Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Banyak fenomena alam yang memerlukan sudut pandang yang tepat agar manusia bisa melihatnya. Salah satunya adalah petir bercahaya biru yang baru-baru ini ditampilkan oleh badan antariksa Eropa (European Space Agency/ESA).
ADVERTISEMENT
Dalam video tersebut, kita ditampilkan dengan beberapa kilatan petir berbeda di sejumlah titik di atmosfer Bumi. Tak berselang lama setelah beberapa kilatan itu muncul, sebuah kilatan cahaya berwarna biru tiba-tiba muncul ke angkasa secara vertikal.
Fenomena menyemburnya kilatan cahaya berwarna biru ini dikenal dengan sebutan jet biru (blue jet). Ia merupakan sambaran petir yang melesat ke atas dari awan badai. Sulit untuk melihat fenomena ini apabila berada di permukaan Bumi. Namun, tidak demikian jika kita melihatnya dari sudut yang lebih lebar di luar angkasa.
Fenomena alam ini diambil dari alat pemburu badai bernama European Atmosphere-Space Interactions Monitor (ASIM) di Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS) pada 26 Februari 2019. Kejadian tersebut terjadi di dekat Pulau Naru, Oseania, di Samudra Pasifik.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan peneliti, mereka pertama kali melihat lima kilatan cahaya biru yang intens, masing-masing berlangsung sekitar 10 hingga 20 milidetik. Sebanyak empat kilatan di antaranya disertai dengan denyut kecil sinar ultraviolet, yang tampak seperti cincin yang membesar dengan cepat.
Mereka dibentuk oleh interaksi elektron, gelombang radio dan atmosfer dan dikenal sebagai Elves, yang berasal dari singkatan Emissions of Light and Very Low Frequency Perturbations due to Electromagnetic Pulse Sources (Emisi Cahaya dan Gangguan Frekuensi Sangat Rendah karena Sumber Pulsa Elektromagnetik).
Seperti namanya, Elves adalah fenomena emisi udara yang muncul sebagai cincin yang berkembang pesat di ionosfer, lapisan partikel bermuatan yang membentang dari 60 hingga 1.000 km di atas permukaan Bumi. Elves terjadi ketika gelombang radio mendorong elektron melalui ionosfer, menyebabkan mereka berakselerasi dan bertabrakan dengan partikel bermuatan lain, hingga melepaskan energi sebagai cahaya.
ADVERTISEMENT
Kilatan itu kemudian disusul sebuah kilatan yang menjadi jet biru. Kilatan petir ini menyebar dari awan dalam bentuk kerucut sempit yang membentang ke stratosfer, lapisan atmosfer yang membentang dari sekitar 10 hingga 50 kilometer di atas permukaan bumi.
Para ilmuwan mengatakan, pengamatan mereka ini dapat membantu mengungkap bagaimana petir dimulai di awan dan bagaimana mereka dapat memengaruhi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer Bumi.
"Makalah ini adalah sorotan yang mengesankan dari banyak fenomena baru yang diamati ASIM di atas badai petir dan menunjukkan bahwa kita masih memiliki banyak hal untuk ditemukan dan dipelajari tentang alam semesta kita,” kata Astrid Orr, koordinator ilmu fisika di ESA untuk penerbangan ruang angkasa manusia dan robotik, dalam keterangan resminya.
ADVERTISEMENT
“Selamat kepada semua ilmuwan dan tim universitas yang mewujudkan hal ini serta para insinyur yang membangun observatorium dan tim pendukung di lapangan yang mengoperasikan ASIM - sebuah kolaborasi internasional sejati yang telah menghasilkan penemuan-penemuan luar biasa.”