Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ada anggapan bahwa putus cinta bisa menyebabkan berat badan seseorang jadi naik. Tapi, sebuah riset terbaru mengungkap bahwa putus cinta tidak selalu menyebabkan kenaikan berat badan.
ADVERTISEMENT
Riset ini dilakukan tim gabungan para peneliti dari Pennsylvania State University dan Albright College. Hasilnya telah dipublikasikan di Journal of the Evolutionary Studies Consortium.
Dalam riset ini, para peneliti mempelajari suatu hal yang disebut “kummerspeck”. Itu adalah sebuah kata dari bahasa Jerman yang arti harfiahnya adalah “daging babi kesedihan”. Kata itu digunakan untuk menjelaskan kondisi bertambahnya lemak pada seseorang akibat makan emosional. Makan emosional yang dimaksud adalah mengonsumsi makanan berkalori tinggi namun bergizi rendah sebagai reaksi seseorang saat mengalami stres.
Untuk melakukan riset, para peneliti mengumpulkan 581 responden. Mereka diminta untuk menjawab sebuah survei online mengenai sejarah hubungan asmara, putus cinta, dan apakah mereka mengalami kenaikan atau penurunan berat badan dalam kurun waktu satu tahun setelah putus.
ADVERTISEMENT
Hasil survei menunjukkan bahwa 62,7 persen responden tidak mengalami perubahan berat badan. Setelahnya, para peneliti melakukan survei lain terhadap 261 responden berbeda. Survei ini lebih fokus pada hubungan jangka panjang dan berat badan para responden.
Pada survei kedua ini, periset juga mempelajari perilaku responden terhadap mantan pasangannya, siapa yang meminta putus, tingkat komitmen hubungan mereka, makan emosional, dan tingkat kesukaan responden terhadap makanan. Hasil survei kedua ini mendukung hasil survei pertama.
65,13 persen responden dari survei kedua tidak melaporkan adanya perubahan berat badan setelah putus dari hubungan asmara yang panjang dan serius.
“Kami terkejut melihat hasil dua studi itu yang menggunakan sampel masyarakat yang besar dan tidak menemukan adanya bukti kummerspeck,” ujar Marissa Harrison, pemimpin riset, dilansir Medical Daily.
“Yang kami temukan adalah perempuan yang memang memiliki kecenderungan melakukan makan emosional mengalami kenaikan berat badan setelah putus hubungan asmara. Tapi, itu juga tidak banyak dilaporkan,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Harrison mengatakan bahwa pria dan perempuan modern mengalami stres dan perubahan emosional yang lebih rendah. Menurutnya, ini karena adanya akses yang lebih luas pada sumber daya dan pekerjaan yang mengalihkan perhatian mereka. Artinya, ada hal lain selain makanan yang mengalihkan perhatian mereka. Harrison berpendapat bahwa riset ini bisa membantu para ahli untuk mengembangkan sebuah teknik baru mengobati orang yang menderita akibat makan emosional.
“Ini bisa menjadi informasi berharga bagi ahli atau konselor dengan pasien yang cenderung melakukan makan emosional,” kata Harrison.
“Jika pasien Anda baru mengalami putus hubungan dan mulai melakukan makan emosional, maka ini adalah waktu di mana mereka membutuhkan sebuah dukungan lebih,” imbuhnya.