Bincang Karier: Shinta Nurfauzia, CEO dan Co-Founder Lemonilo

6 September 2018 14:50 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shinta Nurfauzia, CEO dan Co-Founder Lemonilo (Foto: dok Lemonilo)
zoom-in-whitePerbesar
Shinta Nurfauzia, CEO dan Co-Founder Lemonilo (Foto: dok Lemonilo)
ADVERTISEMENT
Memiliki dasar pendidikan di bidang hukum tidak membuat Shinta Nurfauzia kemudian menyerahkan keinginan terpendamnya untuk berkarier menjadi seorang entrepreneur.
ADVERTISEMENT
Meski harus melewati krisis kehidupan, ia akhirnya berhasil meyakinkan diri untuk memulai bisnis di bidang e-commerce. Shinta sukses membentuk Lemonilo, sebuah healthy lifestyle ecosystem yang menghadirkan berbagai produk alami dan terjangkau untuk segala kebutuhan yang bebas dari 100 lebih bahan sintetis berbahaya dan mengandalkan kemitraan dengan UKM dari seluruh Indonesia.
Dengan misi ingin mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih sehat, Lemonilo telah berhasil bersaing dengan e-commerce lain. Selain dijual secara online, produk-produknya telah dipasarkan di berbagai toko di seluruh Indonesia.
Kepada kumparanSTYLE Shinta berbagi kisahnya menemukan keyakinan diri dalam memulai bisnis dan bagaimana caranya untuk menjadi pemimpin perempuan yang berani dan percaya diri.
Ingin memiliki pekerjaan yang bermanfaat bagi orang banyak
Shinta Nurfauzia bersama dengan tim Lemonilo (Foto: IG: @lemonilo)
zoom-in-whitePerbesar
Shinta Nurfauzia bersama dengan tim Lemonilo (Foto: IG: @lemonilo)
Bermimpi untuk bisa memiliki pekerjaan yang bermanfaat bagi orang banyak, Shinta Nurfauzia merasa sekolah di jalur hukum merupakan jalan yang tepat untuk mencapainya. Ia mempercayai hal tersebut ketika dulu keluarganya menghadapi sebuah permasalahan hukum, peran seorang pengacara begitu penting dalam membantu menyelesaikannya.
ADVERTISEMENT
Meski sudah menekuni dunia hukum lebih dari lima tahun, ternyata passion Shinta bukan di bidang tersebut, melainkan di dunia bisnis. Perlahan-lahan ia mulai belajar bisnis dengan membantu usaha keluarga dan membuat bisnis sampingan sendiri semasa kuliah.
“Setelah lulus kuliah, saya sempat bekerja di bidang hukum sebagai pengacara dan konsultan sekitar 4-5 tahun. Tetapi karena memang memiliki ketertarikan tersendiri dengan dunia bisnis, jadi saya juga punya bisnis sampingan,” cerita Shinta Nurfauzia kepada kumparanSTYLE saat kami temui di kantor Lemonilo di Unifam Tower, Jakarta Barat.
Ketika Shinta menginjak usia 25 tahun, ia menghadapi quarter life crisis yang membuatnya berpikir apa yang akan ia lakukan dengan hidupnya. Apakah ingin melanjutkan bergelut di bidang hukum sesuai dengan jalurnya, atau mengambil risiko untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya telah ia suka sejak dulu, yaitu dunia bisnis.
ADVERTISEMENT
Sambil terus mencari kemana arahnya, Shinta pun akhirnya memutuskan untuk kuliah S2. Ia mendapat beasiswa di Harvard Law School di Cambridge, Amerika Serikat dengan jurusan yang sama yaitu hukum bisnis.
Ketika menjalani kuliah S2 itulah Shinta bertemu dengan Johannes Ardiant yang saat ini berperan sebagai Co-Founder di Lemonilo. Mereka sering mengikuti perlombaan bisnis di Harvard dan hasilnya cukup memuaskan.
