Indonesia Open: Ricky/Angga Menang, Fitriani Gugur

17 Juli 2019 10:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pebulu tangkis Indonesia Ricky Karandasuwardi dan Angga Pratama pada Turnamen Bulu Tangkis Blibli Indonesian Open 2018 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (4/7). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pebulu tangkis Indonesia Ricky Karandasuwardi dan Angga Pratama pada Turnamen Bulu Tangkis Blibli Indonesian Open 2018 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (4/7). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Seru. Itulah kata paling tepat untuk menggambarkan seperti apa jalannya laga ganda putra pertama yang digelar di hari kedua Indonesia Open 2019.
ADVERTISEMENT
Ini tak cuma bicara tentang manuver Ricky Karanda Suwardi/Angga Pratama dan Lee Yang/Wang Chi-Lin di atas Court 2 Istora GBK, tapi juga gemuruh para penonton yang membikin penasaran: Bagaimana bisa Istora tetap ramai sepagi ini, pukul 09:00 WIB, di hari kerja?
Apa pun jawabannya, pada akhirnya Ricky/Angga merengkuh kemenangan 21-19, 14-21, 21-14 atas Lee/Wang pada Rabu (17/7/2019).
Yak, mari membahas laganya. Lee/Wang bermain dominan di awal laga gim pertama. Keunggulan 10-5 dibukukan tak lebih dari 10 menit sejak pertandingan dimulai. Tinggal satu poin lagi untuk mengamankan keunggulan interval, Ricky/Angga memberi kejutan dengan lesakan smash yang menyasar tubuh Wang.
Melihat responsnya, pemain yang satu ini tak menebak bahwa sang lawan bakal melepaskan manuver seperti itu. Sebelum smash ini, Lee/Wang sudah melakukan kesalahan pengembalian servis sehingga Ricky/Angga menggeser kedudukan menjadi 6-11.
ADVERTISEMENT
Membuka paruh kedua gim pertama dengan ketertinggalan 7-11, Ricky/Angga melesat. Lewat permainan sabar, tapi tricky di reli-reli panjang, keduanya menipiskan jarak menjadi 12-13.
Berulang kali Lee/Wang berusaha merebut kendali serangan dari Ricky/Angga. Namun, gayung tak bersambut. Pasangan ganda putra Indonesia ini masih tangguh.
Begitu Lee/Wang berusaha mencuri momentum, Ricky/Angga langsung menutup rangkaian serangannya dengan dropshot atau smash jauh yang arahnya tak tertebak lawan. Hasilnya menjanjikan. Ricky/Angga memimpin balik 16-14.
Kesalahan lawan yang cukup sering muncul selepas interval adalah pengembalian servis. Tak kurang dari empat kali pasangan ganda putra Taiwan itu seperti kehilangan fokus ketika harus menerima servis lawan. Ya, kondisi ini tentu ibarat durian runtuh bagi Ricky/Angga.
ADVERTISEMENT
Keuntungan lain yang bisa diambil Ricky/Angga adalah pertahanan Lee/Wang yang rentan. Dalam tiga atau empat pukulan pertama di reli, keduanya memang bisa bertahan dengan mengambil posisi sejajar. Tapi setelahnya, pertahanan mulai kacau karena Lee/Wang terlalu cepat menyusun serangan balik.
Kondisi demikianlah yang betul-betul dimanfaatkan oleh Ricky ketika keduanya merengkuh poin yang menggeser skor menjadi 19-17. Upaya comeback setelah interval itu berbuah manis. Game point 20-18 sukses dikonversi Ricky/Angga menjadi kemenangan 21-18.
Gim pertama dibuka dengan keseruan yang menjadi-jadi. Ini ditandai dengan skor yang menempel ketat hingga kedudukan 8-8. Ricky/Angga sebenarnya memegang kendali serangan dalam kedudukan ini. Sayangnya, rentetan jumping smash Ricky terhenti akibat membentur net. Dari situ, Lee/Wang mencuri satu poin dan memimpin tipis 9-8.
ADVERTISEMENT
Lee/Wang menemukan kembali ritme permainan yang sempat hilang di paruh pertama gim kedua. Rangkaian serangan yang mengandalkan variasi pukulan menyilang menyulitkan langkah Ricky/Angga. Itu belum ditambah dengan faktor lapangan yang sepertinya cenderung licin sehingga membuat pemain beberapa kali tersungkur.
Nah, bermodalkan permainan seperti itu, Lee/Wang memimpin dengan meyakinkan, mulai dari 16-13, 20-14 hingga kemenangan 21-14. Yep, laga mesti berlanjut ke gim ketiga. Apa boleh bikin.
Kemenangan di gim pertama memberikan pola yang jelas untuk Ricky/Angga: Menekan lawan dengan serangan-serangan pendek.
Berangkat dari pemahaman itu, Ricky/Angga menyerang lawan dengan menghajar satu pemain dulu dalam lima atau pukulan cepat. Di gim ketiga, Wang adalah pemain yang acap disasar.
ADVERTISEMENT
Begitu pertahanan roboh, Ricky/Angga bisa lebih leluasa berkreasi. Pilihannya ada beberapa: Tetap menghantam Wang, menyasar pemain lain yang berusaha mengover, atau bisa juga dengan mengarahkan pukulan ke area yang tak terkawal.
Permainan seperti itu tak berujung buntung bagi Ricky/Angga. Keduanya dapat memimpin 4-1.
