Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), badan milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mempelajari perubahan iklim, memprediksi bahwa temperatur global bisa naik 1,5 derajat Celcius pada 2040. Bahkan, ada kemungkinan temperatur akan terus naik dan menyebabkan bencana semakin lebih sering terjadi di beberapa daerah.
Para peneliti berpendapat bahwa ada beberapa kota di dunia yang lebih rentan terkena dampak dari perubahan iklim. Terutama bagi kota-kota rawan banjir atau yang sudah langganan dilanda gelombang panas. Karena itu, para peneliti mulai memperhitungkan lokasi-lokasi yang nantinya tak lagi bisa dihuni manusia.
Dari berbagai riset itu, muncul daftar 11 kota yang pada tahun 2100 mendatang sama sekali sudah tak bisa dihuni. Ini akibat dampak buruk perubahan iklim . Berikut daftar 11 kota tersebut, seperti dilansir Business Insider.
ADVERTISEMENT
Miami (Amerika Serikat)
New Orleans (Amerika Serikat)
Chicago (Amerika Serikat)
Dubai (Uni Emirat Arab)
Abu Dhabi (Uni Emirat Arab)
Jakarta (Indonesia)
Shanghai (China)
Beijing (China)
New Delhi (India)
Bangladesh
Lagos (Nigeria)
Jakarta jadi tak layak huni
John Englander, pakar kelautan dan pendiri International Sea Level Institute, menempatkan Jakarta di urutan teratas dalam daftar 10 kota yang paling cepat tenggelam di dunia, melewati Manila, Ho Chi Minh, Bangkok, Shanghai, Venesia, dan lain-lain.
Pemeringkatan tersebut, menurut John dalam situsnya johnenglander.net, Januari 2018, tidak bersifat mutlak. Hasil berbeda dapat diperoleh, tergantung parameter dan periode penelitian.
“Dalam setengah abad terakhir, beberapa kota yang rentan tenggelam seperti Tokyo dan Venesia mengalami perbaikan kondisi karena pembatasan ketat pada pemompaan air tanah. Namun Jakarta dan Bangkok tenggelam lebih cepat,” papar John.
John yang menjelajah Greenland dan Antartika untuk mengobservasi kenaikan permukaan laut itu menyatakan, Jakarta saat ini menghadapi level kenaikan air laut tertinggi di dunia, yakni tiga meter dalam 30 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, sebuah riset yang dilakukan tim ahli geodesi Institut Teknologi Bandung mengestimasi bahwa 95 persen wilayah Jakarta Utara bakal tenggelam pada 2050 mendatang. Tim peneliti yang dipimpin Heri Andreas, ahli geodesi ITB yang mendalami penelitian muka tanah Jakarta sejak 1997, menemukan bahwa variasi angka tertinggi penurunan tanah di Jakarta Utara mencapai 20-25 sentimeter per tahun.
Wilayah Jakarta lain juga mengalami penurunan tanah. Tanah di Jakarta Barat juga turun 15 cm per tahun, Jakarta Timur 10 cm per tahun, Jakarta Pusat 2 cm per tahun, dan Jakarta Selatan 1 cm per tahun. Kini rata-rata permukaan tanah di pesisir Jakarta sudah berada di bawah permukaan laut.
Menurut Heri, beban bangunan dan pengambilan air tanah berlebih telah memaksa tanah Jakarta mengalami penurunan. Ia menambahkan bahwa permukaan tanah di DKI Jakarta turun terus setiap tahunnya. Penurunan bervariasi antara 1 sampai 20 sentimeter per tahun.
ADVERTISEMENT
Di samping masalah penurunan tanah, ada juga masalah banjir yang kerap mengintai Jakarta. Selama lebih dari satu dekade, air banjir telah menenggelamkan rumah, menghanyutkan kendaraan dan melumpuhkan aktivitas bisnis di Jakarta. Salah satunya adalah banjir tahun 2007 yang menewaskan sekitar 80 penduduk dan menggenangi sekitar 70 ribu rumah.
Masalah-masalah itu yang menjadi salah satu alasan Presiden Joko Widodo menyetujui rencana memindahkan ibu kota baru ke provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.