Dari situ, Shinta menyadari bahwa minatnya terhadap dunia bisnis kian meningkat. Ia akhirnya memutuskan untuk serius memulai bisnis dan menggandeng Johannes sebagai rekannya.
“Menurut saya, mendirikan bisnis sendiri itu sangat sulit. Tetapi jika kita memiliki rekan yang juga memiliki semangat, keinginan yang sama dan berani mengambil risiko, maka saya yakin kedepannya akan lebih mudah. Dari situ saya memberanikan diri untuk serius di bidang bisnis,” tutur Shinta.
ADVERTISEMENT
Lalu di tahun 2015, lahirlah Lemonilo. Dengan mimpi dan tekadnya yang kuat untuk memberikan perubahan bagi masyarakat Indonesia, Shinta memilih konsentrasi di bisnis perusahaan healthy lifestyle ecosystem yang menghadirkan berbagai produk alami dan terjangkau untuk segala kebutuhan yang bebas dari 100 lebih bahan sintetis berbahaya. Selain itu, sebagai salah satu bentuk upaya memajukan perekonomian Indonesia, Lemonilo pun bekerja sama dengan banyak UKM dari seluruh Indonesia dalam hal penyediaan produk.
Mengubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih sehat melalui Lemonilo
Semua produk makanan atau kecantikan yang dijual di Lemonilo telah melalui proses kurasi ketat untuk memastikan tidak ada kandungan bahan kimia berbahaya (Foto: IG: @lemonilo)
zoom-in-whitePerbesar
Semua produk makanan atau kecantikan yang dijual di Lemonilo telah melalui proses kurasi ketat untuk memastikan tidak ada kandungan bahan kimia berbahaya (Foto: IG: @lemonilo)
Membangun bisnis di usia yang masih terhitung sangat muda, perempuan berusia 30 tahun ini memiliki strategi unggul untuk membawa Lemonilo bersaing dengan e-commerce dan perusahaan startup lainnya.
Selain memilih berfokus pada healthy lifestyle, yang membuat Lemonilo berbeda dengan yang lain adalah semua produk yang dijual di perusahaan ini harus melalui proses kurasi, terutama dalam sisi kandungan makanannya.
ADVERTISEMENT
Lemonilo memiliki tim ahli nutrisi yang bertugas untuk mengecek dan memastikan semua bahan yang terkandung dalam produk-produk yang akan masuk ke Lemonilo tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya untuk manusia.
Dua hal tersebut menjadi fokus utama Shinta untuk secara perlahan mencapai misi yang ia punya, yaitu turut berkontribusi dalam mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih sehat.
Kecenderungan masyarakat yang memiliki anggapan bahwa hidup sehat itu mahal juga menjadi patokan bagi Shinta untuk dapat menghadirkan produk-produk sehat dengan harga yang terjangkau. Ia selalu berusaha memberikan solusi yang terbaik demi mencapai sebuah perubahan.
“Saya memiliki kepercayaan bahwa dalam membuat bisnis, kita harus bisa membuat hidup orang lain lebih mudah. Dengan tujuan yang kami miliki, Lemonilo jelas memiliki perbedaan signifikan dari perusahaan e-commerce lainnya. Dan kami juga membantu memberikan solusi kepada masyarakat yang ingin hidup lebih sehat. Maka saya percaya jika kami terus berkomitmen untuk melakukan itu, bisnis ini akan terus berjalan.”
ADVERTISEMENT
Perempuan harus percaya dengan diri sendiri untuk mencapai kesuksesan
Ilustrasi perempuan karier. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan karier. (Foto: Thinkstock)
Sebagai pemimpin perempuan yang memiliki tekad tinggi untuk memberikan dampak perubahan positif bagi masyarakat, perjalanan karier Shinta Nurfauzia tidak selalu berjalan mulus.
