Riset Unik, Peneliti Latih Tikus Mengendarai 'Mobil Kecil'

23 Oktober 2019 19:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti dari University of Richmond latih tikus mengendarai "mobil". Foto: Kelly Lambert/University of Richmond.
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti dari University of Richmond latih tikus mengendarai "mobil". Foto: Kelly Lambert/University of Richmond.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak ada lagi alasan untuk meremehkan kecerdasan hewan pengerat yang satu ini. Dalam sebuah riset yang dilakukan para peneliti dari University of Richmond, Virginia, Amerika Serikat, terungkap bahwa tikus ternyata bisa menguasai seni mengendarai mobil kecil.
ADVERTISEMENT
Riset ini dilakukan oleh Kelly Lambart dan timnya. Hasil detail riset ini telah dipublikasikan di jurnal Behavioural Brain Research pada 16 Oktober 2019. Menurut Lambart, hasil riset ini bisa dimanfaatkan untuk memahami bagaimana mempelajari sebuah keterampilan baru bisa membantu mengurangi stres seseorang. Selain itu, hasilnya juga bisa digunakan untuk memahami bagaimana kondisi neurologis dan kejiwaan bisa mempengaruhi kemampuan mental.
Menurut peneliti, tikus adalah hewan yang bisa belajar untuk mengenali objek, menekan tombol, dan punya kemampuan mencari jalan keluar dari sebuah labirin. Hal-hal itu sering digunakan para peneliti sebagai tes untuk mempelajari bagaimana kondisi otak mempengaruhi fungsi kognitif. Tapi, hal itu hanya memberi sedikit kesempatan bagi para peneliti untuk mempelajari fungsi kognitif pada hewan.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Lambert bersama timnya ingin mencari tahu apakah tikus bisa melakukan sebuah tugas yang lebih rumit, seperti mengoperasikan kendaraan. Mereka pun menciptakan sebuah mobil berukuran kecil dari wadah makanan plastik transparan yang dipasangi setir tembaga dengan lantai alumunium.
Dalam riset ini, tim peneliti melatih enam ekor tikus betina dan 11 ekor tikus jantan untuk mengendarai mobil tersebut. Peneliti kemudian menghadiahi tikus-tikus pintar itu dengan potongan sereal saat mereka berhasil menyentuh setir membuat mobil bergerak ke depan.
Para peneliti berusaha mendorong agar tikus-tikus itu semakin jago mengemudi. Hal itu mereka lakukan dengan menempatkan hadiah makanan di lokasi-lokasi yang semakin menjauh dari posisi awal si tikus.
“Mereka belajar mengendarai mobil dengan cara yang unik dan menggunakan pola mengemudi yang tidak pernah mereka gunakan sebelumnya untuk akhirnya sampai pada hadiahnya,” kata Lambert sebagaimana dilansir New Scientist.
ADVERTISEMENT
Belajar mengemudi sepertinya membuat tikus rileks. Kesimpulan ini para peneliti ambil setelah mereka mengukur kadar dua hormon pada tikus, yaitu kortisol, penanda stres, dan dehydroepiandrosterone, yang menangkal stres. Para peneliti menemukan bahwa rasio dehydroepiandrosterone pada feses tikus meningkat selama pelatihan mengemudi mereka.
Temuan ini memperkuat hasil riset Lambert sebelumnya yang menunjukkan bahwa stres yang dialami tikus menjadi berkurang setelah mereka menguasai tugas-tugas sulit, misalnya menggali makanan yang terkubur. Lambert menduga bahwa tikus-tikus itu mungkin mendapatkan kepuasan yang sama seperti yang manusia rasakan ketika kita bisa menyempurnakan keterampilan baru.
Temuan lain yang memperkuat hasil ini adalah tim menemukan bahwa tikus yang mengemudikan mobil memiliki tingkat dehydroepiandrosterone dan stres yang lebih rendah daripada tikus yang hanya menjadi penumpang di mobil yang dikendalikan dari jarak jauh.
Tikus rumah. Foto: Kapa65/Pixabay
Penemuan bahwa tikus dapat mengendarai mobil menunjukkan "neuroplastisitas" otak mereka, kata Lambert. Artinya, ada kemampuan otak mereka untuk merespons secara fleksibel sebuah tantangan baru.
ADVERTISEMENT
“Saya percaya bahwa tikus lebih pintar dari yang diperkirakan kebanyakan orang, dan kebanyakan hewan lebih pintar dalam cara yang unik yang tidak kita kira sebelumnya,” katanya.
Dalam riset selanjutnya, para peneliti berencana mengganti tes labirin tradisional dengan tugas mengemudi yang lebih kompleks ketika menggunakan model tikus. Ini dilakukan untuk mempelajari kondisi neuropsikiatri, ujar Lambert. Sebagai contoh, tes mengemudi dapat digunakan untuk menyelidiki efek penyakit Parkinson pada keterampilan motorik dan kesadaran spasial, atau efek depresi pada motivasi, katanya. "
Jika kita menggunakan model yang lebih realistis dan menantang, itu mungkin memberikan data yang lebih bermakna," imbuh Lambert.