Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Lazimnya, hampir setiap orang memiliki hal yang disukai atau tidak disukai, yang aneh, bikin kagum orang lain, dan apapun yang menjadi bagian dari kepribadian dirinya.
ADVERTISEMENT
Semua hal tersebut ialah penegasan-penegasan tentang "siapa dirinya", baik dilakukan secara sadar atau tidak, yang dapat membuat hidup menjadi lebih menarik atau malah lebih sulit.
Bila ditelaah secara ilmiah, dari mana sebetulnya kepribadian itu bermula, dan mengapa setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda?
Selama 25 tahun terakhir, para psikolog mencari jawabannya dan mereka pun meyakini bahwa kepribadian seseorang senantiasa bergantung pada lima sifat dasar atau The Big Five, yakni penyesuaian, kesadaran, neurotisme (kestabilan emosi), ekstraversi (tipe kepribadian seseorang yang minatnya lebih mengarah ke alam luar dan fenomena sosial daripada terhadap dirinya dan pengalamannya sendiri), dan keterbukaan terhadap pengalaman.
Lantaran ditopang oleh lima hal yang unik tersebut, kepribadian seseorang pun sebetulnya tidak terbatas pada tipe kepribadian tertentu. Hampir tidak ada orang yang sepenuhnya ekstrovert atau introvert, rapi atau jorok, dan yang hanya berpijak pada satu sisi kepribadian saja. Kendati mungkin ada minoritas yang secara ekstrem condong ke satu sifat, tapi sebagian besar orang lebih cenderung memiliki kepribadian yang berada di tengah semua sifat.
ADVERTISEMENT
"Kami tahu secara yakin dari penelitian bahwa orang tidak terorganisir menjadi tipe kepribadian tertentu," ungkap Christopher Soto, psikolog di Colby College, Maine, Amerika Serikat.
"Setiap sifat dalam kepribadian adalah dimensi yang berkelanjutan. Kamu bisa sangat mencolok atau tak terlihat memiliki sifat tertentu, dan kebanyakan orang berada di antara keduanya."
Sebagian besar sifat-sifat dalam kepribadian berasal dari orang tua kita. Bahkan, menurut Soto, sekitar setengah kepribadian yang dimiliki oleh seorang manusia adalah genetik. Akan tetapi, sisa variabilitas sifat lainnya berasal dari lingkungan dan pengalaman hidup atau dari urutan kelahiran. Seiring waktu, ini berarti kepribadian seseorang dapat berubah.
"Gen kita menyediakan titik awal untuk kepribadian, dan mereka tetap bersama kita seiring bertambahnya usia. Namun seiring bertambahnya usia, kita memiliki lebih banyak pengalaman hidup, dan ada lebih banyak peluang untuk beralih dari titik awal genetik kamu," imbuh Soto.
ADVERTISEMENT
Ketika anak-anak menjadi remaja, secara psikologis biasanya mereka mengalami penurunan secara sementara dalam hal persetujuan dan kesadaran. Dalam artian, mereka menjadi lebih bandel dan malas.
Kemudian, tatkala seseorang tumbuh dari awal masa dewasa ke usia paruh baya, dia mulai menerima beragam cobaan dan kesengsaraan hidup, peningkatan tanggung jawab, menerima hubungan pribadi, dan momen-momen lainnya yang membuat orang itu lebih waspada, lebih teliti, dan lebih stabil secara emosi.
Pun dalam lingkungan, manusia menyesuaikan kepribadiannya dengan keadaan. Menurut sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, seorang manusia bahkan berpeluang menyesuaikan kepribadiannya secara disengaja atau sesuai kehendak.
Orang bisa sangat nyaman berada di rumah bersama keluarga, sementara di lain waktu ia begitu menikmati perjalanan mendaki gunung sendirian. Orang juga dapat bersikap introvert kala fokus terhadap pekerjaan, sedangkan bertindak agresif dan kooperatif ketika bermain sepak bola.
“Sifat-sifat ini menunjukkan tidak ada satu sifat atau ekspresi kepribadian pun yang akan mampu melayani kamu dengan baik pada setiap jam," tegas Sulloway.
ADVERTISEMENT
Manusia senantiasa menyesuaikan diri untuk berbagai alasan dan keperluan. Bahkan, jika melandaskan kepribadian pada The Big Five, hal ini sebetulnya tidak terbatas hanya pada manusia. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa hewan, seperti semut, kera, dan lainnya, juga memiliki kepribadian.
Ini disebabkan universalitas kepribadian yang merupakan bagian dari evolusi. Tanpa kepribadian yang mendukung adaptasi dan kecakapan bertahan hidup, maka hewan tertentu akan punah.
"Hewan dan manusia semuanya memiliki masalah umum untuk bertahan hidup," tutur Frank Sulloway, psikolog di University of California, Berkeley, AS. "Dan masalah-masalah umum untuk bertahan hidup itu dijabarkan secara indah berdasarkan The Big Five, dan itulah sebabnya ada begitu banyak kesinambungan dalam kepribadian manusia dan kepribadian hewan."
Seperti penelitian yang diterbitkan pada tahun 2015 di jurnal Integrative & Comparative Biology menyebutkan, sikap mengayomi perencanaan dan musyawarah sangat penting bagi primata dan mamalia untuk menjaga keturunan, memilih pasangan, dan hidup berkelompok. Menjadi rapi dan teratur menghasilkan keunggulan dalam evolusi, seperti laba-laba yang mampu menganyam jaring secara lebih baik biasanya akan menangkap mangsa lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam laporan pada 2009 di Biological Journal of the Linnean Society, burung Kutilang yang membangun sarang lebih rapi dan tersamar dengan baik pun biasanya menarik lebih banyak pasangan. Dan dalam laporan pada tahun 2011, dalam jurnal Animal Behavior, kelompok lebah higienis yang terbiasa membuang tubuh rekan sekoloninya yang telah mati akan mengurangi risiko penyakit, menambah berat badan, dan bereproduksi lebih banyak.
Perilaku-perilaku hewan tersebut merupakan manifestasi kepribadian. "Dalam arti luas, kepribadian adalah ekspresi dari semua perilaku manusia dan hewan lain tunjukkan yang memungkinkan kita berfungsi secara adaptif di dunia," kata Sulloway.
Bergantung pada situasinya, manusia dan hewan telah dituntut untuk mengembangkan kepribadian menjadi sangat bervariasi. Karena kehidupan di Bumi ini sangat sulit untuk diprediksi, dan beradaptasi adalah harga mati dalam evolusi, setiap aspek sifat dalam kepribadian dapat berguna pada waktu yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Jadi, alih-alih mengembangkan satu jenis kepribadian yang optimal untuk setiap situasi, membiarkan diri berkembang dengan variasi sifat lebih luas akan lebih berguna untuk bertahan hidup.