WHO: Belum Ada Bukti Mikroplastik di Air Minum Kemasan Berbahaya

2 September 2019 7:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi minum air putih. Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi minum air putih. Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mikroplastik semakin sering ditemukan di air minum kemasan. Tapi, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Ogranization/WHO) menilai belum ada bukti bahwa hal itu berbahaya bagi kesehatan manusia.
ADVERTISEMENT
Ini berdasarkan laporan terbaru WHO yang keluar pada 22 Agustus 2019. Meski begitu, WHO memperingatkan agar semua pihak tidak mengabaikan ancaman ini. Mereka juga mengatakan masih perlu riset lanjutan untuk memahami bagaimana plastik menyebar di lingkungan dan bisa masuk ke tubuh manusia.
Sebenarnya, sejauh ini belum ada definisi mikroplastik yang disepakati bersama. Tapi, sebagian besar menganggap mikroplastik memiliki ukuran kurang dari setengah milimeter.
Produksi plastik telah berkembang sangat tinggi dalam beberapa puluh tahun terakhir. WHO menduga pertumbuhannya bakal membengkak menjadi dua kali lipat pada 2025.
Ilustrasi sampah botol plastik. Foto: Shutterstock
Itu berarti akan semakin banyak plastik yang berubah menjadi mikroplastik dan bisa berakhir di sumber air, pipa, gelas, tenggorokan, dan perut. Menurut laporan The Guardian, ada riset yang menemukan bahwa air minum dalam botol mengandung elemen polimer sangat kecil yang berasal dari kemasan atau tutupnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini memicu kekhawatiran bahwa kesehatan manusia telah terkontaminasi oleh senyawa kimia yang digunakan dalam pembuatan plastik. Ada juga kekhawatiran atas kemungkinan adanya patogen yang masuk ke tubuh dengan menempel di partikel kecil itu.
Menurut WHO, mikroplastik berukuran lebih besar dari 150 mikrometer tidak begitu dikhawatirkan. Sebab, mereka bisa keluar dari tubuh manusia tanpa masalah.
Ilustrasi mikroskop untuk melihat mikro bakteri. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Partikel yang lebih kecil jauh lebih dikhawatirkan, karena mereka berpotensi melewati dinding saluran pencernaan dan menyangkut di tubuh manusia. Meski begitu, para peneliti berpendapat bahwa kecil kemungkinan untuk partikel ini berakumulasi hingga ke jumlah berbahaya.
"Berdasarkan pada bukti terbatas yang tersedia, senyawa kimia dan patogen mikroba yang diasosiasikan dengan mikroplastik pada air minum belum terlalu mengkhawatirkan bagi kesehatan manusia," tulis para peneliti dari WHO.
ADVERTISEMENT
"Meski tidak ada informasi yang cukup untuk mengambil kesimpulan pasti atas toksisitas partikel nano, tidak ada sumber informasi yang dipercaya yang menyebutnya sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan," lanjut mereka.
Ilustrasi air botol kemasan. (Foto: Thinkstock)
Tim ilmuwan WHO tidak merekomendasikan untuk secara rutin memonitor kandungan mikroplastik di air minum kemasan. Menurut mereka, jauh lebih baik untuk menghilangkan bakteri dan virus pada air minum, karena dua hal itu terbukti jauh lebih berisiko bagi kesehatan manusia.
"Kesimpulan umumnya adalah konsumen sebaiknya tidak terlalu khawatir," kata Bruce Gordon, salah satu tim peneliti WHO. "Dengan data yang kami miliki, kami mempercayai bahwa risikonya rendah, tapi kita tidak bisa menyimpulkan bahwa tidak akan ada risiko di masa depan."
Gordon mengatakan, cara terbaik mengatasi masalah ini adalah mengurangi polusi plastik. Misalnya, dengan menghindari penggunaan plastik sekali pakai, menggalakkan daur ulang, dan menggunakan alternatif wadah plastik.
ADVERTISEMENT