Riset: Tahun 2017, Korut Ledakkan Nuklir Setara 17 Bom Hiroshima

19 November 2019 10:07 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menonton siaran TV yang menunjukkan peluncuruan rudal di Korea Utara.  Foto: REUTERS / Heo Ran
zoom-in-whitePerbesar
Warga menonton siaran TV yang menunjukkan peluncuruan rudal di Korea Utara. Foto: REUTERS / Heo Ran
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menurut sebuah riset, selama tahun 2017, Korea Utara diduga telah meledakkan senjata nuklir di bawah tanah dengan kekuatan setara 17 kali bom kecil yang dijatuhkan di kota Hiroshima, Jepang, pada 1945 silam.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang diterbitkan dalam Geophysical Journal International, mengungkapkan bahwa ledakan nuklir di Korea Utara telah melepaskan energi setara dengan 245 hingga 271 kiloton TNT, dengan “bom kecil” yang dijatuhkan AS di Hiroshima hanya berisi 15 kiloton TNT.
Negara yang kini dipimpin Kim Jong-un itu pertama kali memulai program nuklir usai menarik diri dari Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir pada tahun 2003. Seri pertama dari uji coba nuklir dilakukan pada tahun 2006, dan puncaknya mereka dicurigai melakukan uji coba bom hidrogen pada 3 September 2017.
Biasanya, uji coba nuklir bisa diukur dengan menggunakan jaringan yang sama yang digunakan untuk memantau gempa bumi. Namun, tidak ada satu stasiun pun yang merilis data seismik di dekat lokasi uji coba bom nuklir Korea Utara pada 2017. Hal ini membuat para peneliti sulit untuk menentukan lokasi dan menghitung ukuran bom.
Roket KN-09 milik Korea Utara Foto: missilethreat.csis.org
Berdasarkan laporan The Diplomat, intelijen AS sempat memperkirakan daya ledak yang dikeluarkan oleh Korea Utara mencapai 140 kiloton TNT. Namun, menurut para peneliti dari Space Applications Centre of the Indian Space Research Organisation (ISRO), ledakan tersebut ternyata lebih besar ketimbang apa yang diperkirakan intelijen AS.
ADVERTISEMENT
Untuk mengungkapnya, tim kemudian menghitung daya ledak dari uji coba nuklir Korea Utara pada 2017, dengan menggunakan data satelit.
“Radar berbasis satelit adalah alat yang sangat kuat untuk mengukur perubahan yang terjadi di permukaan bumi, dan memungkinkan kami untuk memperkirakan lokasi serta uji coba nuklir di bawah tanah,” ujar KM Sreejith, dari Space Applications Center, yang juga penulis utama studi ini, dikutip Newsweek.
Sreejith bersama timnya menggunakan teknik Synthetic Aperture Radar Interferometry (InSAR), yang bisa menghasilkan peta deformasi permukaan dari gambar radar yang diperoleh di ruang angkasa.
Roket KN-09 milik Korea Utara Foto: missilethreat.csis.org
Proses ini memungkinkan para ilmuwan untuk melacak perubahan deformasi tanah dari waktu ke waktu. Dalam kasus ini, peneliti menemukan perubahan di bawah tanah di Gunung Mantap, timur laut Korea Utara, lokasi uji coba bom pada 2017.
ADVERTISEMENT
Dari peta-peta ini, Sreejith dan timnya menyimpulkan bahwa ledakan 2017 menghasilkan daya ledak yang cukup untuk memindahkan beberapa meter bagian-bagian Gunung Mantap di lokasi awalnya. Mereka juga memperkirakan lokasi ledakan yang menurutnya berada sekitar 540 meter di bawah puncak gunung, dengan jarak 1,6 km dari utara pintu masuk terowongan menuju ruang uji coba.
Menurut mereka, jika bom 271 kiloton menghantam Jakarta atau daerah sekitarnya, maka diperkirakan bisa membunuh hampir 1 juta penduduk, atau bahkan lebih dari itu.