Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Langkah Praveen Jordan/Melati Daeva di Fuzhou China Open 2019 terhenti di perempat final. Melawan Yuta Watanabe/Arisa Higashino pada Jumat (8/11/2019), Praveen/Melati 15-21 dan 18-21.
ADVERTISEMENT
Praveen/Melati langsung bermain agresif di awal gim. Rentetan smash tajam menjadi menu pembuka laga.
Namun, hasilnya tidak melulu memuaskan karena agresivitas tidak dibarengi dengan akurasi. Justru Watanabe/Higashino yang merengkuh keunggulan 3-1 di awal duel.
Kesalahan individu mempersulit langkah Praveen/Melati untuk mendulang poin. Eror Melati saat menyambut servis lawan membuat ketertinggalan makin lebar hingga 2-6.
Watanabe/Higashino tidak hanya mengamankan angka dari kesalahan lawan. Mereka pun jeli betul mematikan langkah Praveen/Melati.
Pengejawantahannya terlihat saat mengubah skor 3-6 menjadi 4-6. Saat itu, Praveen/Melati mengambil posisi sejajar untuk meredam serangan lurus lawan. Namun, Watanabe/Higashino mengubah sistem serangan dengan melepaskan smash menyilang.
Duel di kedudukan ini ditutup dengan jumping smash Watanabe ke kanan Melati. Tidak siap dengan serangan ini, Melati gagal menyambut shuttlecock.
ADVERTISEMENT
Watanabe/Higashino mengamankan keunggulan 11-8. Namun, Praveen/Melati mampu menyamakan kedudukan hingga 11-11. Dua smash Praveen/Melati dan satu eror lawan menjadi penyebab kedudukan jadi imbang.
Situasi menyebalkan muncul saat Watanabe/Higashino memimpin 13-11. Di sini Praveen/Melati memegang kendali dengan berulang kali melepaskan smash kencang.
Sayangnya, serangan itu malah menjadi senjata makan tuan. Jumping smash Praveen dari area belakang tidak akurat sehingga membuat sehuttlecock membentur net.
Watanabe/Higashino masih mendominasi. Dalam keadaan tertinggal, Praveen/Melati masih saja membuat eror.
Misalnya, dalam reli di kedudukan 13-18. Praveen/Melati bukannya tidak berkutik sama sekali. Tak cuma meredam serangan, mereka juga bisa menyerang balik.
Masalahnya adalah akurasi. Jumping smash Praveen kembali menjadi senjata makan tuan karena menabrakkan shuttlecock ke net.
ADVERTISEMENT
Game point 20-15 tidak menjadi sempalan bagi Watanabe/Higashino. Serangan yang dibangun dengan pukulan menyilang cukup merepotkan Praveen/Melati.
Penutupnya adalah sergapan Higashino dari depan net yang memancing Praveen/Melati melakukan eror. Gim pembuka dituntaskan Watanabe/Higashino dengan kemenangan 21-15.
Kondisi awal gim kedua tidak berbeda jauh dengan gim pertama. Watanabe/Higashino masih mendominasi hingga mematrikan keunggulan 5-2.
Saat lawan memimpin 5-3, Praveen/Melati melakukan kombinasi serangan yang cukup cerdik. Awalnya mereka membangun serangan dengan pukulan panjang dan menyilang. Berangkat dari situ, Watanabe/Higashino mengantisipasi dengan pemosisian di area belakang.
Reli terhenti akibat pengembalian Praveen. Pukulan itu menyilang, dilepaskan dari area tengah seolah akan menjangkau ujung lapangan. Ternyata shuttlecock malah menyasar area tengah. Watanabe/Higashino hanya bisa melongo menyaksikan shuttlecock jatuh di luar jangkauan mereka.
ADVERTISEMENT
Memimpin 7-6, Praveen/Melati kembali kehilangan angka. Kali ini, pengembalian Praveen yang terlampau melebar jadi sumber masalah.
Namun, Praveen tahu bagaimana menebus kesalahan itu. Pukulan jauhnya membuat shuttlecock jatuh tepat di garis lapangan. Praveen/Melati memimpin lagi 8-7.
Maksud hati ingin menipu lawan dengan flick service, Higashino justru kena batunya. Service-nya justru membuat shuttlecock terlempar ke luar lapangan. Skenario ini membuat Praveen/Melati memimpin 10-9.
Watanabe/Higashino tidak gentar berhadapan dengan keunggulan 11-9 Praveen/Melati di interval. Lesakan smash Higashino tetap menjadi senjata mematikan.
Salah satu contohnya muncul saat mereka mengubah kedudukan menjadi 11-12. Watanabe mengincar celah yang muncul di antara posisi Praveen dan Melati berdiri.
Praveen/Melati masih bisa memimpin hingga 14-12. Namun, Watanabe/Higashino juga sanggup mengejar. Alhasil, laga berlangsung alot.
ADVERTISEMENT
Kesalahan fatal dilakukan Higashino saat melakoni reli sengit dalam kedudukan 14-14. Pengembaliannya yang membuat shuttlecock mencium net menghentikan laga. Kondisi ini cukup ironis karena ia dan Watanabe bisa mengimbangi permainan sengit Praveen/Melati.
Sayangnya, kesalahan serupa juga dilakukan Melati saat memimpin 16-14. Reli yang dibangun dengan variasi pukulan menyilang terhenti karena Melati gagal mengangkat shuttlecock melintasi net. Itu membuat Watanabe/Higashino memangkas ketertinggalan jadi 15-16.
Watanabe/Higashino malah bisa menyamakan kedudukan jadi 17-17. Penyebabnya, Melati terlambat menjangkau shuttlecock yang mengarah ke area depan net.
Watanabe/Higashino memanfaatkan betul perubahan arah angin ini. Mereka kembali merebut keunggulan. Tipis, tak masalah. Yang penting terus dijaga.
Benar saja. Dari kedudukan 18-17, Watanabe/Higashino menggiring skor pada kedudukan 19-17 lewat pengembalian Melati yang out.
ADVERTISEMENT
Praveen/Melati dalam kondisi kian genting karena lawan mencapai match point 20-17. Melati masih dapat merespons dengan jumping smash yang tidak bisa diantisiapsi lawan. Kedudukan bergeser menjadi 18-20.
Reli sengit tetap muncul dalam kedudukan ini. Pertarungan berubah menjadi duel depan net yang diwarnai dengan sergapan-sergapan tajam.
Sayangnya, langkah Praveen/Melati di Fuzhou benar-benar terhenti di perempat final. Sergapan Higashino ke arah Melati berbuah poin dan kemenangan 21-18 karena tidak dapat dikembalikan.
Live Update