Kasus Shalfa Avrila, Pesenam yang Dituduh Tak Perawan, Berujung Damai

16 Desember 2019 11:11 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatnas senam aerobik Indonesia. Foto: Antara/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Pelatnas senam aerobik Indonesia. Foto: Antara/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Atlet senam asal Jawa Timur, Shalfa Avrila Siani, sempat terlibat kontroversi jelang bergulirnya SEA Games 2019. Pesenam 17 tahun itu dituduh tak perawan oleh pelatihnya yang berimbas dipulangkan dari pemusatan latihan nasional.
ADVERTISEMENT
Pihak keluarga sudah melakukan upaya untuk membuktikan bahwa tuduhan kepada Shalfa salah. Pada akhirnya, siswi kelas XII asal Kediri ini membuktikan tuduhan tersebut tak benar karena sudah memberikan bukti melalui surat keterangan tes kesehatan.
Di sisi lain, PERSANI menampik isu tersebut. Mereka menjelaskan bahwa pemulangan dilakukan karena prestasi Shalfa menurun. Meski demikian, pihak keluarga Shalfa memilih untuk memperkarakan persoalan ini ke jalur hukum.
Ilustrasi senam. Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA
Kasus ini kemudian sampai ke pemerintah, yakni Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Pada 30 November 2019, Kemenpora meminta PERSANI untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dua pekan melakukan investigasi secara kontinu, kasus ini menemui titik terang. Sesmenpora, Gatot S Dewa Broto, mengatakan bahwa kasus yang melibatkan Shalfa dan tim pelatih sudah berakhir damai.
ADVERTISEMENT
"Pada 15 Desember malam, Kemenpora menerima informasi dari Kediri, disampaikan oleh Imam Muklas [Kuasa Hukum keluarga Shalfa, -red]. Informasi tersebut memberitahukan adanya penyelesaian secara kekeluargaan yang telah disepakati bersama kuasa hukum, orang tua Shalfa Avrila, dan tim pelatih senam Jawa Timur," kata Gatot lewat keterangan tertulisnya.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S Dewabroto, diperiksa Bareskrim Polri. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
Gatot menjelaskan, ketiga belah pihak telah melakukan pembicaraan via telepon dengan Kemenpora sebelum kesepakatan tersebut ditempuh. Upaya penyelesaian tersebut, kata Gatot lagi, dilakukan dengan penuh kesadaran dan kekeluargaan tanpa tekanan dari mana pun.
"Dalam responsnya, Kemenpora menyambut positif inisiatif tersebut, dan berharap masalah tersebut dapat segera disudahi, sehingga tidak hanya bermanfaat pada atlet yang bersangkutan [paling tidak agar stigma dan beban psikologisnya jauh berkurang], tetapi juga dalam rangka pembinaan olahraga senam pada umumnya," sambung Gatot.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada beberapa poin tambahan yang disampaikan Sesmenpora terkait kasus Shalfa Avrila. Berikut petikannya:
1) Sebagai bentuk penyelesaian, tim pelatih senam asal Jawa Timur (yang ditandatangani empat orang pelatih, yaitu pelatih artistik putri, yakni Irma Febriyanti, pelatih kepala--Indra Sibarani--pelatih ritmik--Rahayu Retno--dan pelatih artistik--Putri Zahari) menyebutkan:
a. Permohonan maaf atas permasalahan yang terjadi untuk atlet Shalfa;
b. Status Shalfa adalah atlet Pelatda yang dipersiapkan mengikuti PON XX tahun 2020;
c. Para pelatih siap melanjutkan pembinaan Shalfa tanpa melihat permasalahan yang terjadi dan berkeinginan yang kuat Shalfa dapat berprestasi.
2) Sebagai responsnya, kedua orang tua Shalfa, yakni Satrio dan Ayu Kurniawati, juga membuat pernyataan dan menyebutkan:
a. menerima permohonan maaf dari tim pelatih senam Jawa Timur dan menyatakan permasalahan ini diselesaikan dengan cara kekeluargaan;
ADVERTISEMENT
b. Dan berharap agar Shalfa tetap dapat mengikuti pelatihan di Puslatda Jatim untuk PON 2020.
3) Setelah kesepakatan tersebut ditandatangani, Kemenpora kembali melakukan komunikasi dengan Iman Muklas dan sangat mengapresiasi iktikad dan inisiatif kuasa hukum keluarga Shalfa untuk menempuh penyelesaian dengan cara kekeluargaan secara win-win solution.
4) Kemenpora juga sudah langsung berkomunikasi dengan Ketua Umum PERSANI agar kejadian tersebut juga menjadi pelajaran bagi cabang olahraga mana saja agar memperbaiki pola komunikasi dalam program pelatihan yang teknis maupun non teknis sifatnya, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dapat diminimalisasi, dan seandainya pun sampai terjadi, dapat segera diatasi seperti yang ditempuh secara bijak oleh kuasa hukum tersebut.
5) Kemenpora juga mengapresiasi Tim Pelatih Senam Jawa Timur yang bersedia menyampaikan permohonan maaf secara tertulis dan bertemu langsung dengan orang tua Shalfa.
ADVERTISEMENT
6) Dengan selesainya masalah tersebut, PERSANI dapat terus melanjutkan pembinaan para atletnya karena masih banyak sejumlah fokus kegiatan dan event nasional maupun internasional yang harus segera dihadapi oleh para atlet dan tim pelatihnya.