Peneliti Yakin Perubahan Iklim Sebabkan Kebakaran Hutan Australia

8 Januari 2020 16:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebakaran hutan berlanjut di New South Wale, Australia, Minggu (5/1/2020). Foto: REUTERS/Tracey Nearmy
zoom-in-whitePerbesar
Kebakaran hutan berlanjut di New South Wale, Australia, Minggu (5/1/2020). Foto: REUTERS/Tracey Nearmy
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepolisian New South Wales, Australia, semakin gencar mencari dalang di balik kebakaran hutan yang melanda Negeri Kanguru tersebut. Pada Senin (6/1) lalu, pihak berwenang Australia kembali mengumumkan mereka berhasil mengamankan 24 orang yang diduga kuat sengaja membakar hutan di negara bagian Australia.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, polisi telah berhasil menangkap 183 tersangka yang akan menjalani proses hukum atas dugaan 205 pelanggaran yang mereka lakukan terkait kebakaran hutan. Termasuk ketika ratusan tersangka ini mengabaikan anjuran untuk tidak membuang puntung rokok yang masih menyala yang bisa memicu kebakaran hutan.
Dengan ditangkapnya para tersangka, perubahan iklim nyatanya bukan satu-satunya faktor utama yang memicu kebakaran hutan di Australia. Faktanya, ada campur tangan manusia dalam kasus ini.
Kebakaran hutan berlanjut di New South Wale, Australia, Minggu (5/1/2020). Foto: REUTERS/Tracey Nearmy
Namun analisis berbeda ditemukan Timothy Graham, seorang dosen senior dari Queensland University of Technology, yang merupakan pakar media sosial. Graham menduga kuat ada seseorang yang telah merancang skenario di media sosial untuk melempar kesalahan atas penyebab kebakaran hutan di Australia yang jauh dari perubahan iklim melainkan dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak yakin apakah itu sengaja di-setting, atau sejauh mana kampanye ini sedang dikoordinasikan," katanya, sebagaimana dikutip dari Futurism, "Tetapi tampaknya ada titik fokus tertentu untuk menyebarkan disinformasi tentang aksi pembakaran yang sengaja dilakukan terkait penyebab kebakaran hutan."
Kesimpulan itu ia dapat setelah melakukan analisis terhadap 1.340 kicauan dengan tagar #arsonemergency, yang semuanya di-posting oleh 315 akun antara 1 Januari hingga 6 Januari 2020.
Setelah mengamati sampel cuitan dari warganet melalui alat daring yang dirancang untuk mendeteksi apakah akun Twitter tersebut benar dimiliki manusia atau bot, Graham menemukan proporsi bot yang dicurigai jauh lebih tinggi dari yang diharapkan. Ini membuat Graham percaya ada praktik kampanye disinformasi yang sengaja dilakukan dalam kasus kebakaran hutan di Australia.
ADVERTISEMENT
"Teori-teori konspirasi yang terjadi (termasuk pembakaran yang disengaja sebagai penyebab utama kebakaran) mencerminkan meningkatnya ketidakpercayaan pada temuan ilmiah, skeptisisme media, dan penolakan terhadap otoritas demokrasi liberal," kata Graham, kepada The Guardian.
"Ini semua adalah faktor utama dalam perang global melawan disinformasi," imbuhnya.