Fragmen menarik muncul ketika Ricky/Angga memimpin tipis 7-6. Rangkaian smash kembali disusun Ricky/Angga dengan menyasar Wang. Nama yang disebut terakhir bahkan sampai jatuh terduduk mengembalikan pukulan-pukulan Ricky/Angga.
Lee memang bisa mengover dan memberi kesempatan kepada Wang untuk kembali berdiri. Namun, Ricky/Angga tidak menurunkan tekanan.
Yang terdengar setelahnya adalah gemuruh riang suporter Indonesia karena menyaksikan Lee mengacaukan permainan timnya sendiri. Alih-alih melepaskan serangan balik, manuver Lee justru membuat shuttlecock terpental ke luar bidang permainan.
ADVERTISEMENT
Game plan itu memang bertaji. Buktinya, Ricky/Angga bisa memimpin 11-5 di interval, bahkan berlanjut hingga 15-9. Tapi, bukan berarti tidak ada yang perlu diperhatikan.
Bila diperhatikan, jumlah poin yang dikumpulkan Ricky/Angga dan Lee/Wang tidak berat sebelah hingga momen ini, sama-sama lima point. Bahkan, Lee/Wang mampu menipiskan jarak menjadi 12-16. Penyebabnya adalah eror yang mulai sering muncul akibat permainan agresif Ricky/Angga.
Tentu persoalan demikian meski dituntaskan sesegera mungkin. Bagaiamanapun, ini gim pemungkas. Kesalahan kecil ibarat percik yang bukannya tidak mungkin menyulut api di kubu sendiri.
Tenang... Tenang.... Jagoan kita yang satu ini mempersembahkan keriaan di pagi hari. Gim ketiga dimenangi dengan kedudukan 21-14. Yep, itu berarti tiket babak kedua sudah di tangan. Yay!
ADVERTISEMENT
Fitriani kalah dari wakil China
Fitriani terhenti di babak pertama Singapura Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
Sayangnya, Fitriani membuka hari dengan kekalahan. Bertanding melawan wakil China, Chen Yufei, Fitriani mengemas kekalahan 7-21, 19-21. Itu berarti, babak pertama yang digelar pada Rabu (17/7/2019) di Court 1 Istora GBK menjadi langkah terakhir Fitriani di Indonesia Open 2019.
Bagaimana menuntaskan eror sendiri adalah persoalan yang harus diselesaikan Fitriani di awal-awal laga. Fitriani bukannya tidak memiliki smash tajam yang menyulitkan lawannya, setidaknya itulah yang muncul hingga kedudukan imbang 4-4.
Persoalannya, smash tajam itu kurang terkontrol sehingga sering dinyatakan out. Memanfaatkan kesalahan-kesalahan Fitriani,Chen mengemas keunggulan 11-4 tanpa kesulitan berarti.
Persoalan lainnya, bagaimana bangkit di hadapan keunggulan lawan. Fighting spirit mungkin adalah istilahnya. Toh, tak peduli laga digelar pada pukul sembilan pagi, Istora GBK sudah ramai dengan suporter Indonesia yang bersorak untuk Fitriani.
ADVERTISEMENT
Perubahan permainan itu belum tampak jelas selepas interval. Fitriani masih berulang kali melakukan eror yang menguntungkan lawan. Tak lebih dari 10 menit setelah interval, Chen sudah sampai pada keunggulan 19-7.
Dan benar saja. Keunggulan yang begitu berjarak tadi tak hanya dikonversi menjadi game point 20-7, tapi juga kemenangan 21-7.
Kalah di gim pertama menghentak Fitriani. Ia membuka gim kedua dengan keunggulan 7-3. Berbeda dengan gim pertama, Fitriani bermain lebih lepas di gim kedua. Bahkan ia tak ragu untuk memancing lawan bermain di area net dengan pukulan-pukulan berisiko.
Siapa pun yang menonton Fitriani berharap performa demikian tak cuma karena panas di awal.
Masalahnya, Chen juga menemukan momentum untuk bangkit. Tertinggal empat poin tak membuatnya mati kutu. Chen bahkan berhasil mengejar dan memimpin balik menjadi 8-8.
ADVERTISEMENT
Fitriani memang tertinggal 9-11 di paruh pertama gim kedua. Tapi, permainannya jauh lebih hidup dibandingkan dengan gim pertama. Itu belum ditambah dengan Chen yang mulai banyak melakukan kesalahan sehingga Fitriani mampu menyamakan kedudukan menjadi 16-16.
Manuver netting Fitriani untuk mengamankan poin ke-16 ini begitu mengasyikkan. Fitriani mendorong shuttlecock tepat di depan net ke arah tubuh Chen. Sang lawan tidak siap dengan manuver yang demikian.
Dalam tayangan ulang, terlihat Chen terbengong satu atau dua detik, sibuk berpikir entah apa. Untuk sekilas, kita melihat Fitriani yang berbeda. Fitriani yang lebih berani. Fitriani yang peduli setan dengan lawan yang berstatus sebagai pebulu tangkis peringkat kedua dunia itu.
Sayangnya, kejutan Fitriani tak berlanjut. Laga sengit mengantarkannya pada poin ke-19. Namun, itu menjadi torehan terakhir Fitriani di duel ini. Laga tuntas dengan kemenangan 21-7, 21-19 untuk Chen.
ADVERTISEMENT