat serangkaian utas yang diunggah lewat akun Twitter resmi @KemenkesRI pada Jumat (17/1).
ADVERTISEMENT
Utas tersebut merangkum hasil diskusi ilmiah bertajuk “Kesiapsiagaan Indonesia dalam Antisipasi Wuhan Pneumonia” yang dihelat di Gedung Pelayanan Publik Balitbangkes, Jumat (17/1). Tujuan diskusi berkaitan dengan kesiapan Indonesia terkait wabah virus pernapasan di China, serta upaya menyamakan persepsi mengenai wabah tersebut.
“Virus tersebut bisa menyebabkan penyakit yang ringan sampai berat, sekarang ini paling banyak dibicarakan adalah MERS-CoV dan SARS-CoV yang masih satu keluarga. Coronavirus pada dasarnya dari binatang pindah ke manusia, dan 80 persen penyakit baru berasal dari zoononis,” ujar Kemenkes.
Dalam kesempatan yang sama, Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Kemenkes RI, dr. Vivi, mengatakan bahwa jejaring laboratorium untuk deteksi coronavirus terus dilakukan. Dipaparkan pula, tanda-tanda umum infeksi dari coronavirus yakni batuk, demam, dan sesak napas.
ADVERTISEMENT
Pada kondisi yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, bahkan berujung kematian.
Sejauh ini, wabah coronavirus telah menewaskan satu orang di Wuhan. Menurut laporan Channel News Asia, korban dinyatakan meninggal pada Kamis (9/1) akibat gagal pernapasan dan radang paru-paru yang cukup parah. Sebelum tewas, ia sempat mengunjungi pasar ikan yang menjadi pusat wabah. Pasar itu telah resmi ditutup pada 1 Januari 2020 untuk desinfeksi.