Inggris Minta WhatsApp Beri Percakapan Pelaku Teror London

27 Maret 2017 13:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Aplikasi chat Whatsapp. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi chat Whatsapp. (Foto: Pixabay)
Pelaku teror di dekat Gedung Parlemen Inggris pada 22 Maret lalu diketahui berkomunikasi dengan menggunakan aplikasi pesan instan WhatsApp sebelum menjalankan aksinya. Oleh karena itu, pemerintah setempat meminta WhatsApp mau kooperatif membuka isi pesan tersebut. Permintaan tersebut datang dari Menteri Dalam Negeri Inggris, Amber Rudd, yang menyerukan penyedia layanan antar pesan untuk berhenti menawarkan ruang bagi teroris dalam berkomunikasi dengan pesan yang terenkripsi. "Ini benar-benar tidak dapat diterima. Seharusnya tidak ada tempat bagi teroris untuk bersembunyi. Kita perlu memastikan organisasi seperti WhatsApp, dan lain sebagainya, tidak memberikan tempat rahasia untuk teroris saling berkomunikasi satu sama lain," ujar Rudd, dilansir Reuters. "Kita perlu memastikan bahwa layanan intelijen kami memiliki kemampuan untuk masuk ke situasi seperti WhatsApp yang dienkripsi," tambahnya. Baca juga: ISIS Klaim Serangan Teror di London Seperti sudah diketahui, pesan di WhatsApp sudah terkunci dengan enkripsi end-to-end yang dapat mengamankan pesan atas dasar melindungi privasi pengguna. Khalid Masood, salah satu pelaku teror kelahiran Inggris, diketahui mengirim pesan WhatsApp sebelum menjalankan aksi menabrak empat pejalan kaki hingga tewas di trotoar dengan mobilnya, Hyundai i40. Dia kemudian menusuk petugas keamanan setelah mencoba masuk ke dalam Gedung Parlemen di jantung kota London. Baca juga: Pelaku yang Tusuk Polisi saat Teror London Bernama Khalid Masood Rudd, yang ditunjuk sebagai Menteri Dalam Negeri tak lama setelah Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, mengatakan, permintaannya berbeda dengan permintaan FBI terhadap Apple untuk membuka kode keamanan iPhone milik pelaku penembakan di San Bernardino, yang pada akhirnya tidak diberi oleh Apple dan FBI melakukan peretasan terhadap ponsel tersebut. Inggris ingin WhatsApp merasa punya tanggung jawab untuk terlibat aktif membantu investigasi. "Ini adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Kami tidak mengatakan membuka, kita tidak ingin masuk ke dalam Cloud, kami tidak ingin melakukan segala macam hal seperti itu," ucap Rudd. "Tapi kami ingin mereka mengakui bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk terlibat dengan pemerintah, untuk terlibat dengan lembaga penegak hukum ketika ada situasi teroris," ujarnya.
ADVERTISEMENT