Waspada Antraks, Jangan Konsumsi Daging Hewan yang Mati Mendadak

17 Januari 2020 15:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Daging sapi di los basah Pasar Senen. Foto: Antara/Aprilio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Daging sapi di los basah Pasar Senen. Foto: Antara/Aprilio Akbar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunung Kidul, Yogyakarta, menyatakan ada 27 warganya yang dinyatakan positif terjangkit antraks. Menurut Kepala Bidang Perlindungan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Gunung Kidul, Sumitro, kasus ini berawal ketika warga bersinggungan langsung atau mengonsumsi daging sapi yang mati mendadak karena terpapar antraks.
ADVERTISEMENT
Dari hasil penelusuran, pihaknya menemukan 450 warga yang kontak langsung dengan sapi terpapar antraks, mayoritas mengonsumsi daging olahannya. Seluruh warga tersebut telah diberi antibiotik. Namun hanya 87 orang yang mengalami gejala klinis terpapar antraks.
“Namun setelah sampel darahnya diuji di laboratorium, ada 27 orang yang positif antraks,” ujar Sumitro, di Logandeng Playen, seperti dilaporkan Tugu Jogja, Rabu (15/1).
Ilustrasi Daging Sapi Foto: Shutterstock/Stciel
Antraks sendiri merupakan penyakit menular berbahaya yang disebabkan bakteri Bacillus anthraxis. Bakteri ini umumnya menyerang domba, sapi, dan kambing. Manusia berisiko tertular jika bersentuhan langsung atau mengonsumsi daging hewan yang positif terinfeksi antraks.
Sejauh ini, Indonesia belum memasok vaksin antraks untuk manusia. Baru beberapa negara yang menyediakan vaksin penangkal bakteri antraks untuk manusia, seperti Amerika Serikat, penggunaannya pun terbatas. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan vaksin hanya untuk beberapa orang dengan profesi berisiko tertular, seperti pekerja laboratorium yang kontak dengan bakteri antraks, peternak, dokter hewan, dan tentara.
ADVERTISEMENT
Antraks adalah penyakit hewan yang menular kepada manusia, tidak ada vaksinnya (di Indonesia). Sembuh dengan pengobatan antibiotika,” ujar dr. Siti Nadia, Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kementerian Kesehatan, saat dihubungi kumparanSAINS, Jumat (17/1).
Karena belum tersedianya vaksin, dr Siti mengimbau masyarakat untuk mencegah penularan antraks dengan beberapa langkah antisipasi berikut ini.
1. Melakukan koordinasi lintas sektor dengan pertanian/peternakan termasuk karantina hewan.
2. Waspada bila ada informasi terkait kematian mendadak pada hewan, terutama sapi dan kambing.
3. Masyarakat diimbau tidak mengonsumsi dan memperjualbelikan hewan yang sakit atau mati mendadak.
4. Hati-hati dalam menangani hewan yang mati mendadak, karena darah dan cairan hewan dapat menularkan antraks.
5. Segera ke puskesmas atau rumah sakit terdekat jika merasakan sakit kulit, gatal-gatal, diare, atau sesak napas, terlebih jika sebelumnya ada riwayat kontak dengan sapi/kambing yang mati mendadak, atau sempat mengonsumsi dagingnya.
ADVERTISEMENT
6. Membersihkan kandang ternak dengan desinfektan.
7. Mengubur ternak dengan standar yang telah ditentukan.