Mengenal Kailash Satyarthi, Pembebas Pekerja Anak di Industri Fashion

27 November 2018 19:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kailash Satyarthi, Aktivis asal India. (Foto: MANJUNATH KIRAN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Kailash Satyarthi, Aktivis asal India. (Foto: MANJUNATH KIRAN / AFP)
ADVERTISEMENT
Sebagian besar populasi dunia, terutama di negara-negara miskin, didominasi oleh anak-anak dan pemuda. Untuk mewujudkan dunia yang damai, sangat penting bagi kita untuk memperjuangkan hak-hak mereka karena mereka adalah masa depan dunia.
ADVERTISEMENT
Mengikuti jejak Mahatma Gandhi, seorang aktivis asal India Kailash Satyarthi berusaha untuk memperjuangkan perdamaian dengan menghentikan eksploitasi anak sebagai budak atau pekerja anak.
Kailash juga turut berkontribusi pada pengembangan konvensi internasional tentang hak-hak anak-anak.
Sebagai bentuk komitmennya untuk memperjuangkan hak anak, ia membuat sebuah gerakan kampanye bernama Bachpan Bachao Andolan atau dalam Bahasa Inggris berarti Save Childhood Movement.
Ia juga mendirikan Children’s Foundation, Global March Against Child Labour, dan GoodWeave International.
Kerja kerasnya untuk memperjuangkan hak anak-anak telah mendunia. Kailash pun banyak mendapat penghargaan baik secara nasional dan internasional. Salah satunya adalah Nobel Peace Prize yang ia terima di tahun 2014.
Kailash Satyarthi juga memimpin perjuangan untuk menghentikan perbudakan anak di India dan turut membantu menyelamatkan lebih dari 80 ribu anak-anak yang bekerja di pabrik-pabrik negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Aksinya ini diabadikan dalam sebuah film bertajuk The Price of Free, karya Derek Doneen yang ditayangkan pada tanggal 27 November di Amerika Serikat.
Kepedulian Sejak Kecil
Kailash Satyarthi bersama dengan anak-anak perempuan di India. (Foto: MANJUNATH KIRAN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Kailash Satyarthi bersama dengan anak-anak perempuan di India. (Foto: MANJUNATH KIRAN / AFP)
Kailash lahir dari keluarga kelas menengah. Ia merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayahnya adalah seorang anggota kepolisian dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
Kailash mulai menyadari sejak kecil bahwa di lingkungan tempatnya tinggal telah terjadi praktik diskriminasi apalagi ketika ia melihat ada anak-anak kecil seumurnya yang bekerja, sementara ia sendiri mendapat kesempatan untuk sekolah
Saat masa sekolah, Kailash pernah menginisiasi agar teman-temannya mengumpulkan buku pelajaran yang sudah tidak terpakai untuk diberikan kepada anak-anak miskin yang orang tuanya tidak mampu menyekolahkan anak mereka. Kegiatan tersebut kemudian membuat Kailash akhirnya membentuk perpustakaan kecil yang menjadi kegiatan sosial pertamanya. Hal ini terus berlanjut ketika ia beranjak remaja.
ADVERTISEMENT
Pejuang Hak Anak-anak
Kailash Satyarthi saat melakukan pawai Bhrat Yatra untuk menghentikan pekerja anak di Kanyakumari (11/9/2017). (Foto: STR / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Kailash Satyarthi saat melakukan pawai Bhrat Yatra untuk menghentikan pekerja anak di Kanyakumari (11/9/2017). (Foto: STR / AFP)
Karena kepeduliannya terhadap isu anak-anak, pada tahun 1980 Kailash Satyarthi melepas pekerjaan profesionalnya untuk menjadi sekretaris dari Front Pembebasan Perburuhan Berikat (Bonded Labor Liberation Front).
Kemudian di tahun yang sama, laki-laki berusia 64 tahun itu membuat gerakan global Bachpan Bachao Andolan atau dalam Bahasa Inggris disebut sebagai Save Childhood Movement.
Bachpan Bachao Andolan (BBA) memiliki tujuan untuk menciptakan lingkungan yang bersahaja bagi anak-anak, di mana anak-anak terbebas dari eksploitasi dan mendapatkan kebebasan untuk memperoleh pendidikan yang setara.
