Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Riset Nafas: Polusi Udara di Dalam Gedung Sama Buruknya dengan Luar Ruangan
10 Agustus 2023 14:18 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Pasca-pandemi Covid-19 usai, polusi udara di Jabodetabek kembali memburuk. Terbaru, data Nafas, platform pemantauan kualitas udara, menyebut bahwa selama bulan Juli 2023, Tangerang Selatan menjadi kota dengan polusi udara terburuk di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pemantauan Nafas selama bulan Juli 2023, Serpong, Tangsel, menjadi lokasi paling berpolusi di Indonesia dengan rata-rata PM 2.5 yang dihasilkan 80 µg/m³, angka tersebut membuat polusi udara di Serpong masuk kategori “tidak sehat untuk semua orang”. Buruknya kualitas udara di Serpong membuat warganya seperti mengisap 112 batang rokok per bulan.
Kualitas udara buruk ini juga terjadi di kota-kota besar lainnya seperti DKI Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Bandung Raya, Yogyakarta, hingga Surabaya. Sebagian besar polusi udara berasal dari aktivitas manusia, seperti kendaraan, asap pabrik dan pembakaran sampah, hingga fogging nyamuk. Namun ada juga yang berasal dari alam, salah satunya gunung meletus.
Jika kamu berpikir di dalam ruangan akan jauh lebih baik kualitas udaranya? Mulai sekarang buang jauh-jauh anggapan tersebut. Karena faktanya udara di dalam ruangan nyaris sama kotornya dengan udara di luar ruangan.
Dalam bukunya “Healthy Buildings: How Indoor Spaces Can Make You Sick - Or Keep You Well”, Dr. Joseph G. Allen menyoroti bahwa manusia telah berevolusi menjadi makhluk yang lebih banyak berada di dalam ruangan.
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun, kita menganggap bahwa bangunan yang dihuni bisa melindungi diri dari berbagai ancaman luar ruangan, seperti hujan, panas matahari, udara dingin, dan sebagainya.
Kabar buruknya, bagi yang tinggal di kota berpolusi, bangunan ternyata tidak sepenuhnya melindungi kita dari polusi udara. Kualitas udara di dalam ruangan nyaris sama dengan kondisi di luar dengan tingkat kebocoran hampir 100%.
Studi COGFx yang dilakukan Harvard Healthy Buildings Institute di T.C. Chan School of Public Health pada 2021 menyimpulkan bahwa setiap konsentrasi PM2.5 di atas 12 µg/m³ bisa membuat performa kerja memburuk (kinerja rendah) dalam 4 dari 5 tes kognitif.
Hasil tes diagnostik di salah satu perusahaan investasi di daerah SCBD, Jakarta, menunjukkan rata-rata PM 2.5 dalam ruangan selama bulan Juni 2023 selalu di atas ambang batas yang dianjurkan (12 µg/m³).
ADVERTISEMENT
Sementara kondisi di Pacific Century Place, Jakarta, menunjukkan kualitas udara dalam ruangan yang dianjurkan. Mungkin ini adalah salah satu atau bahkan satu-satunya ‘gedung sehat’ yang ada di Jakarta. Untuk melihat data kualitas udara di beberapa gedung Jakarta tersebut, berikut grafiknya:
Kenapa udara di dalam ruangan tetap buruk?
Ini karena ukuran PM 2.5 yang sangat kecil. PM 2.5 sendiri adalah partikel padat polusi udara berukuran kurang dari 2,5 mikrometer atau 36 kali lebih kecil dari diameter sebutir pasir.
Ukuran PM2.5 yang sangat kecil ini membuat partikel polusi tidak dapat disaring oleh tubuh kita. Dia juga bisa dengan mudah masuk dari celah pintu dan jendela rumah, sekolah, atau pun kampus.
Untuk di gedung perkantoran, polusi bisa masuk dari sistem pendingin ruangan sentral yang buruk. Akibatnya, kita menghirup udara yang hampir sama tercemarnya dengan udara di luar.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana proses polusi itu masuk ke ruangan?
ADVERTISEMENT
Menurut Nafas, sebagian besar bangunan atau gedung di kota-kota besar dengan polusi udara tinggi seperti Jakarta dan Bandung dirancang tanpa penyaringan yang memadai.
Cara kerja bangunannya seperti ini: sepanjang hari, udara "baru" dari luar dipompa ke dalam bangunan untuk menggantikan udara "lama" yang ada di dalam. Dan jika gedung tersebut memiliki sistem penyaringan yang buruk, ketika polusi di luar sangat tinggi berarti semua polusi tersebut masuk ke kantor, ruang kerja, atau ruang pertemuan.
Selama itu juga, udara lama diganti dengan apa pun yang ada di luar; lebih banyak polusi. Ketika tingkat PM 2.5 luar melebihi 20 µg/m³, sistem udara pusat tidak lagi bisa menjaga kesehatan udara di dalam ruangan. Rata-rata konsentrasi PM 2,5 tahunan Jakarta adalah 36 µg/m³, sementara rata-rata bulan Juli adalah 58 µg/m³.
ADVERTISEMENT
Prevalensi bagaimana udara di dalam gedung nyaris sama dengan di luar ruangan bisa dilihat dari grafik-grafik di atas. Selanjutnya, bagaimana cara udara di dalam ruangan lebih sehat? Nafas menyebut, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan strategi filtrasi yang tinggi di gedung-gedung tersebut.
Bagaimanapun, polusi udara di kota-kota besar di Indonesia sudah berada di titik nadir. Jika dibiarkan akan berbahaya. Karena selain bisa membuat kinerja lebih buruk, polusi udara bisa berdampak pada kesehatan, seperti kelahiran prematur, asma, batuk dan sesak napas, jantung koroner, diabetes, hingga kanker paru-paru.
Kamu bisa bayangkan, setiap hari kita menghabiskan kerja di dalam ruangan atau gedung sekitar 8 - 10 jam. Berapa banyak polusi udara yang kita hirup di setiap harinya, baik di luar maupun dalam ruangan. Polusi udara bisa diatasi jika kita mengatasi sumbernya.
ADVERTISEMENT