Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Newcastle United: Tertatih Menuju Old Trafford
16 November 2017 13:09 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Empat trofi Liga Inggris dan enam gelar Piala FA itu rupanya tidak berarti apa-apa bagi Sir Alex Ferguson. Biar bagaimana pun, Fergie punya capaian yang jauh lebih baik dari itu. Di Premier League, dia punya 13 gelar. Sedangkan, untuk Piala FA, sosok asal Govan itu berhasil memenanginya lima kali. Tak heran jika kemudian dirinya menyebut bahwa Newcastle United sebagai "klub kecil".
ADVERTISEMENT
Fergie mengeluarkan pernyataan itu pada 2012 ketika Newcastle ditangani Alan Pardew dan sontak, para suporter The Magpies pun naik pitam. Mereka, tentu saja, tidak terima. Meski dari segi raihan trofi Newcastle kalah segalanya dibanding Manchester United--bahkan Sir Alex sekalipun--, menyebut klub kelahiran 1892 itu sebagai klub kecil jelas tidak bisa dibenarkan.
Fergie pun akhirnya meminta maaf. Pada 2013, dia menjelaskan duduk perkaranya. Menurut manajer tersukses Liga Inggris itu, apa yang dikatakannya sebelumnya tidak dimaksudkan untuk menyinggung perasaan para suporter Newcastle. Malah, dia juga menambahkan bahwa untuk ukuran klub seperti Newcastle United, kegagalan memenangi liga selama lebih dari 90 tahun adalah sesuatu yang tragis.
Terlepas dari apa sebenarnya maksud perkataan Ferguson tadi, faktanya memang demikian. Newcastle United adalah salah satu klub dengan basis massa terbesar di Inggris. Mereka pun sebenarnya bukan sekali dua kali saja mampu bercokol di papan atas. Selain itu, pada 1999, mereka juga pernah menjadi klub dengan pendapatan terbesar kedua di Inggris setelah Manchester United.
ADVERTISEMENT
Artinya, klub ini sebetulnya punya potensi untuk bisa jauh lebih besar dari sekarang dan Fergie benar. Apa yang Newcastle alami ini memang boleh disebut tragis.
Inkonsistensi adalah penyakit lama mereka. Pada pertengahan dekade 1990-an, mereka pernah dua kali menjadi runner-up Premier League. Namun, di musim-musim berikutnya, mereka hanya mampu menempati peringkat belasan. Kemudian, pada awal dekade 2000-an, mereka kembali mencuat ke papan atas dan berlaga secara reguler di kompetisi antarklub Eropa, entah itu Liga Champions maupun Piala UEFA.
Namun, itu semua berhenti pada musim 2006/07 ketika mereka terdegradasi. Setelah itu, mereka memang berhasil kembali ke Premier League, tetapi dalam perjalanannya, mereka kembali terdegradasi sebanyak dua kali. Terakhir, mereka mengalami itu pada musim 2015/16 sebelum akhirnya, musim lalu Rafael Benitez berhasil membawa mereka kembali ke level teratas.
ADVERTISEMENT
Kini, setelah musim 2017/18 sudah hampir berjalan sepertiganya, Newcastle berada di peringkat ke-11. Untuk ukuran klub promosi, ini tentu saja tidak bisa dibilang buruk. 11 kali bermain, mereka menang 4 kali, bermain imbang 2 kali, dan kalah 5 kali.
Namun, tren mereka kini tengah menurun. Pasalnya, dalam dua pekan terakhir, mereka selalu menelan kekalahan, yakni ketika berhadapan dengan Burnley dan Bournemouth. Dua kekalahan beruntun itulah yang membuat posisi mereka turun ke peringkat 11 dan menjadi klub promosi dengan peringkat terburuk.
Tetapi, dari penampilannya sepanjang musim ini, Newcastle sebetulnya mampu menunjukkan satu hal penting, yakni stabilitas. Selama 11 pekan itu, mereka hampir selalu tampil dengan personel yang sama apabila tidak ada halangan berarti. Dengan formasi 4-2-3-1 kesayangannya, Benitez tampak sudah memiliki ide jelas soal bagaimana cara bermain yang diinginkannya.
ADVERTISEMENT
Ide Benitez ini sebenarnya sederhana. Dengan formasi ini, tim asuhan Benitez menjadi mungkin untuk melancarkan serangan, baik dari tengah maupun samping, dan ini pun terbukti dari bagaimana Newcastle bermain. Soal urusan penciptaan peluang, mereka memang tidak pernah kesulitan, tetapi ceritanya lain ketika kita bicara soal eksekusi peluang. Dari 11 laga, mereka bisa mencatatkan 13,2 upaya per pertandingan, tetapi dari situ, hanya 10 yang berbuah gol.