Gerakan tersebut telah berhasil membebaskan lebih dari 87 ribu anak-anak di India dari jerat pekerja anak, perbudakan, dan perdagangan manusia.
Tidak hanya berhenti disitu, di tahun 1998, ia berhasil memimpin sebuah pawai besar di 103 negara untuk menuntut praktik buruh anak yang terjadi di dunia. Pawai bertajuk Global March against Child Labour itu kemudian menjadi salah satu gerakan sosial terbesar untuk memperjuangkan hak anak-anak yang tereksploitasi.
ADVERTISEMENT
Di tahun-tahun berikutnya Kailash terus berkomitmen untuk menyuarakan pentingnya pendidikan bagi anak-anak, terutama bagi mereka yang berada di negara miskin atau yang berada di area konflik.
Pada tahun 1999-2011, Kailash menjadi Presiden dari Campaign for Education dan menjadi salah satu pendiri dari berbagai organisasi yang peduli terhadap hak-hak anak, seperti ActionAid, Oxfam, dan Education International.
Baru-baru ini, Kailash kembali memimpin pawai besar bernama Bharat Yatra di India. Pawai sepanjang 19 ribu kilometer ini berlangsung selama 35 hari dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pelecehan seksual terhadap anak-anak dan perdagangan manusia.
Atas kerja kerasnya itu, Kailash menjadi dikenal oleh dunia dan berhasil mendapatkan Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2014 yang ia terima bersamaan dengan pejuang hak anak lainnya, Malala Yousafzai.
ADVERTISEMENT
Kepeduliannya terhadap Pekerja Anak di Industri Garmen
Anak-anak perempuan mengikuti demo untuk menentang praktik pekerja anak di India. (Foto: NARINDER NANU / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak perempuan mengikuti demo untuk menentang praktik pekerja anak di India. (Foto: NARINDER NANU / AFP)
Menurut data dari International Labour Organization (ILO), 170 juta anak-anak di dunia sudah bekerja menjadi buruh, dan hingga saat ini angkanya masih terus bertambah. Untuk di India, terdapat 33 juta anak yang dipekerjakan dalam berbagai bentuk pekerja anak.
Melalui gerakan dan organisasi yang ia dirikan, Kailash memfokuskan upayanya untuk menyadarkan masyarakat dunia tentang perbudakan anak yang terjadi di industri mode. Perjuangannya didokumentasikan dalam film dokumenter berjudul Price of Free.
Melalui film tersebut ia menghimbau konsumen untuk menjadi konsumen yang lebih bertanggung jawab
“Untuk setiap produk, konsumen dapat mengajukan pertanyaan ini kepada pemilik brand atau pemilik toko, 'Bagaimana Anda bisa menjamin bahwa produk tersebut benar-benar dibuat tanpa adanya perbudakan anak?’ Itu bisa menjadi titik awal ... Ketika konsumen memberi pertanyaan, maka toko harus menemukan jawabannya,” tutur Kailash Satyarthi dalam wawancaranya bersama CBS News.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan bahwa konsumen memiliki kekuatan untuk meminta pertanggungjawaban bisnis atas praktik mereka.
Pada saat menerima Nobel Prize, ia menekankan bahwa tidak ada kejahatan yang lebih besar dari pada menentang impian dari anak-anak.
Kailash berkomitmen untuk memfokuskan hidupnya untuk kebebasan anak-anak. “Satu-satunya fokus dalam hidup saya adalah agar anak-anak bebas menjadi anak-anak, bebas untuk tumbuh dan berkembang, untuk makan, tidur, dan menikmati hari. Bebas untuk menangis dan tertawa, untuk bermain, belajar, pergi ke sekolah, dan yang paling penting adalah bebas untuk bermimpi,” tutupnya dalam pidato penerimaan Peace Nobel Prize di Oslo, Norwegia 2014 lalu.
Dengan segala kemampuan yang ia miliki, Kailash Satyarthi akan terus berupaya untuk bisa memperjuangkan hak-hak anak-anak dan pemuda sebagai generasi penerus dunia, serta mengentaskan mereka dari praktik pekerja anak.
ADVERTISEMENT