Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
ADVERTISEMENT
Dahulu, tepatnya pada tahun 1935, seorang ilmuwan menemukan tulang rahang milik primata purba di Hong Kong. Menariknya, fosil dari hewan prasejarah itu ditemukan di sebuah toko obat tradisional. Kala itu, sang pemilik toko menjual fosil tersebut sebagai 'gigi naga'.
ADVERTISEMENT
Fosil yang ditemukan tidak utuh, maka munculah beragam spekulasi terkait spesies yang teridentifikasi bernama ilmiah Gigantopithecus blacki itu.
Meski tak ditemukan tengkorak dan tulang-tulang lainnya yang menyusun kerangka tubuh spesies tersebut, para ilmuwan dapat memperkirakan ukuran dan bobot tubuhnya.
Para ilmuwan menduga, primata yang telah punah 300 ribu tahun lalu itu memiliki tinggi mencapai 3 meter. Sedangkan bobotnya bisa dua kali berat tubuh gorila.
Enrico Cappelini, seorang profesor di Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kedokteran dari Institut Globe University of Copenhagen, Denmark, mengakui bahwa jenis primata yang satu ini memang penuh teka-teki.
“Terdapat beberapa hipotesis yang berbeda mengenai kemiripan spesies tersebut dengan hewan primata sejenisnya,” ujar Cappelini, seperti dikutip dari CNN.
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab rasa penasarannya, Capellini dan rekan-rekannya lantas melakukan sebuah penelitian dengan mengambil sampel genetik dari gigi spesies tersebut yang kini telah berusia 1,9 tahun. Melalui riset tersebut akhirnya terungkap bahwa secara genetik, G. blacki merupakan kerabat dekat dari orangutan.
Ketika melakukan riset tersebut, sekelompok ilmuwan menggunakan pengurutan protein pada enamel gigi G. blacki yang berhasil ditemukan di sebuah gua di China Selatan. Hal ini juga semakin menguatkan dugaan bahwa semasa hidupnya, hewan tersebut pernah menghuni kawasan China Selatan.
Temuan yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature pada Rabu (13/11) itu menunjukkan bahwa orangutan yang hidup saat ini merupakan evolusi dari primata purba tersebut.
Namun, satu-satunya bukti yang menguatkan klaim tersebut adalah dengan ditemukannya empat fragmen tulang rahang dan ribuan gigi milik G. blacki yang juga dijuluki King Kong. Itu sebabnya Cappellini menegaskan bahwa temuannya ini tak mengindikasikan bahwa G. blacki akan terlihat seperti orangutan.
ADVERTISEMENT
Karena informasi yang dikantongi oleh Cappelini dan kawan-kawannya cukup terbatas soal nenek moyang orangutan ini, mereka pun tak bisa menjelaskan secara lebih terperinci perihal fisiologi dan tampilan fisik dari hewan tersebut.