Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Hacker atau peretas sering didefinisikan sebagai orang jahat. Padahal, menurut pakar analisis keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, peretas itu pada prinsipnya positif.
Alfons menjelaskan, peretas adalah orang yang melakukan ulasan, menganalisa satu sistem atau satu coding, dan mencari kelemahannya untuk kemudian ditingkatkan keamanannya atau diberitahukan kepada si pemilik sistem.
"Hacker itu sebenarnya istilah yang positif, namun dalam kenyataannya orang sudah mempunyai pandangan kalau hacker itu negatif," ucap Alfons ketika dihubungi kumparan (kumparan.com) pada Minggu (2/4).
Itulah kenapa muncul istilah white hat hacker (peretas topi putih) sebagai orang yang meretas untuk kebaikan.
"Karena sudah cenderung dibilang negatif, maka supaya dibedakan antara hacker yang baik adalah dibilang white hat hacker," ujarnya.
Peretas positif yang dimaksud Alfons bisa merujuk pada Jim Geovedi, pria asal Indonesia yang pernah meretas dua satelit Indonesia dan China hanya untuk menguji sistem keamanan kontrol satelit dan mengubah rotasinya.
Atau Herdian Nugraha yang mengaku berhasil membobol keamanan situs e-commerce Bukalapak, Tokopedia, dan Sribu, namun ia hanya mendokumentasikannya dan langsung menyerahkan dokumentasi tersebut kepada masing-masing situs.
ADVERTISEMENT
Cracker, si destruktif sistem pencuri data
Sementara untuk peretas yang negatif disebut cracker. Cracker biasanya melakukan peretasan pada sistem yang sifatnya merusak, mencuri data, dan mengeksploitasi data tersebut untuk kepentingan diri sendiri atau kelompoknya.
Seperti kelompok peretas bernama 'Gantengers Crew' misalnya, kelompok pimpinan Sultan Haikal (19) -- menurut polisi -- telah membobol ribuan situs. Polisi menciduk Haikal dari rumahnya di Tangsel pada Kamis (30/3).
Situs yang dibobol bukan situs sembarangan. Mulai dari situs Polri, Go-Jek, hingga Tiket.com sudah mereka tembus. Miliaran rupiah berhasil diraup kelompok ini dari tiket pesawat.
Baca juga: Akhir Cerita Pemuda Tangerang Selatan Pembobol Ribuan Situs
Terkait kasus pembobolan di Tiket.com, Alfons berpendapat peretasan bisa terjadi karena memang ada kelemahan sistem di pihak travel agent. Tapi ia tidak menutup kemungkinan kebocoran juga bisa terjadi pada sistem maskapai atau jaringan penghubung antar travel agent dengan maskapai.
Namun, untuk kedua kemungkinan yang terakhir disebut hampir dipastikan tidak mungkin karena menurutnya itu sudah terenkripsi dan hanya satu travel agent saja yang dibobol oleh si peretas.
"Mereka (travel agent) ada API (Application Program Interface). Isinya kode pengenal yang di dalamnya ada user name dan password yang unik dari pihak travel agent, sehingga mereka berhak untuk langsung eksekusi transaksi di perusahaan penerbangan. Kalau sampai kode ini bocor, mereka yang ceroboh," pungkas Alfons.
ADVERTISEMENT
Kamal, ayah Haikal, menyangkal anaknya adalah seorang cracker. "Dia mengaku hacker yang putih, topi putih," ujar Kamal yang ditemui kumparan di kediamannya.
Baca juga: Haikal Si Peretas 'Gantengers' dari Tangsel yang Belajar Otodidak