Keputihan Berulang, Salah Satu Tanda Gejala Kanker Serviks

4 Februari 2019 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kanker serviks dapat dicegah dengan vaksin dan pemeriksaan rutin. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kanker serviks dapat dicegah dengan vaksin dan pemeriksaan rutin. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kanker serviks atau kanker leher rahim dianggap menjadi penyakit penyebab kematian utama pada perempuan. Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia atau WHO, kanker serviks merupakan jenis kanker nomor empat yang paling sering menyerang perempuan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2018, diperkiraan terdapat 570 ribu kasus baru yang mewakili 6,6 persen dari semua jenis kanker yang menyerang perempuan. Tercatat, sekitar 90 persen kematian akibat kanker serviks terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Dan Indonesia sendiri menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan estimates Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC), prevalensi kanker payudara pada perempuan adalah sebesar 40 per 100.000. Setelah itu diikuti dengan kanker leher rahim 17 per 100.000. Kanker yang disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papilloma Virus), terutama tipe 16 dan 18 ini biasanya tidak menunjukkan gejala atau keluhan pada tahap awal. Gejalanya akan muncul setelah memasuki stadium 2 atau lebih. Umumnya gejala tersebut bisa ditengarai dengan terjadinya keputihan yang berulang meski telah diobati dan postcoital bleeding atau pendarahan pasca berhubungan seks. Tetapi dua gejala tersebut tidak semuanya mengarah pada kanker serviks. Meski menjadi penyakit paling berbahaya bagi perempuan, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan onkologi ginekologi RS Pondok Indah – Pondok Indah, Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp. OG (K) Onk, mengatakan jika kanker serviks bisa dihindari.
Ilustrasi kanker serviks. Foto: Thinkstock
“Penyebab dan kehadiran kanker serviks dapat dideteksi. Terlebih, kanker ini termasuk yang memiliki pertumbuhan lambat. Diperlukan fase yang panjang dari tahap infeksi sampai menjadi kanker. HPV memiliki masa inkubasi selama 9 – 12 bulan. Kemudian setelahnya, memasuki fase lesi pra-kanker. Ada tiga sub pada fase ini, yaitu Atypical, Low Grade Lession, dan High Grade Lession. Jika terus berkembang, barulah menjadi kanker. Sampai pada Low Grade Lession, masih ada kemungkinan infeksi HPV menghilang meski tanpa tindakan medis,” ungkap Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp. OG (K) Onk pada sebuah pernyataan pers dari RS Pondok Indah. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan melakukan deteksi atau skrining. Bagi perempuan yang sudah aktif berhubungan seksual, pemeriksaan setiap tahun diperlukan untuk memantau kondisi organ kewanitaan. Selain pemeriksaan secara rutin, terdapat beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi lesi pra-kanker. Seperti tes IVA, papsmear, tes DNA HPV, dan kolposkopi. “Selain pemeriksaan rutin, hal penting yang perlu dilakukan adalah vaksinasi HPV. Vaksin tersebut dapat membantu mencegah infeksi high-risk HPV (sub-tipe 16 dan 18) yang menyebabkan kanker serviks,” lanjut dr. Fitriyadi Kusuma.
Ilustrasi vaksin kanker serviks. Foto: Pixabay
Vaksin ini dapat bekerja secara maksimal pada perempuan yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Namun bagi yang sudah menikah atau pernah berhubungan seksual, vaksin ini juga berguna karena belum tentu orang tersebut pernah terpapar oleh virus HPV dengan sub-tipe yang dapat dicegah oleh vaksinnya. dr. Fitriyadi juga mengatakan jika vaksinasi ini dapat dilakukan oleh perempuan dari usia 9 tahun sampai 55 tahun. Meskipun masa terbaiknya ada pada usia 9-12 tahun. Penyuntikannya dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu mulai dari 0 bulan, 1-3 bulan, dan 6 bulan. Meski sudah melakukan vaksin, perempuan sebaiknya tetap melakukan skrining dan deteksi dini secara rutin. Terdapat 30 persen kasus kanker serviks yang disebabkan oleh sub-tipe HPV, namun tidak dapat dicegah oleh vaksin tersebut. Oleh karena itu, perempuan sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara rutin dan vaksin sebagai bentuk pencegahan terhadap kanker serviks.
ADVERTISEMENT