Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Satu sudah diraih, tinggal dua lagi. Langkah Juventus untuk merengkuh trigelar musim ini sudah mereka awali dengan sempurna setelah mengalahkan Lazio 2-0 dalam final Coppa Italia, Kamis (18/5) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
Kemenangan itu tak hanya berarti trofi Coppa Italia ke-12 Bianconeri, tetapi juga merupakan sebuah bukti bahwa tren penurunan yang mereka alami cuma isapan jempol belaka.
Mendekati akhir musim, langkah Juventus terasa semakin berat. Meski berhasil mengandaskan jawara Prancis, Monaco, di semifinal Liga Champions, perjalanan anak-anak asuh Max Allegri di Serie A justru menemui berbagai rintangan.
Terhitung sejak menang 4-0 atas Genoa 24 April 2017 lalu, Juventus belum pernah menang lagi di Serie A. Dari tiga pertandingan terakhir, hanya ada dua poin yang direnguh Gianluigi Buffon dan kawan-kawan. Hasil imbang melawan Atalanta dan Torino ditutup dengan kekalahan dari Roma akhir pekan lalu. Padahal, kalau Juventus bisa mencuri satu poin saja dari Olimpico, mereka sudah bisa memastikan gelar scudetto.
ADVERTISEMENT
Tetapi, dengan tim lapis keduanya, Juventus bertekuk lutut di tangan Roma. Untuk pertama kalinya pula dalam musim ini, gawang Buffon koyak tiga kali. Pesta Juventus pun akhirnya tertunda.
Setelah mengalahkan Lazio di final Coppa, Juventus kini bakal mengalihkan pandangan ke laga "final" Serie A melawan Crotone, Minggu (21/5) mendatang. Mengingat laga final Liga Champions baru akan dihelat 4 Juni nanti, Allegri tentunya tidak punya alasan untuk kembali mencadangkan pemain-pemain terbaiknya.
Di atas kertas, Crotone sama sekali bukan tandingan Juventus. Mau dilihat dari segi apa pun, Juventus adalah raksasa, sedangkan Crotone adalah liliput. Namun, meski "Si Nyonya Tua" tampaknya bakal menurunkan skuat terbaik demi segera mengunci gelar, mereka tetap harus mewaspadai klub berjuluk Pitagorici itu.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa sebab, tentunya. Meski kini Crotone masih terjebak di peringkat ke-18, penampilan mereka sedang panas-panasnya. Sejak dikalahkan Fiorentina pada pertengahan Maret lalu, anak-anak asuh Davide Nicola ini sama sekali belum pernah kalah.
Dalam kurun waktu tersebut, tujuh pertandingan telah mereka jalani. Hasilnya, Diego Falcinelli dkk. mengemas lima kemenangan dan dua hasil imbang. Yang istimewa, satu kemenangan itu mereka raih melawan Internazionale dan satu hasil imbang mereka dapat saat menjamu Milan. Crotone pun kini tinggal berjarak satu poin dari zona aman yang masih dihuni Empoli.
Crotone sebenarnya tak punya pilihan lain selain mengamankan poin sebanyak-banyaknya dari dua laga sisa. Langkah mereka memang lebih berat mengingat lawan-lawan yang harus mereka hadapi adalah Juventus dan Lazio. Sementara, Empoli "hanya" akan berhadapan dengan Atalanta dan Palermo.
ADVERTISEMENT
Namun, justru di sinilah saat di mana tim seperti Crotone menjadi berbahaya. Mereka tahu bahwa mereka sudah berjuang sekuat tenaga dan seandainya mereka nantinya tetap terdemosi, setidaknya mereka telah memberi perlawanan sengit.
"Di awal musim, anak-anak harus membayar mahal minimnya pengalaman mereka dan kami juga sempat mendapat perlakuan tak adil dari ofisial," kata presiden klub, Raffaele Vrenna seperti dilansir Football Italia.
"Tetapi, ya, sudahlah. Yang penting sekarang bagaimana kami memanfaatkan dua laga sisa ini."
