Riset: Keseringan Buang Air Besar Berisiko Sakit Jantung hingga Diabetes

7 Oktober 2022 9:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi buang air besar. Foto: Me dia/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buang air besar. Foto: Me dia/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seberapa sering kamu bolak-balik toilet untuk buang air besar (BAB) dalam satu hari bisa memprediksi risiko serangan jantung di masa depan.
ADVERTISEMENT
Orang dengan frekuensi BAB lebih dari sekali dalam sehari punya kemungkinan penyakit jantung lebih besar daripada orang yang ke toilet sekali sehari. Risiko ini juga berkaitan dengan diabetes tipe dua, penyakit ginjal kronis, gagal jantung, hingga Penyakit Paru Obstruksi Kronik.
Peneliti dari Peking University Health Science Centre dan Chinese Academy of Medical Sciences menggunakan data 487.198 individual yang ada di database China Kadoorie Biobank. Partisipan yang dipilih adalah yang berumur 30-79 dan tidak punya riwayat kanker, stroke, atau penyakit jantung.
Data yang diambil berasal dari survei tahun 2004 hingga 2008, dengan tindak lanjut rata-rata 10 tahun selanjutnya. Data frekuensi buang air besar diperoleh dari pertanyaan “Tentang seberapa sering Anda buang air besar setiap minggu?”
Ilustrasi BAB Foto: Thinkstock
Ada empat jawaban yang bisa dipilih responden: Lebih dari sekali sehari, sekali sehari, sekali setiap 2 sampai 3 hari, atau kurang dari tiga kali seminggu.
ADVERTISEMENT
Data follow-up 10 tahun kemudian menemukan risiko tinggi penyakit jantung koroner, gagal jantung, Penyakit Paru Obstruksi Kronik, diabetes tipe dua, hingga gagal ginjal kronis pada partisipan yang buang air besar kurang dari sekali dalam sehari.
Tak hanya yang terlalu sering yang kena sakit. Peserta yang merespons kurang dari tiga kali seminggu punya risiko lebih besar atas penyakit jantung koroner, kejadian koroner utama (MCE), stroke iskemik dan gagal ginjal kronis.
Hasilnya menunjukkan bahwa frekuensi buang air besar yang rendah juga membawa peningkatan risiko terkena serangan jantung.
Para peneliti menambahkan, “Berdasarkan temuan penelitian saat ini dan sebelumnya, orang dengan BMF (frekuensi buang air besar) abnormal harus mempertimbangkan kemungkinan penyakit yang tidak terdiagnosis dan waspada terhadap potensi risiko di masa depan dari berbagai kondisi kesehatan.”
ADVERTISEMENT
Penelitian tersebut terbit di jurnal BMJ Open per 9 Januari 2020.