Riset: Lemak di Lidah Bisa Sebabkan Gangguan Tidur

12 Januari 2020 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mata lelah meski sudah tidur cukup  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mata lelah meski sudah tidur cukup Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sleep apnea atau gangguan tidur merupakan kondisi ketika napas berhenti beberapa kali saat tidur. Pasien gangguan tidur dapat mengalami gejala seperti suara dengkuran keras, pernapasan bising, dan memicu gerakan tersentak-sentak saat tidur. Dalam beberapa kondisi, gangguan tidur juga bisa menyebabkan kantuk di siang hari, akibatnya kualitas hidup terganggu.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian dari Perelman School of Medicine, University of Pennsylvania, AS, mengaitkan gangguan tidur dengan jumlah lemak yang terkonsentrasi di lidah. Riset ini sudah dipublikasikan di jurnal American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.
Temuan tersebut didapat setelah pasien penderita gangguan tidur yang diteliti menurunkan bobot badan mereka. Ilmuwan mengamati kualitas tidur responden membaik, seiring dengan berkurang lemak di lidah pasien.
Kondisi lidah yang lebih besar dan berlemak umum terjadi pada orang yang mengalami obesitas. National Sleep Foundation (NSF) di Amerika Serikat, menempatkan kelebihan berat badan sebagai salah satu faktor utama penyebab gangguan tidur, setelah indikator lain seperti saluran udara yang kecil, hidung tersumbat, konsumsi alkohol, dan merokok.
Ilustrasi obesitas. Foto: jarmoluk via Pixabay
Dipaparkan NSF, kondisi kegemukan dapat berujung pada penumpukan lemak di leher, sehingga menghambat pernapasan dan memicu gangguan tidur.
ADVERTISEMENT
Hasil studi dari Perelman School of Medicine memperkuat peran “lemak jahat” penyebab kualitas tidur yang buruk. Bahkan, hal ini semakin mengerucut pada lemak di lidah sebagai salah satu faktor utama. Untuk selanjutnya, peneliti berencana untuk mencari diet rendah lemak terbaik untuk mengurangi lemak di lidah.
“Kamu berbicara, makan, dan bernapas dengan lidahmu. Jadi mengapa lemak disimpan di sana?” ujar Dr. Richard Schwab, peneliti dari Perelman School of Medicine, seperti dilansir BBC. “Tidak jelas mengapa, bisa genetik atau lingkungan. Tetapi semakin sedikit lemak, semakin kecil kemungkinan lidah akan ‘runtuh’ saat tidur."
Adapun riset yang dilakukan Schwab dan rekan-rekan melibatkan 67 pasien penderita gangguan tidur obstruktif yang juga mengalami obesitas. Seluruh responden telah menurunkan bobot badan mereka hingga 10 persen dan berefek pada semakin meningkatnya kualitas tidur sebanyak 30 persen. Secara khusus, peneliti mengamati lemak yang terakumulasi di lidah ikut berkurang.
Insomnia Foto: Thinkstock 
Menanggapi temuan yang ada, Dr Nick Hopkinson selaku Direktur British Lung Foundation, memandang hasil studi sebagai dasar dalam menentukan terapi yang cocok untuk pasien gangguan tidur.
ADVERTISEMENT
“Sekarang kita tahu lemak lidah adalah faktor risiko dan gangguan tidur membaik ketika lemak lidah berkurang. Kita telah menetapkan sebuah target terapi yang unik yang belum pernah kita miliki sebelumnya,” tutur Dr Nick Hopkinson.
“Penelitian ini menambahkan dengan tepat beberapa informasi tentang mekanisme yang terlibat (dalam gangguan tidur), namun tidak ada cara untuk mengurangi lemak lidah secara khusus. Sehingga tampaknya tidak ada implikasi yang dapat dipraktikkan secara langsung untuk orang dengan kondisi tersebut,” pungkasnya.