"Saat ini, kami sedang panas-panasnya. Kami bakal pergi ke Turin untuk memberi perlawanan sengit pada Juventus. Meski kami paham betul bahwa yang akan kami hadapi adalah sebuah tim super, kami tetap ingin merusak pesta mereka," sambung Vrenna.
ADVERTISEMENT
Apa yang dikatakan Vrenna itu memang biasa saja. Artinya, setiap kali ada tim kecil yang bertanding menghadapi tim raksasa, kata-kata seperti itulah yang senantiasa keluar dari pihak mereka.
Akan tetapi, meski sudah menjadi sebuah klise, bukan berarti semanagat macam itu layak dinafikan begitu saja. Apalagi, Juventus tentunya enggan kalau rekor ciamik mereka di J-Stadium dirusak oleh tim seperti Crotone. Kalau Barcelona saja berhasil mereka hancurkan di sana, tentunya Crotone, liliput Calabria itu, tidak berhak untuk menang, bukan?
Ya, idealnya memang begitu. Akan tetapi, satu permasalahan yang masih kerap ditunjukkan Juventus musim ini adalah ketidakmampuan mereka untuk melakukan pendekatan yang tepat terhadap sebuah pertandingan, khususnya saat menghadapi tim-tim kecil.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh paling mencolok adalah saat Juventus dikalahkan Genoa 1-3 di Luigi Ferraris akhir November 2016 silam. Ketika itu, Juventus kebobolan dua gol cepat Giovanni Simeone dan gagal untuk menemukan kembali performa yang seharusnya. Kekalahan itu, sebut Allegri dalam situs resmi Juventus, terjadi karena Juventus terlena dengan kemenangan 3-1 atas Sevilla yang mereka raih empat hari sebelumnya.
Situasinya dengan Crotone kini memang jauh berbeda. Meski begitu, Juventus pun menghadapi laga ini dengan bekal kemenangan atas Lazio di final Coppa. Jika "Sang Kekasih Italia" kembali terlena, celakalah mereka karena kejadian tahun 2000 saat mereka dikalahkan Perugia dan akhirnya disalip Lazio bisa saja terjadi kembali.
Crotone sendiri sebenarnya punya beberapa pemain yang cukup berkualitas. Dengan formasi 4-4-2, mereka sangat mengandalkan Aleandro Rosi dan Marcus Rohden di sayap kanan serta Bruno Martella dan Adrian Stoian di sayap kiri. Di lini depan, mereka punya tombak kembar dalam diri dua eks-penyerang Sassuolo, Diego Falcinelli dan Marcello Trotta.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, Falcinelli adalah pencetak gol terbanyak klub dengan 12 golnya, sedangkan Trotta adalah pemberi assist terbanyak (5). Untuk mendukung para agresor itu, Davide Nicola mengandalkan agresivitas Lorenzo Crisetig serta energi Andrea Barberis di lini tengah. Jika Crisetig menjadi jagal, maka Barberis adalah dinamo penggerak yang kerap maju sampai ke depan.
Di belakang, Crotone punya Federico Ceccherini yang punya kemampuan duel udara bagus serta kiper berpengalaman dalam diri Alex Cordaz. Ceccherini sendiri, menurut catatan WhoScored, merupakan penampil terbaik Crotone sampai saat ini. Selain unggul di udara, alumnus akademi Livorno ini juga piawai dalam melakukan tekel (2,5 tekel per pertandingan).
Namun, Juventus justru sebetulnya tak perlu terlalu khawatir. Mereka seharusnya tahu bahwa mereka lebih kuat dan memanfaatkan segala keunggulan yang mereka miliki, khususnya agresivitas Dani Alves dan Alex Sandro yang berkontribusi besar dalam kemenangan atas Lazio, untuk meraih kemenangan.
ADVERTISEMENT
Bagi Juventus, yang paling penting adalah bagaimana mereka melakukan pendekatan awal pada laga ini. Jika mereka tak kecolongan dan bisa mengambil alih kontrol laga sejak awal, pesta yang sudah mereka persiapkan itu seharusnya tak perlu ditunda lagi.