Peneliti Ungkap Alasan Pria dan Wanita Punya Gaya Komunikasi yang Beda

12 November 2019 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi remaja bicara dengan orang tua. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi remaja bicara dengan orang tua. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Sebuah studi psikologi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology mengungkapkan bahwa pria dan wanita berbicara dengan bahasa dan gaya komunikasi yang sangat berbeda. Hal ini diungkap oleh sekelompok peneliti dari San Francisco State University, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Peneliti Priyanka Joshi bersama timnya mengamati bagaimana cara komunikasi pria dan wanita dalam menyampaikan emosi dan gagasan mereka melalui diksi yang dipilih. Menurut mereka, pria jauh lebih mungkin untuk mengungkapkan sesuatu secara ringkas dibandingkan wanita yang lebih senang berbicara hal-hal secara detail.
Para psikolog juga mengamati pola linguistik pria dan wanita baik secara tertulis maupun lisan melalui beberapa penelitian. Dalam salah satu riset, mereka melakukan penelitian pada 600 ribu posting-an di situs Blogger.com demi mencari tahu apakah pria memang cenderung menulis secara singkat dibandingkan wanita.
Selanjutnya, peneliti mengelompokkan 40 ribu kata dalam bahasa Inggris yang paling sering digunakan seperti kata meja atau kursi sebagai low abstractness. Sementara kata-kata seperti keadilan dan moralitas dikelompokkan ke dalam high abstractness. Posting-an di blog tersebut menunjukkan bahwa pria lebih sering menggunakan kata-kata yang bertele-tele.
Ilustrasi pria yang tak berhenti bicara. Foto: Shutter Stock
Dalam studi lainnya, para peneliti mengamati lebih dari 500 ribu transkrip dari Kongres AS dalam rentang waktu 16 tahun, yakni mulai tahun 2001 hingga tahun 2017. Lebih dari 1000 anggota kongres pria memiliki pola komunikasi yang sama. Mereka berpidato dengan gaya bahasa yang cukup ringkas dibandingkan para anggota kongres wanita.
ADVERTISEMENT
Para peneliti berpendapat bahwa pria umumnya memiliki pengaruh sosial yang lebih besar yang kemudian mempengaruhi cara mereka berbicara. Sebuah studi lebih lanjut yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan bahwa pola bicara seperti itu dapat diubah.
Caranya adalah dengan memanipulasi dinamika kekuatan, yakni dengan membuat para responden penelitian menggunakan konsep yang lebih abstrak saat berbicara.
Pada akhirnya, para peneliti pun berpikir bahwa tak ada kecenderungan gaya bicara yang persisten baik pada pria maupun wanita. Karena pada dasarnya, pola-pola komunikasi tersebut hanya muncul dalam konteks tertentu.