Karena usianya yang masih muda dan sebagai seorang perempuan, ia kerap mendapat diskriminasi dari berbagai pihak. Meski tidak pernah ada yang menyampaikannya secara langsung, namun ia menyadari betul bahwa ada beberapa orang yang memandangnya kurang kompeten sebagai pemimpin perusahaan.
“Jika banyak perempuan mengalami diskriminasi soal gender, saya lebih sering mengalami diskriminasi soal umur. Bagi saya, hal-hal seperti itu sebenarnya tidak perlu dipikirkan. Karena sebagai seorang entrepreneur, kita sudah harus memiliki mental yang kuat. Yang bisa dilakukan adalah membuktikan kepada mereka bahwa saya layak dan berkompeten untuk menduduki posisi sebagai pemimpin perusahaan. Dan pembuktian itu biasanya akan terlihat melalui aksi-aksi kita, seperti misalnya dalam hal memberikan gagasan atau mengambil keputusan,” tutur Shinta dengan bersemangat.
ADVERTISEMENT
Meski sudah memiliki keberanian tinggi, Shinta kerap digeluti perasaan ragu terhadap diri sendiri. Dulu ia sering merasa dirinya tidak mampu melakukan banyak hal dan seiring berjalannya waktu, ia menyadari ternyata keraguan tersebut hanya ada dalam pikirannya saja. Namun hal tersebut tidak menghalangi kesuksesannya. Shinta justru menganggap keraguan tersebut menjadi sebuah pelajaran agar ia bisa menantang diri untuk berani melakukan apapun yang ia inginkan tanpa keraguan.
Ia pun menyadari, hal itu juga banyak dialami oleh banyak perempuan baik di Indonesia atau di luar negeri. Menurutnya, keraguan terhadap diri sendiri membuat perempuan masih sering merasa bahwa kita harus mundur dan membiarkan orang lain yang memimpin. “Bagi saya, dalam hal ini yang paling penting adalah dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Mereka yang membuat saya sadar bahwa tidak ada batasan sebenarnya untuk perempuan. Batasan itu ternyata hanya tercipta di dalam pikiran para perempuan itu sendiri, termasuk saya pada saat itu,” katanya.
ADVERTISEMENT
Perempuan Sebagai Role Model bagi Perempuan Lain
Menurut Shinta, sosok role model yang menginspirasi juga sangat penting bagi perempuan untuk bisa terus maju dan berkembang. Dengan adanya perempuan lain yang menginspirasi, perempuan jadi lebih tahu bahwa di dunia ini banyak sekali hal-hal yang bisa mereka capai dalam bidang apapun termasuk bisnis.
“Saya begitu mengidolakan Bu Sri Mulyani yang bisa menjadi sosok di balik suksesnya perekonomian negara. Melihat beliau, saya jadi merasa kalau Bu Sri Mulyani bisa, berarti saya juga. Oleh karena itu sosok inspirasi menjadi sangat penting untuk dimiliki perempuan. Selain itu, ibu saya juga menjadi inspirasi utama saya untuk menjadi perempuan pemberani dan tangguh untuk menghadapi berbagai hal.”
Shinta pun menyampaikan pesan untuk para perempuan di luar sana agar tidak membatasi diri jika ingin mencapai sebuah kesuksesan. Karena menurutnya, bisa atau tidak bisa itu merupakan sebuah sudut pandang bagi setiap orang. “Jika Anda menganggap diri Anda mampu, berarti Anda akan bisa menjalani semuanya, sesulit apapun itu. Tetapi jika Anda sendiri saja ragu dan tidak percaya pada diri sendiri, lalu siapa lagi yang akan percaya dengan kemampuan Anda. Itu yang harus ditanamkan baik dalam hal berkarier atau yang lainnya.” tutup Shinta dalam wawancaranya bersama kumparanSTYLE.
ADVERTISEMENT
Simak cerita perempuan inspiratif lainnya di topik sheinspiresme.