Perlukah Kita Tidur Siang?

12 Maret 2018 18:06 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-tidur siang (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-tidur siang (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Banyak orang menghindari tidur siang karena khawatir malamnya tidak bisa tidur atau bahkan membuat insomnia.
ADVERTISEMENT
Tapi perlukah kita tidur siang? Menurut Edward Yong, konsultan kesehatan, perlu atau tidaknya seseorang untuk tidur siang itu bergantung kepada masing-masing individu.
"Tidur sebentar sejenak di siang hari oke saja, tapi Anda harus dengarkan tubuh Anda sendiri," ujar Yong dalam acara kampanye Hari Tidur Sedunia yang diadakan oleh AM Life di Jakarta, Senin (12/3).
Ia menjelaskan, ritme tubuh tiap orang berbeda-beda. Ada orang yang memerlukan tidur siang agar tetap bisa beraktivitas, ada juga orang yang tidak terlalu banyak memerlukan tidur.
Jadi menurutnya, jika seseorang merasa dirinya tidak perlu tidur siang, baiknya tidak memaksakan diri untuk bisa tidur.
"Tapi (tidur siang) satu atau dua jam sehari tidak masalah lah," tambahnya.
Edward Yong, konsultan kesehatan  (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Edward Yong, konsultan kesehatan (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
Hal senada juga dikatakan oleh Aurora Lumbantoruan, psikolog klinis. Ia menjelaskan, kebutuhan tidur siang tiap orang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
"Tergantung orangnya apakah ia memang memerlukan tambahan (tidur di siang hari)," kata Aurora. "Kalau tidur siang tidak membuat masalah bagi (ritme) tidurnya, ya tidak masalah," jelasnya lagi.
Aurora juga menambahkan, demi kualitas tidur yang baik, ada bagusnya kita memiliki jadwal tidur yang tetap dan rutin.
Hal ini dikarenakan, rutinitas membuat tubuh kita merasa tenang. "Tubuh kita menyukai rutinitas. Rutinitas membuat tubuh lebih tenang karena tubuh secara otomatis telah mengetahui apa yang akan kita lakukan selanjutnya," pungkas Aurora.
Aurora Lumbantoruan, psikolog klinis (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aurora Lumbantoruan, psikolog klinis (Foto: Sayid Mulki/kumparan)