Mengenal Gerhana Matahari Cincin yang Lewati Indonesia 26 Desember

15 Desember 2019 9:57 WIB
comment
16
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gerhana Matahari Cincin. Foto: Kevin Baird via Wikimedia Commons (CC BY-SA 3.0)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gerhana Matahari Cincin. Foto: Kevin Baird via Wikimedia Commons (CC BY-SA 3.0)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam waktu dekat, masyarakat Indonesia akan menyaksikan fenomena langka, yakni Gerhana Matahari Cincin, pada 26 Desember 2019 mendatang. Ini menjadi fenomena gerhana terakhir di 2019 yang bisa diamati dari Indonesia, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
ADVERTISEMENT
Bagi pemburu fenomena astronomi, Gerhana Matahari Cincin yang akan menyapa Indonesia dalam 12 hari lagi sayang untuk dilewatkan. Sebab, kalian harus menunggu 12 tahun lagi, yakni 21 Mei 2031, untuk bisa menyaksikan lagi gerhana yang sama. Gerhana Matahari Cincin berikutnya akan menyapa Indonesia lagi pada 14 Oktober 2042 mendatang.
Menurut siaran pers yang diedarkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), fenomena Gerhana Matahari Cincin sendiri dapat terjadi ketika Bulan berada segaris dengan Bumi dan Matahari, dan Bulan berada pada titik Apogee (titik terjauh dengan bumi). Pada saat terjadinya gerhana cincin, piringan Bulan akan tampak lebih kecil ketimbang piringan Matahari, dan tidak akan menutupi piringan Matahari sepenuhnya.
Kerucut umbra (bayangan inti yang berada di bagian tengah) tidak sampai ke permukaan Bumi dan akan terbentuk kerucut tambahan yang disebut antumbra. Pengamat yang berada dalam wilayah antumbra akan melihat Matahari tampak seperti “cincin” di langit. Inilah yang disebut Gerhana Matahari Cincin.
ADVERTISEMENT
5 Fase Gerhana Matahari Cincin
BMKG menjelaskan, Gerhana Matahari Cincin terjadi dalam lima fase. Proses awal terjadinya gerhana disebut dengan Kontak Pertama, di mana piringan Bulan mulai mendekati piringan Matahari. Seiring berjalannya waktu, gerhana akan memasuki Kontak Kedua.
"Seiring berjalannya waktu, piringan Matahari yang tergerhanai akan semakin besar hingga akhirnya seluruh Bulan mulai menutupi piringan Matahari. Waktu saat peristiwa ini terjadi disebut Kontak Kedua," kata BMKG dalam siaran pers, Rabu (11/12).
Setelah Kontak Kedua, Gerhana Matahari Cincin mencapai puncaknya. Seluruh piringan Bulan menutupi bagian tengah Matahari hingga menyisakan terang di bagian pinggirnya. Kondisi ini hanya akan bertahan sampai Kontak Ketiga, sebelum akhirnya piringan Bulan meninggalkan matahari sepenuhnya pada Kontak Keempat.
Ilustrasi Gerhana Matahari Cincin. Foto: Kevin Baird via Wikimedia Commons (CC BY-SA 3.0)
Fase Kontak Kedua hingga Kontak Ketiga disebut sebagai Durasi Cincin, momen ketika Matahari tampak seperti cincin karena terhalang Bulan di bagian tengahnya. Durasi Cincin berlangsung dengan waktu yang bervariasi di masing-masing wilayah pengamatan.
ADVERTISEMENT
"Durasi cincin terlama di suatu pusat kota di Indonesia pada GMC (Gerhana Matahari Cincin) 26 Desember 2019 ini adalah di Selat Panjang, Riau, yaitu 3 menit 38,9 detik dengan magnitudo gerhana sebesar 0,984," tambah BMKG.
Setelah fase ini dilalui, piringan Matahari yang tampak gerhana akan semakin kecil hingga akhirnya Bulan terakhir kali menutupi piringan Matahari. Fase ini disebut Kontak Keempat.
Ilustrasi fase Gerhana Matahari Cincin dilihat dari wilayah yang mendapat fase Durasi Cincin. Foto: Dok. BMKG
Lama waktu dari Kontak Pertama hingga Kontak Keempat disebut sebagai Durasi Gerhana. Lama Waktunya sendiri bervariasi dari satu kota ke kota lain.
"Durasi gerhana terlama di Indonesia adalah di Bengkalis, Riau, yaitu selama 3 jam 51 menit 24,7 detik," kata BMKG.