Kemudian, kelemahan lain Newcastle adalah soal penguasaan bola. Output serangan dan penciptaan peluang memang tidak buruk, tetapi itu semua banyak dihasilkan dari serangan-serangan sporadis. Pasalnya, mereka sendiri sebetulnya tidak memiliki kemampuan menjaga penguasaan bola dengan baik. Sejauh ini, rata-rata penguasaan bola mereka hanya mencapai angka 44,5% dengan kualitas umpan yang juga tidak terlalu baik (73,5%).
ADVERTISEMENT
Namun, ketidakmampuan mereka menjaga penguasaan bola itu pada akhirnya ditutup dengan agresivitas permainan. Dalam satu pertandingan, para pemain Newcastle bisa mencatatkan 16,2 tekel per laga. Hanya saja, ini kemudian berimbas pada buruknya catatan disiplin mereka. Sejauh ini, sudah ada 22 kartu kuning dan satu kartu merah yang melayang dari saku wasit untuk para penggawa The Magpies.
Pada Minggu (19/11/2017) dini hari WIB mendatang, Newcastle bakal bertandang ke Old Trafford untuk menjajal Manchester United. Di atas kertas, United tentu saja jauh lebih diunggulkan. Tidak cuma dari segi kualitas pemain, catatan mereka musim ini pun sudah jauh lebih bagus ketimbang musim-musim sebelumnya.
Namun, dari apa yang telah mereka tampilkan musim ini, Newcastle sebetulnya punya potensi untuk menyulitkan Manchester United. Masalahnya, tim asuhan Jose Mourinho ini, ketika tidak sedang mengeksekusi pendekatan yang tepat, seringkali dibuat kewalahan oleh tim-tim yang tak segan bermain agresif.
ADVERTISEMENT
Huddersfield Town pernah melakukannya. Pada pertandingan itu, mereka hampir sama sekali tidak pernah menyentuh bola, tetapi itu semua dikompensasi dengan keberhasilan mereka dalam melakukan agresi terhadap para pemain United. 27 tekel dicatatkan pasukan David Wagner pada pertandingan itu.
Namun, pada pertandingan melawan United ini, Newcastle tidak akan diperkuat pemain yang paling bisa mengeksekusi cara bermain sepert ini, yakni Mikel Merino. Pemuda asal Spanyol ini mengalami cedera punggung dan harus absen cukup lama. Ketidakhadiran Merino ini bakal sangat dirindukan karena selama ini, dia mampu mencatatkan 2,9 tekel dan 1,4 intersep per pertandingan.
Sebagai ganti Merino, bakal ada Jonjo Shelvey. Celakanya, eks-pemain Liverpool ini tidak memiliki atribut yang sama dengan Merino. Sebagai gelandang box-to-box, atribut bertahannya tentu saja tidak sebaik Merino. Selain itu, pemain 25 tahun ini juga dikenal karena kesembronoannya.
ADVERTISEMENT
Dengan bermainnya Shelvey ini, pakem permainan Newcastle pun bakal berubah dari 4-2-3-1 menjadi 4-4-2. Hal ini, kemungkinan besar, justru bakal menjadi kelemahan Newcastle karena di sisi yang berseberangan, United bakal bermain dengan pola 4-2-3-1.
Formasi itu sendiri bakal memungkinkan "Iblis Merah" untuk betul-betul mengambil alih kendali di lini tengah. Terlebih, Marouane Fellaini sudah akan bisa bermain. Dalam pertandingan melawan Chelsea, 4-2-3-1 milik United dengan Fellaini menjadi salah satu bagiannya mampu membuat juara bertahan Premier League itu kewalahan.
Selain itu, perlu diingat pula bahwa pertandingan ini bakal dihelat di Old Trafford. Di Premier League, sampai saat ini United selalu menang kala berlaga di rumah sendiri. Sebaliknya, catatan tandang Newcastle justru berbanding terbalik di mana mereka telah menelan tiga kekalahan dari lima partai. Dengan begini, ada kemungkinan yang sangat besar bagi Newcastle untuk menelan kekalahan ketiganya secara beruntun akhir pekan nanti.
ADVERTISEMENT
=====
Laga Premier League pekan ke-12 antara Manchester United dan Newcastle United akan digelar pada Minggu (19/11) dini hari pukul 00.30 WIB.