Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
ADVERTISEMENT
Keamanan WhatsApp belakangan ini sedang dipertanyakan. Menurut laporan Reuters, aplikasi WhatsApp milik pejabat tinggi pemerintah di beberapa negara sekutu Amerika Serikat (AS) menjadi sasaran peretasan oleh para hacker pada awal 2019.
ADVERTISEMENT
Peretasan itu dilakukan dengan upaya untuk mengambil alih ponsel pengguna. Salah satu sumber yang mengetahui investigasi internal WhatsApp terhadap pelanggaran tersebut mengatakan sebagian besar korban adalah pejabat tinggi pemerintah dan pejabat militer yang tersebar di setidaknya 20 negara di lima benua. Kebanyakan negara itu adalah sekutu AS.
Peretasan smartphone yang ditargetkan kepada pejabat pemerintah ternyata jauh lebih luas daripada yang dilaporkan sebelumnya. Ini membuat sorotan terhadap WhatsApp jadi semakin menguat.
Sebelumnya, WhatsApp telah menggugat perusahaan intelijen siber Israel, NSO Group. WhatsApp menuduh NSO Group telah meretas penggunanya dengan cara menyusupkan program mata-mata atau spyware ke dalam aplikasi WhatsApp.
NSO Group dituduh membangun dan menjual platform peretasan yang mengeksploitasi kelemahan di sistem milik WhatsApp untuk membantu klien meretas setidaknya 1.400 pengguna antara 29 April hingga 10 Mei 2019.
ADVERTISEMENT
Jumlah total pengguna WhatsApp yang diretas bahkan bisa lebih tinggi. Seorang pengacara hak asasi manusia yang berbasis di London, yang termasuk di antara target peretasan, mengirimkan foto-foto kepada Reuters yang menunjukkan adanya upaya untuk membobol smartphone-nya sejak 1 April.
Meskipun tidak jelas siapa pelaku yang menggunakan software untuk meretas ponsel pejabat, NSO mengatakan hanya menjual spyware secara eksklusif kepada pelanggan pemerintah. NSO mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya tidak dapat mengungkapkan siapa kliennya, serta mengungkap penggunaan spesifik teknologinya untuk peretasan.
Sebelumnya, NSO Group telah membantah telah terlibat dalam peretasan ini. Mereka mengatakan produk-produknya hanya dimaksudkan untuk membantu pemerintah dalam menangkap teroris dan penjahat.
Beberapa korban peretasan diketahui berada di Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Bahrain, Meksiko, Pakistan dan India. Sementara itu di India, beberapa pengguna dari kalangan jurnalis, akademisi, pengacara, dan komunitas mulai bersuara bahwa mereka juga menjadi sasaran peretasan.
ADVERTISEMENT